Bangkitkan Ekonomi Saat Pandemi, Ini Langkah BI Sumbar
Konstruksi Media – Kepala Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatra Barat (Sumbar) Wahyu Purnama mengatakan, minyak kelapa sawit beserta produk olahan masih menjadi pendorong ekonomi Sumbar yang perlu didukung dan dikembangkan.
Untuk hal itu, pihaknya merekomendasikan lima upaya pengembangan ekonomi Sumbar yang terdampak pandemi covid-19 agar bisa kembali tumbuh dan bangkit.
“Hilirisasi minyak kelapa sawit perlu terus dilakukan agar memberikan nilai tambah yang lebih besar terhadap perekonomian dan tidak terlalu rentan dengan fluktuasi harga,” ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (7/7/2021).
- Perkuat Sektor Pariwisata, Kemen BUMN dan Kemenpar Bentuk Satgas
- Waketum GAPENSI Beberkan Peluang Sektor Konstruksi 2024-2029 dalam Kabinet Merah Putih
- Rapat Kerja dengan Komisi V DPR, Menteri PU Laporkan Realisasi Anggaran 2024
“Pertama yang perlu dilakukan adalah mendorong hilirisasi komoditas unggulan terutama ekspor,” lanjutnya.
Lebih lanjut Wahyu menyampaikan, rekomendasi poin kedua adalah menjadikan pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Ia menilai tren penurunan industri pengolahan mengindikasikan Sumbar memerlukan sumber pertumbuhan ekonomi baru.
“Kekayaan alam, seni dan budaya menjadi potensi besar pengembangan pariwisata Sumbar,” katanya.
Akan tetapi, kata Wahyu, di tengah pandemi ini pariwisata harus bertransformasi dan mengutamakan protokol kesehatan serta perubahan perilaku pariwisata yang mulai meninggalkan wisata massal.
“Oleh sebab itu perlu pencanangan Sumbar sebagai provinsi wisata dan dan pencanangan tahun kunjungan wisata dengan peta jalan pengembangan yang jelas dan terukur,” ungkapnya.
Kemudian melakukan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah serta ekonomi kreatif. UMKM juga berperan penting dalam mendukung perekonomian Sumbar karena mayoritas pelaku usaha di Sumbar berskala UMKM.
“Perlu kebijakan untuk mendukung produktivitas kualitas, kreativitas kompetensi dan kapabilitas pelaku UKM sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Sumbar,” tegasnya.
Berikutnya mengembangkan ekonomi syariah dan pariwisata halal karena juga memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi Sumbar karena mayoritas warga adalah umat Islam.
“Pengembangan halal value chain pada unit usaha yang dimiliki pondok pesantren serta UMKM unggulan Sumbar perlu dilakukan untuk mendukung ekosistem industri halal,” paparnya.
Kelima mendorong pembayaran nontunai untuk mengurangi risiko penyebaran covid-19 dan mendukung digitalisasi ekonomi. Penggunaan pembayaran nontunai seperti QRIS perlu menjadi prioritas untuk mengurangi risiko penyebaran covid-19.
Ia menilai perlambatan ekonomi akibat covid-19 sehingga menjadi momentum untuk digitalisasi ekonomi.
“Pengembangan pasar lokapasar digital untuk UKM perlu terus didukung dalam rangka efisiensi dan inklusivitas ekonomi,” pungkasnya.***