Masyarakat Diminta Bijak Gunakan Air Tanah
Pada perhelatan Hari Air Sedunia tema besar yang diambil yakni "Groundwater, making the invisible visible", hal itu untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goal 6, air dan sanitasi untuk semua pada 2030
Konstruksi Media – Peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret merupakan usaha untuk menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan.
Menurut, Dr Ir Amien Widodo MSi, Peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), terdapat dua (2) jenis air tanah yakni air tanah dangkal (air sumur) dan air tanah dalam (air tanah artesis).
Ia menambahkan, air tanah terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
“Masyarakat sudah akrab dengan air tanah ini dan selama ratusan tahun telah menggunakan air tanah atau air sumur karena merupakan salah satu sumber air bersih yang banyak dimanfaatkan,” katanya, Selasa, (22/3/2022).
Ia menjelaskan, penggunaan air sumur pun beragam, mulai dari kebutuhan sanitasi hingga air minum sehari-hari.
“Dulu kita menggunakan air tanah (air sumur) untuk keperluan sehari hari dan kita ikut memelihara lingkungan agar kuantitas air sumur dan kebersihannya terjaga,” paparnya.
Pertumbuhan penduduk akan peningkatan kebutuhan air dan kemajuan industri dan teknologi membutuhkan air lebih banyak lagi. Oleh karena kebutuhan sangat besar dalam waktu singat maka teknologi pompa airpun tambah canggih.
Amien Widodo membeberkan, kebutuhan yang besar namun tidak diikuti upaya konservasi Kawasan resapan air tanah maka mulai muncul permasalahan. Salah satu permasalahan yang pelik adalah amblesan.
Baca Juga : Sambut Lebaran 2022, Pemerintah: Tol Siap Layani Pemudik
“Pengambilan air tanah tidak terkontrol serta tidak sesuai dengan ketersediaannya, sehingga berdampak pada kualitas dan kuantitas sumber air tersebut. Akibatnya ketersediaannya semakin berkurang dan menyebabkan krisis air tanah di beberapa daerah di Indonesia,” tegasnya.
Dia menuturkan, salah satu contoh pemanfaatan air tanah oleh petani untuk mengairi sawahnya ternyata dilakukan tidak secara bijak. Mengapa demikian, karena petani banyak yang memakai sumur bor untuk bisa mengairi sawahnya, sehingga penggunaan air sumur bor ini sendiri dilakukan secara terus menerus meski musim hujan dan 24 jam.
“Ini terjadi karena sumur bor yang digunakan mereka tanpa diberi kran untuk bisa mengatur kapan air itu dibutuhkan atau tidak. Dan kondisi ini diperparah dengan belum adanya aturan spesifikasi dan jarak antar sumur bor. Padahal semua tahu bahwa untuk mengairi sawah tidak harus menggunakan air tanah sebab klas air tanah termasuk klas A (air minum). Dampa akibat pengambilan air tanah oleh petani diantaranya banyak air yang terbuang percuma dan penurunan muka air tanah (air sumur) di Kawasan permukiman di sekelilingnya,” imbuhnya.
Air Mineral Menyehatkan?
Amien Widodo kembali mengungkapkan, beda lagi di perkotaan, Air Kemasan benar-benar telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap air sumur, mereka bisa mempengaruhi hampir seluruh masyarakat bahwa AIR Mineral Kemasan adalah air yang terbaik dan menyehatkan.
“Air mineral kemasan mengubah segalanya, kita abai terhadap kuantitas dan kualitas air sumur, bahkan cenderung kita ditakut takuti kalau air sumur itu tidak bersih, tidak hygienis dan tidak sehat,” katanya.
Menurutnya, Pemerintah yang mestinya mengatur ikut terpengaruh. Kebutuhan air mineral kini sudah menjadi bagian hidup seluruh masyarakat.
“Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum terlayani dengan baik dengan air bersih yang disediakan pemerintah (PDAM) sehingga mereka menggunakan air sumur yang tidak dipelihara kebersihannya,” tutupnya.
Sebagai informasi, pada perhelatan Hari Air Sedunia saat ini mengusung tema “Groundwater, making the invisible visible,” yang mana hal itu untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goal 6, air dan sanitasi untuk semua pada 2030.
Baca artikel selanjutnya: