Dilengkapi Smart Canopy, Tim ACE ITS Rancang Konsep Baru Desain Jembatan Indonesia
Implementasikan teknologi Building Information Modeling (BIM) dan Structural Health Monitoring System (SHMS), jembatan Jaya Askara ini memiliki sistem perencanaan, pengelolaan, dan keamanan dengan kualitas tinggi.
Konstruksi Media – Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil merancang jembatan bentang panjang yang mengusung konsep diagonal arch bridge.
Ide tersebut dilakukan oleh tim ACE dari Departemen Teknik Sipil ITS yang memberikan ide untuk memberikan fasilitas jembatan yang ramah terhadap lingkungan dan bagi pejalan kaki.
Ketua Tim ACE ITS Zaidan Dzaki Prasetya Adi menjelaskan desain jembatan bernama Jaya Askara ini juga dilengkapi teknologi mutakhir dan desain yang megah guna mendukung kemajuan infrastruktur di Indonesia.
Zaidan Dzaki menambahkankan bahwa rancangan jembatan yang mengusung konsep diagonal arch bridge belum pernah ada di Indonesia sebelumnya. Hal ini mendorong timnya untuk mengusung konsep jembatan ini dengan memadukan teknologi dan kearifan lokal.
“Konsep jembatan rancangan kami memiliki struktur yang sederhana namun dapat menahan beban dengan sangat kuat,” ungkap dia memastikan, (16/12/2024).
Zaidan menjelaskan, jembatan sepanjang 200 meter ini dirancang untuk menunjang keamanan dan kenyamanan pejalan kaki yang melintas. Salah satunya dengan pemasangan guardrail roller sebagai pembatas jalan yang dapat meredam dan mengubah energi tumbukan menjadi energi rotasi.
Selain itu, suicide barrier dan papan nomor darurat turut dipasang guna menghindari kejadian buruk yang dapat menimpa pejalan kaki.
Lebih jauh, Zaidan mengungkapkan inovasi smart canopy yang dipadukan dengan teknologi panel surya menghadirkan kenyamanan sebagai tempat istirahat dan beraktivitas. Energi yang dihasilkan menyediakan jaringan listrik dan wi-fi serta pencahayaan yang memadai.
“Trotoar selebar 2,5 meter dan keberadaan blind guide di kedua sisi jembatan menambah kenyamanan pejalan kaki dari berbagai kalangan,” jelas Zaidan.
Jembatan yang proyeksinya dirancang di atas Sungai Cisadane, Kabupaten Tangerang tersebut juga mengintegrasikan teknologi Building Information Modeling (BIM) dan Structural Health Monitoring System (SHMS). Dengan perpaduan kedua teknologi ini, jembatan Jaya Askara ini memiliki sistem perencanaan, pengelolaan, dan keamanan dengan kualitas tinggi.
Lebih rinci, tim bimbingan dosen Ahmad Basshofi Habieb ST MT PhD ini menerapkan teknologi BIM dalam berbagai proses perancangan jembatan. Di antaranya proses pemodelan, mutu penjadwalan proyek, quantity material take off, analisis energi, serta manajemen dan controlling.
“Teknologi BIM memastikan pembangunan dan pengoperasian jembatan aman bagi lingkungan dan pekerja,” beber Zaidan menambahkan.
Mahasiswa Departemen Teknik Sipil ITS tersebut menjelaskan, teknologi SHMS dilengkapi dengan berbagi sensor wireless berbasis Internet of Things (IoT). Dari sensor tersebut didapatkan sejumlah data waktu nyata yang akan dimuat dalam aplikasi bernama Jaya Siaga. Di antaranya data cuaca, suhu, dan kelembaban di sekitar jembatan serta struktur, komponen, dan kesehatan jembatan.
Jembatan dengan lebar total sebesar 22 meter tersebut turut mengusung sustainable green construction sebagai bentuk mewujudkan infrastruktur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal tersebut dibuktikan dengan inovasi pada bahan dan material yang digunakan.
“Kami menggunakan limbah cangkang kerang dan granit pada pembangunan plat lantai jembatan,” ungkap mahasiswa angkatan 2022 ini.
Penggunaan panel surya sebagai sumber energi listrik utama pada jembatan juga sebagai bentuk upaya menyukseskan aksi ramah lingkungan ini. Zaidan berharap melalui upaya tersebut, hamburan emisi karbon dalam proses pembangunan maupun pengoperasian jembatan dapat berkurang, sehingga proses perubahan iklim yang terus berjalan dapat diantisipasi.
Di samping itu, desain jembatan setinggi 70 meter ini memadukan warna dan ornamen dengan sentuhan kearifan lokal dari suku Betawi. Hal ini dapat dilihat dari warna kuning dan emas serta ornamen gigi balang dan batik ondel-ondel yang menghiasi railing di sepanjang sisi jembatan.
Warna merah dan putih pada busur jembatan juga digunakan untuk merepresentasikan kekuatan bangsa Indonesia.
Berkat torehan inovasi cemerlangnya tersebut, tim yang juga beranggotakan Athallah Rafi Zakariyah dan Dimas Nurdyansyah ini telah berhasil menyandang gelar juara I dan favorit pada kompetisi Civil Expo 2024 kategori National Bridge Design Competition yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Sipil ITS, beberapa waktu lalu.
“Semoga adanya jembatan ini dapat mewujudkan infrastruktur yang inovatif dan berkelanjutan serta menjadi landmark baru bagi bangsa Indonesia,” tandas Zaidan penuh harap.
Baca Juga :
- Fosroc Kenalkan Dua Produk Waterproofing untuk Ruang Bawah Tanah, Polyurea dan Proofex Engage
- Erick Thohir Pastikan Tidak Ada Kenaikan Harga Tiket Mudik Lebaran
- Pelajari Arsitektur Hijau, Unismuh Makassar Gelar Kuliah Lapangan di Nipah Park
- CBDK Akuisisi IPN Senilai Rp2,3 Triliun, Dorong Proyek MICE di PIK 2
- Sinergi Kementerian BUMN, UMKM, PKP, dan BPOM Cetak Keberhasilan 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran