MATOS, Produk Unggulan untuk Perkerasan Tanah Hasil Karya Anak Bangsa
Hasil karya anak bangsa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Saat ini Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sudah mencapai 90,35 persen.
Konstruksi Media – MATOS Soil Stabilizer adalah sebuah merek aditif yang berfungsi untuk memadatkan (solidifikasi) dan menstabilkan atau perkerasan tanah secara kimia. Bentuk fisik MATOS berupa serbuk putih halus terdiri dari komposisi mineral anorganik.
Direktur Joglo Matos Nusantara, Dwi Purnomo menjelaskan, MATOS merupakan bahan tambah untuk soil semen, supaya lebih stabil dan bisa mengatasi tanah ekspansif atau tanah lunak pada lokasi proyek konstruksi.
Produk MATOS ini telah digunakan pada proyek-proyek di daerah yang susah akan material batu seperti Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Di tiga pulau tersebut ada problem tanah lunak, tanah lempung ke arah tanah organik, sampai tanah gambut yang mengganggu pembangunan infrastruktur.
Baca juga: Konstruksi Media Gelar Talkshow Baja Ringan untuk Berikan Pencerahan ke Dunia Usaha
“Itu sangat mudah diimplementasikan untuk infrastruktur. Jadi, metode ini sebenarnya sudah lama karena basic kami adalah soil semen. Tapi ini ada peningkatan lagi sehingga ikatan tanah dan semen itu menjadi lebih sempurna dengan penambahan MATOS ini,” kata Dwi Purnomo saat diwawancarai dalam event Konstruksi Indonesia 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, dikutip Selasa (7/11/2023).
Dwi menerangkan, salah satu faktor “perusak jalan” adalah air. Campuran tanah dan semen saja tidak cukup untuk mengeraskan jalan. Dengan demikian, apabila dicampur dengan produk MATOS, maka dapat dipastikan akan meningkatkan modulus elastisitas dan daya kekuatan tanah.
Pengaplikasian pertama harus ada pengupasan tanah. Kedua, tanah yang sudah melalui metode pertama tersebut selanjutnya dilakukan penghamparan semen yang sudah diratakan oleh pekerja. Ketiga, ada proses pengadukan tanah dan semen. Keempat, larutan matos yang sudah dicampur air, disiramkan ke tanah dan semen tersebut.
Finalisasinya adalah proses pemadatan jalan. Baru setelah itu diaspal. Dengan mengikuti tahapan ini, maka tanah akan menguat, tidak berpotensi menjadi lembek seperti bubur lagi.
“Melalui penambahan aditif MATOS ini, dia lebih stabil, dan juga bisa meningkatkan nilai kuat tekan atau nilai strength. MATOS ini tinggal dilarutkan di air, bentuknya seperti serbuk halus putih,” ucapnya.
Dwi Purnomo memastikan, MATOS produk dalam negeri, hasil karya anak bangsa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Saat ini Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sudah mencapai 90,35 persen.
Produk ini juga sudah lolos uji ramah lingkungan dan disertifikasi dengan Sirim Test oleh Departemen Lingkungan Hidup Malaysia, bahkan ikan pun diklaim dapat hidup dalam larutan MATOS karena sifatnya tidak beracun.
Baca juga: Konstruksi Indonesia 2023 Hadirkan Rusun ASN yang Dibangun Kementerian PUPR di IKN
“Jadi ini penemuan kami sendiri dan kami sekarang juga sudah mempunyai spesifikasi SEKSI Skh-2.5.4,” ucapnya.
Untuk mendapatkan spesifikasi khusus interim lapis pondasi semen-tanah-bahan tambahan (aditfi), Dwi harus menunggu sekitar empat tahun. Mulanya, MATOS diusulkan untuk masuk ke project-project Kementerian PUPR. Kemudian, produk itu diuji di Pusat Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Bandung. Setelah itu, produk kembali diuji di area Jakabaring.
“Terbitlah spesifikasi SEKSI Skh-2.5.4 dan itu nanti bisa digunakan untuk project-project yang menggunakan anggaran pemerintah seperti APBN dan APBD,” tutur Dwi Purnomo.
Sejak spesifikasi SEKSI Skh-2.5.4 diterbitkan tahun 2017 lalu, otomatis MATOS mulai direkomendasikan oleh Kementerian PUPR apabila ada proyek perbaikan jalan yang memiliki masalah pada tanah. Tahun 2023 ini, MATOS terlibat dalam proyek di perbatasan Balai Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Di sana (Sulsel) jalan terputus. Pak Menteri PUPR (Basuki Hadimuljono) minta dibikinkan jalan, karena jalan itu menghubungkan tiga provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah,” tuturnya.
Dengan masuknya produk MATOS dalam perbaikan jalan, kata Dwi, maka menjadi memudahkan mobilitas jual beli dan distribusi barang lintas provinsi. Terlebih, di Sulawesi itu tersohor sebagai daerah penghasil kopi, beras, dan cokelat terbaik.
Pembangunan jalan yang sempat terputus di sana, kata Dwi, pada akhirnya juga mengurangi cost. Sebab, sebelum ada perbaikan jalan di mana MATOS masuk, transportasi satu-satunya di sana ialah menggunakan jasa antar ojek dengan tarif Rp1,5 juta.
MATOS masuk dalam agenda investasi jalan daerah untuk infrastruktur di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, hingga Papua. Selain itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) disebutnya sudah mulai melirik produk MATOS, setelah diaplikasikan di Samboja.
Dwi pun mengungkap angin segar lainnya, setelah produk MATOS berhasil masuk ke Ibu Kota Nusantara (IKN) serta Pertamina Hulu Rokan.
“Sekarang kami juga kerja di IKN di ruas tol 6A bersama Adhi Karya untuk jalan akses di sana,” tuturnya.
Dia pun berharap melalui keikutsertaan MATOS dalam event Konstruksi Indonesia di JIEXpo pada awal November 2023 ini, selanjutnya dapat memperluas jaringan koneksi MATOS guna menambah proyek ke depannya, setelah diberikan kesempatan untuk mengenalkan produk terbaiknya.
Harapan utama yang ia tekankan ialah agar pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR dan kontraktor lebih dapat mengangkat produk-produk dalam negeri. Sebab, belum lama ini untuk urusan kualitas, MATOS dapat mengalahkan para kompetitor dari luar negeri.
“Kami diadu di tol 3A dengan produk luar negeri, alhamdulillah kami unggul 50%, harga kami juga lebih murah,” katanya.
Bahkan, MATOS dapat mengalahkan kualitas produk dari Jerman, Australia, dan Malaysia.
Saat ini MATOS memiliki pabrik di Solo, Jawa Tengah atas nama PT Watukali Capita Ciptama. Produk MATOS sudah terdaftar di e-katalog sektoral Kementerian PUPR, Bidang Bina Marga, Sub Bidang Jalan dan Jembatan.
“MATOS Soil Stabilizer murah, ramah lingkungan, mudah, produk Indonesia,” kata Dwi Purnomo memungkasi.