imported

Hadiri CAFEO 41, Airlangga Hartarto Ajak Insinyur Se-ASEAN Kembangkan Kendaraan Listrik

Ini tantangan besar dan pekerjaan rumah bagi para insinyur termasuk salah satunya mengembangkan kendaraan listrik (electric vehicle).

Konstruksi Media – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengajak para insinyur se-Asia Tenggara (ASEAN) mempercepat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan ekonomi biru lantaran hal ini berperan besar dalam menumbuhkan perekonomian dan menurunkan emisi karbon.

Hal tersebut dikatakan Airlangga saat membuka event Conference of ASEAN Federation of Engineering Organization (CAFEO) ke-41 di Bali.

“Ini tantangan besar dan pekerjaan rumah bagi para insinyur termasuk salah satunya mengembangkan kendaraan listrik (electric vehicle),” kata Menko Airlangga Hartarto di The Westin, Nusa Dua, Bali, Rabu (22/11/2023).

Baca juga: Raih Distinguished Honorary Patron, Megawati: Saya Merasa Terhormat, Terima Kasih AFEO

Menko Airlangga memaparkan, saat ini Indonesia dan negara ASEAN tengah mengejar pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan implementasi berbasis ramah lingkungan, termasuk Indonesia yang memiliki target net nol emisi pada 2060.

Untuk mendukung ekonomi berkelanjutan itu sejumlah upaya dikejar di antaranya membangun kendaraan listrik, pembiayaan hijau, transisi energi, interkonektivitas, dan kapitalisasi ekonomi biru.

Ketua Umum Partai Golkar itu berpendapat, pengembangan kendaraan listrik akan menurunkan ketergantungan dengan energi fosil dan impor bahan bakar minyak (BBM).

Terlebih, pemimpin negara di ASEAN juga menyepakati kawasan Asia Tenggara sebagai pusat global untuk ekosistem industri kendaraan listrik.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka event CAFEO di Bali, Rabu (22/11/2023). foto: Priska Agnaristy

Selain kendaraan listrik, Indonesia juga memiliki potensi besar untuk pengembangan geotermal, hidrogen, tenaga surya, hingga BBM nabati. Adapun berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) potensi EBT di ASEAN diperkirakan mencapai 17 ribu gigawatt.

Sedangkan di Indonesia, potensi EBT diperkirakan mendekati 3.700 gigawatt dan yang baru dimanfaatkan mencapai sekitar 12,54 gigawatt. Selain EBT, ekonomi biru juga perlu terus ditingkatkan dan membutuhkan peran dari para insinyur.

Baca juga: Harapan Megawati ke PII: Lahirkan Para Insinyur yang Bisa Menjadi Pelopor

ASEAN misalnya sebagian besar negaranya berbatasan dengan wilayah laut, termasuk Indonesia yang memiliki garis pantai yang panjang. Airlangga melanjutkan, ekonomi biru di ASEAN juga dapat menyerap tenaga kerja.

“ASEAN memiliki 30 persen terumbu karang dan 35 persen mangrove dan padang lamun. Semua itu bisa menjadi penangkap karbon. Jadi ASEAN dan Indonesia menjadi sumber penangkap karbon,” tuturnya.

Sementara, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc., IPU., ACPE., ASEAN Eng., menjelaskan, para insinyur berperan dalam membuat teknik dalam mendukung ekonomi dari potensi ekonomi biru dan energi hijau.

“Misalnya untuk budidaya ikan itu perlu peran insinyur, penataan daerah konservasi sehingga ikan lebih baik. Kemudian energi hijau semua itu peran dari insinyur, mengubah sampah dan matahari menjadi energi itu peran insinyur,” katanya.

Artikel Terkait

Back to top button