Konstruksi Media – Pesatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia turut menyumbang emisi karbon dan menjadi pemicu besar terjadinya perubahan iklim. Melihat kondisi tersebut, tiga mahasiswa Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan jalan berlapis panel surya pada jembatan.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Royce Giovano Sutikno, Adi Drajad Budiman, dan Nathaniel Nico Prawira yang tergabung dalam tim The Civil Conqueror.
Ketua tim, Royce Giovano Sutikno menjelaskan, inovasi ini berangkat dari adanya fakta perubahan iklim yang telah menjadi topik global.
Baca juga: Sinergi ITS–Pemkot Surabaya Dirikan Pabrik Air Minum AMDK HE2O
“Minimnya penggunaan energi baru terbarukan (EBT) pada pembangunan infrastruktur tersebut menjadi titik awal tercetusnya inovasi ini,” kata dia dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Royce mengatakan pemilihan inovasinya bukan tanpa alasan. Menurut dia, dengan rata-rata penyinaran sepanjang tahun selama 2.000–3.000 jam, Indonesia memiliki potensi untuk menggantikan sumber tenaga listrik yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu, pengimplementasian solar road pada jembatan juga dinilai lebih efektif dibanding dengan jalan raya yang terkadang banyak terhalang pepohonan atau gedung-gedung tinggi.
Baca juga: Rancang Kawasan Kampus Berkelanjutan, Tim ITS Juara di FUCAD Malaysia
Maka itu, Royce dan timnya mendesain jembatan inovatif tersebut dengan rangka atas dan samping yang minimal. Ia mengharapkan, melalui desain jembatan sepanjang 756,5 meter buatan tim ITS ini dapat menghasilkan energi listrik sebesar 13.843,95 kilowatt per jam.
“Simulasi produksi listrik ini terhitung dapat memenuhi kebutuhan listrik 144 Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Situbondo,” ucapnya.
Tak hanya efisien dalam menyediakan EBT, jembatan terobosan Royce dan tim ini juga diklaim terbukti memiliki ketahanan dua kali lebih kuat dibanding aspal.
Adapun komposisinya berbahan dasar tempered glass yang terdiri dari tiga lapisan utama yaitu, lapisan permukaan jalan, lapisan elektronik, dan lapisan pelat dasar. Solar road tersebut dapat memiliki jangka penggunaan hingga 20 tahun.
Lebih lanjut Royce menuturkan, jika ditinjau dari efektivitas emisi karbon yang dihasilkan, solar panel yang diterapkan pada jembatan tersebut hanya menghasilkan 678.353,5 gram. Hal itu terbukti 20 kali lebih rendah dibanding emisi dari pembakaran batu bara dan 12 kali lebih rendah dari emisi penggunaan gas alam.
Atas inovasinya tersebut, tim bimbingan dosen Dr Ahmad Basshofi Habieb ST MSc ini berhasil menyabet gelar Juara 1 pada National Paper Competition Civil Engineering Festival yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Jakarta pada 24 Agustus lalu.
“Semoga tim kami semakin solid dan dapat memenangkan berbagai kompetisi lagi ke depannya,” kata mahasiswa angkatan 2022 ini.
Baca artikel lainnya: