JakPro dan MRT Jajaki Pengembangan Kawasan TOD di Dekat Stasiun
Ada 5 kawasan yang bisa dikembangkan yaitu Kawasan Lebak Bulus, Kawasan Fatmawati, Kawasan Blok M, Kawasan Istora Senayan, dan Kawasan Dukuh Atas.
Konstruksi Media – PT Jakarta Propertindo (JakPro) dan PT MRT Jakarta (Perseroda) meneken Nota Kesepahaman Penjajakan Potensi Kerja Sama untuk Pengembangan Properti pada kawasan transit oriented development (TOD).
Direktur Utama JakPro Iwan Takwin menjelaskan, kerja sama ini didasari kesamaan bidang yang dikelola, baik dari JakPro maupun MRT, dalam hal ini adalah pengembangan TOD. Menurut dia, TOD merupakan suatu perencanaan dan pengelolaan suatu kawasan yang tentunya tidak hanya sekadar membangun.
“Tetapi ada pola, ada karakter yang terbangun nantinya, akan ada budaya yang terbangun nantinya dengan karakter mobility atau pergerakan manusia akibat adanya station transportasi publik di sana, khususnya MRT Jakarta,” kata Iwan dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut di Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu (16/8/2023) kemarin.
Baca juga: SKK Migas dan Pertamina Hulu Rokan Gaet Perusahaan Ahli MNK Kerja Sama di Indonesia
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat menuturkan, ada 5 kawasan yang bisa dikembangkan dan diamanatkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk dikembangkan, yaitu kawasan Lebak Bulus, Kawasan Fatmawati, kawasan Blok M, kawasan Istora Senayan, dan kawasan Dukuh Atas. Namun, sebelum menentukan kawasan mana yang akan dikembangkan, harus dilalui beberapa tahapan terlebih dahulu.
“Ada beberapa, pertama NDA (non-disclosure agreement) saling bertukar knowledge dan dokumen, kedua FGD (focus group discussion) itu dalam langkah memapping project. Kemudian bikin kajian, mana yang lebih feasible. Kemudian yang terakhir baru PKS (perjanjian kerja sama),” tuturnya kepada wartawan di Wisma Nusantara dikutip dari detikcom.
Tuhiyat juga meminta kepada pihak JakPro untuk profesional dalam mengerjakan proyek pengembangan TOD tersebut.
“Mohon ini disikapi secara profesional. Artinya kita serius, jangan maju mundur. Kita gabung bersama, ada kesulitan kita pecahkan bersama supaya ada hasil. Di Jakarta kan suka banyak bicara tapi lama, kita kurang suka ke sana,” katanya.
Kembali ke Iwan Takwin, untuk konsep pengembangan TOD-nya sendiri akan tergantung dari kebutuhan suatu kawasan. Jadi, tidak melulu soal hunian.
Baca juga: Alam Sutera Garap Cluster Premium European Classic, Launching Oktober 2023
“Kalau ditanya ‘apakah di situ ada fasilitas ini?’ Nah itu kan sejalan dengan analisa, konsepnya nanti. Kan ada beberapa aspek yang harus dianalisa, tidak hanya dari sisi teknisnya, nonteknisnya seperti apa, perkembangan ekonomi akibat ada stasiun MRT, budaya yang berubah itu kan harus disikapi,” ucapnya.
“Dari perubahan tersebut muncul lah kebutuhan, ada yang berupa fasilitas ada yang berupa nonfasilitas. Itulah yang nanti dibentuk menjadi concept design, desain awal, baru didetilkan dengan engineering design,” ujar dia lagi.
Untuk kajiannya sendiri, kata Iwan, harus dilakukan secara cepat agar bisa menentukan kawasan untuk dijadikan pilot project. Jika sudah ada satu pilot project, tak menutup kemungkinan bisa mengembangkan kawasan lainnya.
“Bertahap, karena kajian itu tidak bisa langsung dibungkus. Oh kita mulai dari pola sosial di sana seperti apa, kita kaji, baru masuk ke ekonomi seperti apa, kemudian masuk ke teknisnya,” ujar Iwan.
Untuk pendanaannya, Iwan merencanakan tidak akan menggunakan APBD. Sebab, ada banyak skema pendanaan.
“Skema-skema penganggarannya banyak, pilihan alternatifnya banyak, tinggal bagaimana kita memilih yang tepat dengan proses analisa pengkajian kita,” ucapnya memungkasi.
Baca artikel lainnya: