EQUIPMENTEventTeknologi

Gelar Seminar Konstruksi, HAKI Mitigasi Bangunan Eksisting Rawan Gempa di Indonesia

Jika setelah diasesmen ditemukan ada kelemahan-kelemahan maka diperbaiki, direhabilitasi sehingga risikonya yang terkecil.

Konstruksi Media – Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Prof. Ir. Iswandi Imran, M.A.Sc., Ph.D membahas soal gelaran seminar, Short Course, dan pameran HAKI bertemakan “Pentingnya Aspek Profesionalisme dalam Praktik Konstruksi” yang terselenggara di Hotel Borobudur 22-23 Agustus 2023.

Menurut dia, pada Selasa hari ini, keynote speaker akan diisi oleh pakar yang ekspert dalam bidangnya masing-masing. Adapun pakar dari luar negeri di antaranya Santiago Pujol dan John W. Nehasil.

Seminar yang diinisiasi oleh HAKI ini akan berlangsung selama dua hingga tiga hari. Tujuan dari acara ini untuk memberikan bekal penting ke para pemain di sektor konstruksi Nasional.

Baca juga: HAKI dan ACI Launching Sertifikasi Engineer Profesional di Bidang Konstruksi

“Jadi cukup padat acara kami selama dua sampai tiga hari, ada short course, saya ikut memberikan,” ucapnya saat diwawancarai Konstruksi Media di Jakarta, Selasa (22/8/2023).

Dalam salah satu sesi lainnya, American Concrete Institute (ACI) atau Institut Beton Amerika akan menyampaikan tentang pentingnya program sertifikasi kompetensi bagi pekerja konstruksi.

Seminar hari selanjutnya, sambung Iswandi, akan lebih berfokus pada asesmen seperti melakukan evaluasi seismik dan rehabilitasi seismik bangunan-bangunan eksisting rawan gempa.

Khusus bangunan eksisting, baginya akan menjadi tantangan nyata ke depan. Sebab, di Indonesia banyak sekali bangunan yang sudah kadung terbangun menggunakan ketentuan lama. Seperti diketahui, Indonesia merupakan daerah rawan gempa yang biasa juga disebut Ring of Fire.

Namun, ujar Prof. Iswandi, kalau dilihat dengan ketentuan saat ini, maka bisa saja perlu ada perbaikan ke depannya secara struktur bangunan. Langkah ini dilakukan untuk memitigasi dampak-dampak pada bangunan eksisting apabila terguncang lindu.

“Jika setelah diasesmen ditemukan ada kelemahan-kelemahan maka diperbaiki, direhabilitasi sehingga risikonya yang terkecil,” tuturnya.

Dia berharap program-program yang disusun dalam seminar ini bisa diambil manfaatnya oleh para anggota dan peserta yang hadir, benang merahnya agar bangunan di Indonesia survive dari guncangan gempa.

“Jadi harapannya tentunya kan semakin ke sana semakin baik dalam desain dan pelaksanaan sehingga kualitas bangunan yang dihasilkan di Indonesia ini juga semakin bagus,” tutur dia.

Artikel Terkait

Back to top button