ENERGIOil & Gas

SKK Migas Sebut Cadangan Migas Nasional Bertambah 521 MMBOE per September 2021

Konstruksi Media – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya mempertahankan cadangan migas nasional di tahun 2021 dan diprediksi akan melampaui target. Ini terbukti dengan capaian reserve replacement ratio (RRR) yang tercatat telah memberikan tambahan cadangan migas sebesar 51 MMBOE per September 2021. Jumlah tersebut setara dengan 83,3 persen dari keseluruhan target tahun 2021 sebesar 625 MMBOE.

Prognosa capaian RRR  di bulan November 2021 akan mencapai sekitar 134 persen, sehingga cadangan migas secara signifikan diperkirakan akan terjadi di bulan November dan Desember 2021. SKK Migas juga memprediksi setidaknya capaian RRR di akhir tahun adalah sebesar 186 persen. Jika usulan insentif disetujui Pemerintah, maka capaian RRR tahun 2021 diperkirakan bisa mencapai 240 persen.

Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, sebagian besar pembahasan plan of development (POD) berlangsung lancar dan tidak ada isu-isu yang membutuhkan pembahasan yang mendalam. Sehingga, diperkirakan bisa diselesaikan bulan ini, ada pun sisanya masih membutuhkan persetujuan dari operator, wilayah kerja Pertamina Gorup.

Kemudian, sebagian masih dalam pembahasan di sub holding hulu. Sementara, sebagian lainnya masih membutuhkan persetujuan insentif dari Pemerintah.

“POD yang masih dalam proses pembahasan tersebut akan memberikan tambahan cadangan migas yang sangat besar. Jika semuanya berjalan lancar maka diperkirakan diakhir tahun ini RRR bisa mencapai 240 persen,” kata Benny.

Benny menjelaskan, target RRR sebesar 100 persen yang menjadi salah satu key perfomance indicator (KPI) SKK Migas dipastikan akan melampau target, tinggal melihat berapa besar pelampaiuan target yang bisa terealisasi.

“Salah satu strategi peningkatan produksi migas adalah upaya mempercepat resource to production (R to P), keberhasilan pembahasan POD tidak hanya berdampak pada capaian RRR, tetapi juga langkah penting untuk upaya meningkatkan produksi migas sesuai target di tahun 2030 yaitu minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD,” ucapnya.

Selanjutnya, usulan POD yang masih membutuhkan dukungan insentif dan akan memberikan tambahan cadangan migas yang besar di sisa waktu tahun ini meliputi Jindi South Jamib B Co sebesar 233,6 MMBOE, OPHIR Indonesia (Bangkanai) LTD sebesar 150,9 MMBOE, Pertamina Hulu Kalimantan Timu (PHKT) sebesar 149,5 MMBOE dan Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) sebesar 273,8 MMBOE. Alhasil, total keseluruhan potensi tambahan cadangan migas yang membutuhkan dukungan insentif mencapai sekitar 938 MMBOE.

Sementara, dalam meningkatkan produksi migas nasional, kata Benny, POD yang berpotensi memberikan tambahan cadangan migas yang besar dan membutuhkan insentif berasal dari wilayah kerja yang kini sudah berproduksi.

 “Pengajuan POD oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok yang sudah beroperasi menunjukkan masih besarnya potensi migas yang ada di blok tersebut. Seiring dengan semakin sulitnya mendapatkan migas didaerah tersebut yang membutuhkan lebih banyak kegiatan pemboran dan lainnya, maka untuk mendapatkan tingkat keekonomian yang wajar dibutuhkan dukungan insentif untuk dapat direalisasikan” ujar Benny.

Sejauh ini tercatat pemberian insentif untuk industri hulu migas sepanjang tahun 2020 hingga Agustus 2021 telah memberikan kontribusi positif bagi negara dan peningkatan daya saing industri nasional. Sebab, pelaksanaan insentif hulu migas memberikan tambahan pengembangan lapangan minyak dan gas melalui persetujuan POD dan sejenisnya serta pemutakhiran cadangan.

Dampak positif yang dihasilkan dari insentif tersebut, seperti penambahan cadangan minyak dan gas sebesar 465,5 MMBOE dan penambahan penerimaan negara sekitar US$ 2,9 miliar atau sebesar Rp42 triliun.

Tak hanya itu, insentif hulu migas juga bisa menambah investasi pemboran dan fasilitas produksi sebesar US$ 3,5 miliar atau setara Rp50 triliun, yang meliputi pemboran 88 sumur pengembangan, 15 sumur injeksi, 32 reaktivias sumur, 1 sumur step out dan konstruksi, serta pemasangan fasilitas produksi. Kemudian, adanya insentif tersebut juga meningkatkan daya saing hulu migas Indoneisa, dengan pihak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mendapatkan manfaat pula, yakni pendapatan sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21,75 triliun.

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp