PII Wujudkan Makassar Tangguh melalui Sistem Transportasi Berkelanjutan
Makassar bisa menjadi global city seperti Singapura apabila bisa memenuhi 5 faktor yakni availability, affordability, efficiency, convenience, dan sustainability.
Konstruksi Media – Peran seorang insinyur di sebuah negara bukan hanya pada saat pasca bencana, tetapi insinyur terlibat di awal dalam penyiapan standard and code untuk penyediaan resilient infrastructure (Disaster Risk Management Life Cycle).
Hal itu dikatakan oleh Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat Habibie Razak dalam diskusi “Mewujudkan Makassar Tangguh Bencana melalui Sistem Transportasi Berkelanjutan” yang moderatori oleh Dr. Lucky Caroles, MT., IPM Ketua Umum Pusat Studi Pembangunan Pengembangan Prasarana (PSP4), sekaligus Dosen Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar (Sulsel), bersama dengan Wakil Rektor 4 Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Eng. Ir. Adi Maulana, ST, M.Phil.
Dirinya memaparkan topik mengenai “Perspektif dan Peran PII pada Pembangunan Infrastruktur Yang Tangguh Bencana Melalui Sistem Transportasi Berkelanjutan”.
Habibie Razak mengatakan karakteristik dan kompetensi insinyur profesional dalam kebencanaan menjadi syarat untuk terlibat di bidang ini.
“Penyediaan infrastruktur handal termasuk sistem transportasi pada suatu kota (global urban mobility) harus memperhatikan 5 faktor sukses, yakni availability, affordability, efficiency, convenience, dan sustainability,” ungkap Habibie, Rabu, (1/3/2023).
Availability menurutnya yakni ketersediaan sistem transportasinya. Kemudian Affordability merupakan tarif public transport harus bisa dijangkau oleh masyarakat umum.
Selanjutnya, Efficiency, mengatakan bahwa efisiensi dari sistem transporttasi yang ada. Lalu Convenience, menurutnya yakni bagaimana transportasi yang handal tersebut nyaman buat masyarakat terkait transfer intermoda. Selain itu kenyamanan secara ergonomik pada saat berada di dalam public transport, sistem ticketing-nya, dan pelayanannya yang sudah serba digitalisasi).
Yang terakhir adalah Sustainability, yang menandakan sustainable karena infrastruktur yang dibangun handal dan tangguh terhadap bencana dan selalu memprioritaskan pada keselamatan publik).
“Makassar bisa menjadi global city seperti Singapura yang menduduki ranking pertama diikuti oleh kota kota global lainnya apabila bisa memenuhi 5 faktor sukses tersebut,” beber dia.
Sementara, Prof. Ir. Adi Maulana, PhD memaparkan terkait “Makassar Toward Resilient and Sustainable City”.
Prof. Ir. Adi mengungkapkan mengapa trend bencana semakin tinggi, salah satu yakni pertambahan penduduk dan peningkatan kepadatan, Kabupaten m, terutama di Pulau Jawa mengalami proses transformasi menjadi kota di proyeksikan penduduk tinggal di Urban Areas pada tahun 2045 mencapai 80%.
Selain itu, dukungan sumber daya (dana, SDM, dan tata kelola) yang masih minim untuk menempatkan aspek pengurangan risiko bencana sebagai salah satu dasar dalam pembangunan.
Kemudian, kurangnya investasi PRB lintas sektor karena PRB dianggap sebagai ‘biaya untuk sesuatu yang belum tentu terjadi’ dan bukan ‘investasi untuk mengurangi risiko’.
Dia melanjutkan, penurunan kualitas ekosistem karena kegiatan manusia yang mengancam kemampuan dan ketersediaan layanan lingkungan seperti perlindungan terhadap banjir.
Kemudian, usia infrastruktur yang semakin menua dan standar bangunan yang tidak aman yang dapat mengakibatkan keruntuhan bangunan.
Dampak perubahan iklim yang menaikkan atau menurunkan suhu, curah hujan dan gelombang ekstrim berpengaruh terhadap frekuensi, intensitas dan cakupan lokasi bencana terkait iklim.
Baca Artikel Selanjutnya :