Indonesia-Korsel Jajaki Kolaborasi Proyek Konstruksi di IKN Nusantara
kami pernah punya pengalaman pemindahan ibu kota negara dari Seoul ke Sejong.
Konstruksi Media – Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) tengah menjajaki satu sama lain untuk dilakukannya kolaborasi di bidang proyek konstruksi, khususnya proyek-proyek konstruksi di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang kini tengah dalam tahap pembangunan infrastruktur dasar.
Hal itu mengemuka dalam pertemuan para ahli manajemen konstruksi dari kedua negara yang berlangsung di Hotel Grandhika, Jakarta, Selasa (22/8/2023).
Dari Indonesia diwakili oleh tiga asosiasi jasa konstruksi yaitu Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI), Asosiasi Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI), dan Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI).
Baca juga: Bambang Susantono: Otorita Masih Nego Investasi Aguan dan Sukanto Tanoto di IKN
Sedangkan delegasi Korea Selatan (Korsel) diwakili oleh Construction Management Association of Korea (CMAK) yang merupakan asosiasi manajemen konstruksi terkemuka dan memiliki peran signifikan dalam berbagai proyek pembangunan di Korsel.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, delegasi Korsel yang dipimpin Yung-hwi BAE, Ketua CMAK, membawa serta enam perusahaan konstruksi besar dari 24 anggota CMAK. yaitu Dowon Engineering & Architects, SAMOOCM Architects & Engineers, JUNGLIM CM Architects Co Ltd, Topec Engineering Co Ltd, Haeahn Architects Inc, dan Heerim Architects & Planners.
Menurut BAE, selain menggalang kolaborasi di bidang CM (Construction Management) dengan tiga asosiasi kontruksi Indonesia, tujuan kedatangan CMAK ke Indonesia antara lain adalah sebagai tindak lanjut pertemuan tingkat menteri antara pemerintah Korsel dan Indonesia beberapa waktu lalu.
“Tujuan kedatangan kami ke Indonesia adalah ingin mendetailkan apa yang telah disepakati oleh menteri kami dan menteri Indonesia,” kata BAE kepada awak media.
Baca juga: Lelang Selesai, PUPR Segera Teken Kontrak Rusun ASN di IKN
Salah satunya terkait Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. BAE memberi alasan kenapa pihak Korsel tertarik pada proyek IKN.
“Kami hanya ingin berbagi pengalaman dengan Indonesia. Sebab, kami pernah punya pengalaman pemindahan ibu kota negara dari Seoul ke Sejong. Berbeda dengan IKN, pemindahan ibu kota negara hanya kantor pemerintahannya saja,” kata BAE.
BAE tak menampik bahwa kedatangan timnya juga dalam upaya investasi di IKN. “Tentang proyek IKN, kami memang tertarik untuk berinvestasi. Tetapi investasi bidang apa dan bagaimana, inilah yang sedang kami jajaki saat ini. Hasilnya nanti akan informasikan kepada para pengusaha di Korsel untuk berinvestasi di Indonesia. Tak terfokus di IKN saja,” BAE menjelaskan.
Pada kesempatan itu, keenam perusahaan spesialis CM dari Korea Selatan berbagi pengalamannya dalam beragam pencapaian proyek mereka baik di dalam negeri maupun internasional, dan mendiskusikan potensi pendekatan kolaborasi di Indonesia.
Sedangkan HAMKI berbagi pengalamannya di IKN, sementara AKI memberikan informasi mengenai perkembangan penting dalam proyek IKN. Peserta lainnya memaparkan peluang investasi dan konstruksi pada proyek-proyek seperti Pelabuhan Terminal Lombok, KEK, dan Aeropolis.
Ketua penyelenggara yang juga Ketua Umum IAMPI, Darma Tyanto Saptodewo menjelaskan bahwa kedua belah pihak membahas peluang kerjasama dalam proyek IKN dan berbagai proyek konstruksi. Terjadi pertukaran informasi menyeluruh mengenai Indonesia terkait pembiayaan proyek, termasuk suku bunga dan inflasi, serta diskusi mengenai pendekatan kolaborasi berdasarkan pembiayaan proyek di masa depan.
“Selain itu, mereka juga menjajaki peluang pertukaran insinyur antara kedua negara dan cara bagi perusahaan konstruksi Korea untuk terlibat dalam beragam proyek dengan mempekerjakan tenaga profesional Indonesia yang mendapatkan manfaat dari biaya tenaga kerja yang relatif lebih rendah,” kata Darma.
Menurutnya, Korsel telah lama menggunakan CM dalam proyek konstruksi dan memiliki keahlian yang signifikan.
Keenam perusahaan spesialis CM dari Korsel yang hadir pada pertemuan di Grandhika serta berbagai perusahaan anggota CMAK, memiliki wawasan yang luas. Hal ini juga mencakup potensi kolaborasi dengan perusahaan anggota IAMPI, HAMKI, dan AKI.
“Khususnya, IAMPI dan CMAK bersama-sama mengembangkan Pedoman Manajemen Konstruksi untuk proyek-proyek konstruksi di Indonesia pada tahun 2019, yang diharapkan dapat diterapkan secara luas dalam kolaborasi masa depan antara kedua negara,” katanya.
Pada 20 Desember 2017, CMAK dan IAMPI menandatangani MoU kerjasama antara perusahaan terkait konstruksi dari kedua negara. Berdasarkan perjanjian ini, Komite Kolaborasi Konstruksi Indonesia-Korea dibentuk pada Juni 2018. Komite ini berdedikasi untuk membina kolaborasi CM antara kedua negara, menyelenggarakan berbagai seminar dan proyek percontohan.
Penulis: Hasanuddin
Baca artikel lainnya: