Konstruksi Media – Pembangunan rumah layak huni melalui Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) di Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pemerintah desa setempat.
Program BSPS diakui membantu sekitar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) seperti buruh tani serta peternak sapi “gaduh” untuk meningkatkan kualitas 113 rumah yang sebelumnya tidak layak menjadi lebih layak huni.
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Iwan Suprijanto mengatakan, Program BSPS dilaksanakan untuk mengurangi jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sekaligus Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (PKE) di seluruh daerah di Indonesia.
“Pada tahun 2022, Kementerian PUPR menyalurkan BSPS di Provinsi Jawa Timur sejumlah 32.033 unit. Jumlah tersebut tersebar di 34 Kabupaten dan Kota di seluruh Jawa Timur,” kata Iwan.
Ia mengatakan, anggaran Program BSPS yang disalurkan Kementerian PUPR di Kabupaten Malang senilai Rp12, 18 Miliar untuk meningkatkan kualitas RTLH sebanyak 609 unit. Menurut dia, peran Pemerintah Daerah (Pemda) sangat penting karena bisa mendorong CSR dari PT Nestle untuk drainase, serta pembangunan jalan lingkungan melalui Dinas Perkim serta bantuan dari Baznas Rp 5 juta per unit rumah.
“Khusus di Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang kami siap menyelesaikan BSPS sejumlah 113 unit dengan anggaran Rp 2,26 M. Kami juga siap menjadikan Desa Ngabab sebagai percontohan Kampung/Desa BSPS” dengan berkolaborasi dan bekerjasama dengan Baznas maupun sektor swasta lewat dana CSR nya untuk membantu masyarakat memiliki hunian yang layak,” jelasnya.

Salah seorang penerima Program BSPS di Desa Ngabab, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Hariyadi (37) bersama isterinya Ramiati mengatakan, keluarganya tidak pernah menduga bisa membangun rumah menjadi layak huni. Apalagi dirinya hanyalah seorang buruh tani dan bekerja serabutan dan tidak memiliki penghasilan tetap.
“Saya hanya bekerja sebagai buruh tani yang hanya dibayar Rp50 ribu selama bekerja setengah hari di ladang. Itu pun kalau ada yang meminta bantuan untuk mengerjakan pekerjaan tani ya kalau tidak ada ya nggak kerja,” ujarnya saat ditemui di rumahnya.
Baca juga: Cegah Dilusi, Erick Thohir Pinta Adhi Karya Lakukan Right Issue
Dirinya menceritakan rumahnya dulu hanya dari kayu, berdinding dari anyaman bambu, lantainya tanah dan atapnya sering bocor apabila hujan turun. Namun dengan pendampingan petugas Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Program BSPS, saat ini rumahnya telah berubah drastis terlihat dari konstruksi pondasi beton, dinding hebel dan memiliki lantai yang diplester.
Sejak mendapatkan sosialisasi Program BSPS di Balai Desa Ngabab, Haryadi mulai yakin bahwa rumah layak adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hariyadi pun rela menggunakan tabungan keluarga sebanyak Rp 25 juta untuk menambah dana stimulan dari Kementerian PUPR sekitar Rp 20 juta.
“Alhamdulillah sekarang rumah saya jadi lebih layak karena sudah dibangun berkat Program BSPS dan berharap kegiatan ini dilanjutkan ke depan. Kami mendapat pendampingan dari TFL mulai dari sosialisasi hingga saat proses pembangunan dan pastinya BSPS ini gratis dan tidak ada potongan sama sekali,” ucapnya.
Hal senada disampaikan warga Desa Ngabab lainnya yakni Suhardi (51). Ia mengatakan, baru kali ini keluarganya mendapatkan bantuan perumahan dari pemerintah. Keluarganya pun sangat bersyukur bisa memperoleh dana BSPS senilai Rp20 juta yang di gunakan untuk membeli bahan bangunan Rp17,5 juta dan Rp2,5 juta untuk upah tukang.
Suhadi yang juga menjadi peternak sapi “gaduh” juga mendapatkan dana BSPS dan didampingi oleh TFL dalam proses pembangunan rumahnya. Dirinya mengaku ingin keluarga dan anak-anaknya bisa tinggal di rumah yang layak huni.
“Lebih enak rumahnya yang sekarang karena dindingnya sudah tidak pakai bilik bambu tapi ditembok pakai hebel. Program BSPS ini sangat baik dan terimakasih kepada Presiden Joko Widodo dan Kementerian PUPR karena Program BSPS ini sangat bermanfaat dan perlu dilanjutkan karena warga bisa bergotong royong saling membantu dalam pembangunan rumah,” jelasnya.
Sementara itu, perangkat desa setempat yakni, Kaur Keuangan Desa Ngabab, Hamam Royani dan Kasi Pelayanan Desa Ngabab, Yoga Prasetyo mengaku pihak desa sangat terbantu karena Program BSPS mampu mengurangi jumlah rumah tidak layak huni di daerahnya. Apalagi hingga saat ini masih banyak RTLH yang di huni oleh masyarakat Desa Ngabab karena mereka tidak memiliki penghasilan tetap sehingga membutuhkan bantuan dari pemerintah.
“Program BSPS ini harus dilanjutkan karena bisa mengurangi RTLH di desa-desa sekaligus membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Dari data yang kami miliki dari sekitar 400 RTLH, sebanyak 113 rumah telah berubah menjadi rumah layak lewat Program BSPS,” katanya.
Baca artikel selanjutnya:
- Majalah Konstruksi Media Edisi XIV 2025: Program 3 Juta Rumah, Realistiskah?
- Majalah Konstruksi Media Edisi XIV 2025: Jalan Terjal Proyek Infrastruktur Pascapotong Anggaran 2025
- Ajak Anak hingga Cucu, Menteri Dody Berlebaran dengan Presiden Prabowo di Istana Negara
- Majalah Konstruksi Media Edisi XIV 2025: Lika-Liku Program 3 Juta Rumah