Perbaikan Tanggul Pantai di Mataram Butuh Rp17 Miliar
Konstruksi Media – Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Miftahurrahman mengungkapkan, perbaikan tanggul penahan ombak serta lapak kuliner Pantai Ampenan yang rusak akibat gelombang pasang pada Minggu (5/12), diproyeksikan membutuhkan anggaran sekitar Rp17 miliar.
Anggaran sebesar Rp17 miliar itu perkiraan dengan menggunakan batu biasa, dengan desain konstruksi pasang urut terendah sampai menjorok ke pantai.
“Kebutuhan anggaran untuk perbaikan tanggul penahan ombak serta lapak kuliner Pantai Ampenan sebesar Rp17 miliar, itu hitungan kasar sebab saat ini masih dilakukan kajian teknis lebih lanjut,” ujar Miftahurrahman seperti dilansir Antara, Kamis (23/12/2021).
- Ketua ISSC Budi Harta Winta: Baja Seismik Jadi Solusi Inovasi, Keselamatan, dan Keberlanjutan Konstruksi
- Malam Gala Dinner, Welsing Panjaitan Tutup PAQS 2025: Momentum Perkuat Profesi Quantity Surveyor Global
- PAQS Congress 2025 Resmi Ditutup, Era Fransiska Dorong Penerapan AI dan Net Zero di Konstruksi
Pihaknya mengaku akan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) setempat agar mendapatkan dukungan anggaran perbaikan tanggul pantai itu.
Menurutnya, untuk perbaikan tanggul penahan ombak serta lapak kuliner Pantai Ampenan ada dua cara pendekatan konstruksi. Pertama, konstruksi bawah laut dan kedua ke atas laut.
“Konstruksi dalam laut berfungsi memecah gelombang di dalam dan konstruksi di atas memecah gelombang di atas. Cuma dua konstruksi itu mahal sehingga membutuhkan anggaran lebih besar,” katanya.
Miftahurahman sebelumnya mengatakan, gelombang pasang yang terjadi pada minggu pertama bulan ini, berdampak pada kerusakan lapak kuliner itu sekitar 24 meter pada bagian utara.
“Sementara untuk tanggul yang jebol sekitar tiga meter dan berimbas pada kerusakan pedestrian yang ada,” katanya.
Dia menilai, dengan melihat kondisi kerusakan tanggul yang hanya terjadi pada bagian utara anjungan, diprediksi tekanan gelombang lebih besar di utara dibandingkan selatan anjungan.
Pasalnya, tanggul di bagian selatan anjungan sejauh ini masih kokoh atau tidak mengalami kerusakan. “Kalau tanggul bagian utara ini, sudah beberapa kali kami buatkan beronjong, tetap saja rusak,” katanya.
Dari pengalaman itu, lanjut Miftahurrahman, dapat dilihat karakter gelombang di bagian utara anjungan berbeda dengan bagian selatan sehingga membutuhkan jenis kontruksi khusus dan sesuai krakternya.
“Karena itulah, untuk mengusulkan anggaran perbaikan kita perlu kajian agar perbaikan bisa sesuai kebutuhan kontruksi di lapangan,” katanya. ***