Konstruksi Media – Tim Acintya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan desain bangunan tahan gempa di Indonesia.
Hal tersebut lantaran Indonesia sebagai wilayah yang dikelilingi oleh Pacific Ring of Fire memiliki wilayah geografis yang rawan akan bencana gempa. Untuk itu, para insinyur terus berinovasi untuk membuat bangunan yang kokoh terhadap gempa.
Ketua Tim Acintya ITS Alexander Alvin Gunawan mengatakan banyak sekali kerugian yang disebabkan akibat adanya gempa bumi di Indonesia.
Tercatat sejak tahun 2018, puluhan ribu fasilitas umum, rumah, bahkan nyawa manusia yang hilang akibat dampak gempa di Indonesia sendiri.
Alexander bersama timnya yakni M Luqman Figo dan Al Hafiz Akbar merancang bangunan tahan gempa dengan kemampuan daktilitas sebagai struktur utama.
Daktilitas secara sederhana adalah kemampuan struktur bangunan untuk meregang saat menerima beban maksimumnya sebelum runtuh.
Alexander mengungkapkan semakin tinggi kemampuan daktilitas struktur maka semakin baik bangunan tersebut dalam menyerap energi gempa.
Baca Juga : Bersama AirNav dan Beehive Drones, ITS Ciptakan Sistem Monitoring Drone
Dengan perencanaan tersebut juga, kata dia, bangunan akan lebih lama untuk bisa runtuh sepenuhnya akibat gempa. Hal ini memberikan waktu bagi penghuni bangunan keluar ke tempat terbuka.
“Untuk mencapai daktilitas yang tinggi, kami menggunakan kayu sebagai material bangunannya,” jelas Alexander., Sabtu, (17/12/2022).

Mahasiswa Departemen Teknik Sipil ITS tersebut menjelaskan, kayu digunakan karena mudah didapat dan memiliki kemampuan daktilitas dibandingkan beton. Selain itu, kayu juga merupakan material ringan, maka berat total struktur akan semakin ringan pula.
“Dengan itu, gaya gempa yang diterima oleh struktur menjadi lebih kecil,” ujarnya.
Menurut dia, untuk membangun bangunan yang kokoh, wajib memiliki struktur yang sederhana, simetris, dan kompak. Selain itu, distribusi massa, kekakuan, dan kekuatan diusahakan seragam dan terus-menerus.
Dengan mengikuti hal tersebut, maka Tim Acintya merancang bangunan menggunakan struktur dengan bracing yang berbentuk V terbalik atau Inverted V.
“Bracing merupakan pengaku atau pengikat pada struktur yang dapat mendukung untuk menahan beban struktur. Lebih lanjut, bracing yang berbentuk V terbalik dipilih karena merupakan struktur yang sederhana, tetapi dapat menahan beban dengan baik. Hal itu telah dibuktikan bahwa bracing inverted V memiliki ketahanan terbaik terhadap beban dari berbagai macam bentuk bracing yang ada,” paparnya.
Lewat inovasinya tersebut, lanjutnya, Tim Acintya telah berhasil meraih juara III pada ajang berskala nasional Earthquake Resistant Design Competition WCC 2022 yang diselenggarakan oleh Teknik Sipil Universitas Warmadewa, akhir November lalu.
Tercatat dalam kompetisi tersebut, bangunan 11 lantai karya Tim Acintya ini berhasil menahan beban 1,2 kilogram setiap dua lantai saat pengujian beban bangunan.
Baca Artikel Selanjutnya :