
Meski terjadi penurunan penjualan, utilisasi industri mencapai 56,5%, sedikit lebih tinggi dibandingkan 2023 berkat peningkatan ekspor, namun masih di bawah tingkat utilisasi sebelum pandemi Covid-19 pada 2019. Kapasitas terpasang industri semen nasional saat ini mencapai 119,9 juta ton per tahun.
“Penurunan penjualan semen lebih disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat dan melambatnya permintaan dari proyek-proyek pemerintah, baik di Jawa maupun wilayah lain seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur,” jelas Lilik.
Secara regional, pasar utama di Jawa mengalami penurunan tipis 0,1% dengan volume mencapai 33,5 juta ton, hampir sama dengan 2023. Di Kalimantan, penjualan tumbuh 11,2% pada 2024, namun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 22,1% pada 2023 akibat pengurangan anggaran infrastruktur di IKN. Sementara itu, Bali dan Nusa Tenggara mencatat pertumbuhan 3,3% pada 2024 dibandingkan 2023, berkat proyek-proyek penunjang pariwisata.
“Wilayah lain seperti Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Papua cenderung mengalami penurunan penjualan,” tambahnya.
Di sisi lain, ekspor semen terus menunjukkan peningkatan meskipun ekonomi global masih melemah. Negara-negara seperti Bangladesh, Australia, dan Taiwan tetap menjadi pasar utama ekspor semen Indonesia. Hingga akhir 2024, total ekspor semen dan clinker tumbuh 10,4% dengan volume 11,9 juta ton, didorong oleh tingginya permintaan clinker di pasar internasional. (***)