Telan Rp6,9 triliun, Pengembangan Bandara Hang Nadiem Dipercepat
Konstruksi Media – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi kerja sama yang dilakukan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) dengan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pengembangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam.
Kerja sama dalam hal pengembangan Bandara Hang Nadim Batam ini dilakukan untuk menunjang pengembangan Kawasan BKK (Batam, Bintan dan Karimun).
“Penandatanganan PKS ini menandai era baru dari proses panjang dalam upaya percepatan pengembangan Bandara Hang Nadim Batam dalam menunjang pengembangan Kawasan BBK,” ujar Airlangga Hartarto dilansir Antara, Rabu (22/12/2021).
- Profesor ITS Kembangkan Metode Komputasi Material Berbasis Meshless untuk Efisiensi dan Keberlanjutan
- Navigasi Risiko Sektor Publik 2025: Strategi untuk Keberlanjutan Keuangan dan Infrastruktur
- ASTRA Infra Siapkan Layanan Prima untuk Mudik Lebaran 2025, Aman dan Nyaman
Menurutnya, keberadaan bandara Hang Nadim ini tidak hanya berdampak pada kawasan BKK, namun kawasan regional Indonesia bagian barat, maupun pasar global seperti Korea, Jepang, dan Tiongkok, bahkan menjangkau Amerika Serikat.
“KPBU Hang Nadim Batam merupakan proyek brownfield dengan nilai investasi sebesar Rp6,9 triliun dengan masa kerja sama selama 25 tahun. Diharapkan KPBU ini dapat memberikan manfaat langsung kepada BP Batam senilai Rp34,58 triliun,” katanya.
Adapun dampak tidak langsung dari KPBU tersebut adalah terjadinya peningkatan pelayanan kebandarudaraan dengan target awal untuk lima tahun ke depan, yakni pelayanan penumpang sebesar 2 kali lipat dan pelayanan kargo sebesar 1,5 kali lipat yang dihitung dengan capaian tahun 2019 sebelum pandemi COVID-19.
Dengan pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) tersebut, terdapat beberapa peluang yang dapat ditangkap oleh Batam.
Diantaranya, terbukanya lalu lintas penerbangan domestik maupun internasional, mendukung penerbangan haji dan umroh, pengembangan tujuan pariwisata kolaboratif, dan pengembangan Batam sebagai Logistic Aerocity (e-commerce dan cold chain product).
Peluang tersebut diyakini akan dapat dicapai dengan memperhatikan kapasitas dan kapabilitas anggota konsorsium, yakni PT Angkasa Pura I yang telah mengelola 15 bandara di Indonesia dengan layanan 83,4 juta penumpang dan 556 ribu ton kargo pada 2019, Incheon International Airport Corporation yang mengelola Bandara Internasional Incheon dengan superprioritas jaringan rute antar benua mencakup 88 maskapai, 52 negara destinasi, dan 173 kota destinasi, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang memiliki portofolio overseas project di Asia dan Afrika.
“Kekuatan badan usaha konsorsium tersebut diyakini akan dapat menyusun dan menerapkan strategi pengembangan rute yang berorientasi ke global transhipment, yaitu menjadikan Batam sebagai hub logistik nasional,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Airlangga Hartarto, hub logistik ini menjadi gateway in/out Amerika Serikat-Korea Selatan-Batam dan Tiongkok-Batam, Singapore market shifting dengan peningkatan fasilitas dan layanan warehousing, e-commerce fulfillment center dengan target produk ke Tiongkok dan Korea Selatan.
“Selain juga meningkatkan ekspor produk pertanian dan perikanan dari Indonesia ke mancanegara,” ucapnya.
“Memperhatikan tujuan dan dampak besar dari pelaksanaan KPBU tersebut, maka saya mengharapkan bahwa operasionalisasi PKS hari ini dapat segera dijalankan dalam satu sampai dua bulan ke depan,” kata Airlangga menambahkan.
Ia juga mengharapkan proyek Bandara Hang Nadim ini akan dapat menjadi jembatan untuk kerja bersama, maju bersama, dan sejahtera bersama antara Indonesia dan Korea Selatan. ***