Implementasikan Pendekatan Konstruksi Ramping, WIKA Gedung (WEGE) Sempat Diganjar Rekor MURI
Ini merupakan Lean and Green Construction produk yang ramah lingkungan, memperhatikan lingkungan sehingga sustainability menjadi lebih baik dan pemakaian energi serta sumber dayanya menjadi lebih efektif dan efisien.
Konstruksi Media – Kepala Bagian BIM PT. Wika Gedung (WEGE) Arddhanu Zunanto Hardhi mengatakan pihaknya sudah mengimplementasikan pendekatan konstruksi ramping baik dari sisi project offset construction maupun onside construction. Bahkan, pengalaman ini membuat WEGE sempat diganjar rekor MURI, beberapa tahun lalu.
Mulanya, Hardhi menyinggung soal studi tesisnya di Universitas Gajah Mada (UGM). Saat itu ia mengaku tertarik melihat penelitian Dr. Ir. Muhammad Abduh dari Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekasaya Konstruksi (KKMRK) Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB) ihwal bagaimana memaksimalkan nilai serta meminimalisir waste di industri konstruksi dan manufaktur.
Setelah menelaah penelitian tersebut, Hardhi pun mendapat kesimpulan bahwa ada pemborosan energi di bidang industri. Dirinya juga jadi melihat banyak peluang melakukan continuous improvement guna memperbaiki setiap proses di lini bisnis.
“Sehingga proses bisnis di industri konstruksi menjadi lebih efektif dan lebih efisien, tentu sustainability-nya juga menjadi lebih baik,” kata Hardhi saat menjadi pembicara dalam webinar “Berbagi Kerampingan #01” yang diselenggarakan secara daring oleh KKMRK, dikutip Konstruksi Media di Jakarta, Minggu (4/6/2023).
Ia pun melakukan analisis menggunakan “7 Wastes of Lean”, “Value Stream Mapping (VSM)”, dan “Tools Value Stream”, dilanjutkan dengan meng-improvisasi proses untuk meningkatkan value dengan memanfaatkan penggunaan teknologi. Dengan itu, Hardhy percaya WEGE mampu meningkatkan produktivitas dari setiap lini dalam proses bisnis.
Di sisi bersamaan, ia menyadari benang merah utamanya ada pada informasi untuk menjadikannya terintegrasi dengan pelbagai stakeholder, agar pihak terkait dapat berkolaborasi melalui pemanfaatan informasi guna menekan waste yang tidak akan menghasilkan kualitas-kualitas pekerjaan yang baik.
“Contohnya pada saat kita melakukan suatu proses pekerjaan, tentu membutuhkan informasi terkait pekerjaan yang akan dilaksanakan dan yang harus dikirim kepada stakeholder berikutnya sehingga informasi-informasi tersebut tidak terputus, dan menjadi salah satu ekosistem yang nantinya, harapannya, dapat meningkatkan nilai di sisi konstruksi,” ucapnya.
Setelah itu, Hardhy mengutip Internasional Jurnal of Information System and Project Management. Dalam studi tersebut disampaikannya ada 10 dimensi dari Building Information Modeling (BIM). Ia menarik kesimpulan, BIM ini dapat meminimalisir waste yang ada, dari segi transfer hingga skill di bidang industri konstruksi dan manufaktur.
“Salah satu yang dilakukan oleh kami di WIKA Gedung adalah dengan teknologi juga dengan teknologi modular. Ini merupakan Lean and Green Construction produk yang ramah lingkungan, memperhatikan lingkungan sehingga sustainability menjadi lebih baik dan pemakaian energi serta sumber dayanya menjadi lebih efektif dan efisien,” ucapnya.
“Seluruh kegiatan-kegiatan yang sebenarnya bisa dilakukan di offset construction dalam hal ini di workshop dapat meminimalisir limbah serta sisa-sisa material dari pekerjaan-pekerjaan berulang tersebut. Lalu, juga minim polusi udara serta safety yang dapat meningkat ketika kita bandingkan dengan onside construction,” ujar dia lagi.
Dalam proses implementasi terkait pendekatan konstruksi dengan teknologi modular, membuat WEGE bisa lebih cepat mengonstruksi suatu pekerjaan. Contohnya saat WIKA Gedung mendapat proyek pengerjaan di Rumah Sakit Pulau Galang saat pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia.
Dengan konsep pendekatan lean dan pendekatan manufaktur, kata dia, dari instalasi sampai proses pembuatan, WEGE dapat menyelesaikan lebih dari 200-an kasur atau bed hanya dalam waktu delapan hari saja.
Selain itu, pada proyek dengan Rumah Sakit Kota Tanjung Duren, WEGE juga dapat mempercepat proses konstruksi fungsi dari bangunan yang bisa selesai 30 hari saja menghasilkan 200 bed. Catatan ini bahkan mendapat ganjaran rekor MURI pada tahun itu.
“Di dalam proses pembangunannya tercepat,” ucapnya.
Kemudian dalam proyek di Mandalika, WEGE melakukan continue improvement pada paddock.
“Yang tadinya 13.000 M2 kurang lebih 3 lantai itu untuk dipercepat menjadi 21 hari sehingga masa konstruksinya juga menjadi lebih cepat dan dapat fungsi bangunan berjalan dengan baik sehingga bisa melaksanakan event-event berskala internasional,” ucapnya.
Baca artikel selanjutnya:
- Perkuat Sektor Pariwisata, Kemen BUMN dan Kemenpar Bentuk Satgas
- Waketum GAPENSI Beberkan Peluang Sektor Konstruksi 2024-2029 dalam Kabinet Merah Putih
- Rapat Kerja dengan Komisi V DPR, Menteri PU Laporkan Realisasi Anggaran 2024
- Sah, 3 Anggota PII Banda Aceh Resmi Dikukuhkan jadi Guru Besar Teknik USK
- Kementerian PU Dukung dan Wujudkan Visi Asta Cita Swasembada Pangan