
Pertumbuhan KPR Melambat, Daya Beli Rumah Melemah
Bank Indonesia mencatat penyaluran KPR tumbuh hanya 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp785,9 triliun.
Konstruksi Media – Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari perbankan menunjukkan perlambatan di pertengahan 2025, seiring kurang sehatnya daya beli masyarakat.
Bank Indonesia mencatat, nilai outstanding KPR mencapai Rp810,1 triliun pada Mei 2025, tumbuh hanya 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp785,9 triliun
Angka ini menandai perlambatan signifikan dari tren pertumbuhan tinggi selama dua tahun terakhir.
Skema kredit hunian sebagai tulang punggung kredit konsumer menghadapi hambatan karena daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya. Ada dua faktor utama:
- Keterbatasan daya beli, yang menahan permintaan kredit baru.
- Tingkat kredit bermasalah (NPL) yang sedikit meningkat, mencerminkan risiko pada segmen KPR.
Baca juga: Ukuran Rumah Subsidi Kian Menciut: Solusi Backlog atau Ancaman Kelayakan Hunian?
Bank sentral dan analis menyoroti bahwa pendapatan rumah tangga belum pulih setelah tekanan inflasi dan suku bunga tinggi. Akibatnya, masyarakat cenderung menahan diri dan menunda rencana pembelian rumah.
Meski perlambatan KPR ini wajar dalam fase pemulihan ekonomi, pihak bank dituntut untuk merumuskan strategi baru, seperti:
Menawarkan produk kredit fleksibel dan suku bunga menarik.
- Mengedukasi segmen milenial serta kelas menengah tentang kepemilikan rumah.
- Meningkatkan inklusi keuangan dengan digitalisasi dan proses yang lebih efisien.
Dengan asumsi ekonomi membaik dan daya beli pulih, pertumbuhan KPR diprediksi kembali membaik pada kuartal berikutnya. Namun saat ini, industri perbankan perlu berhati-hati mengelola risiko sekaligus merancang inovasi produk sesuai kondisi konsumen. (***)