News

Aditya Sutantio jadi Wisudawan Tertua ITS ke-126, Berumur 63 Tahun

Di usia yang tak muda lagi tidak menyulitkan Aditya untuk terus belajar, dan terbukti dirinya berhasil lulus dari program Doktoral Departemen Teknik Sipil ITS.

Konstruksi Media – Aditya Sutantio menjadi salah satu Wisudawan tertua yang berumur 63 tahun dalam gelaran wisuda Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ke-126, yang digelar Minggu, (25/9/2022).

Berumur 63 tahun, tidak menyulitkan Aditya untuk terus belajar, dan terbukti dirinya berhasil lulus dari program Doktoral Departemen Teknik Sipil ITS.

Akrab disapa Adit, dia mengatakan, studi doktoralnya tersebut sebenarnya tak pernah ia rencanakan. Akan tetapi, adanya dorongan dari salah satu pengajar ITS yang memacu semangatnya untuk melanjutkan pendidikan kembali.

“Hal ini pun tak lepas dari peran Prof. Yulinah, salah satu guru besar yang kerap mendorong saya,” kata Adit dikutip dari laman ITS, Selasa, (27/9/2022).

Diketahui, Adit sebelumnya telah menyelesaikan pendidikan S2 di Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS pada 2009 lalu. Dirinya kemudian diangkat menjadi salah satu pengajar di sana.

Baca Juga : Alvin Christy Lemuel Dinobatkan Wisuda Terbaik ke-126 ITS

“Sejak lulus dari jenjang sarjana, saya sudah menggeluti dunia konstruksi dan memilih fokus bekerja di lapangan dan menekuni berbagai proyek, seperti bendungan, jembatan, sampai perumahan di pelosok Bali dan Nusa Tenggara,” ujarnya.

Meski sudah tidak muda lagi, tuntutan sebagai pengajar pada akhirnya mendorongnya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Aditya Sutantio menjadi salah satu Wisudawan tertua dalam gelaran wisuda Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Dok. Ist

Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah 1959 tersebut, mengatakan kondisi fisik sempat membuatnya ingin menyudahi pendidikan tersebut, namun dengan semangatnya dia memutuskan untuk tetap melanjutkan pendidikannya.

Selain itu, Adit mengakui terkadang cukup sulit untuk membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan.

“Berkat kebersamaan dengan mahasiswa doktoral lainnya membuat tugas yang saya dikerjakan terasa lebih ringan, kami juga sering belajar bersama,” urainya.

Dirinya juga mendapatkan dukungan yang sangat berharga dari sang isteri, yang membuat terus memacu semangat untuk mendapatkan gelar doktor.

Selain itu, para dosen pembimbing juga terus memberikan semangat kepadanya untuk tetap melanjutkan perkuliahan hingga akhir.

Dirinya juga pernah terkendala dengan tuntutan publikasi ilmiah internasional yang kemudian dijadikan disertasi. Pasalnya, publikasi ilmiah internasionalnya juga pernah ditolak sebanyak empat kali. Namun pada akhirnya, ia berhasil menerbitkan dua publikasi internasional sekaligus pada awal 2022 dan mengangkat topik disertasi mengenai konstruksi berkelanjutan.

Dikatakan olehnya, dalam menyusun publikasi ilmiah begitu menantang karena dibutuhkan ketekunan, kecermatan, juga kemampuan menulis dalam bahasa Inggris secara tepat.

Ia berharap supaya ke depannya, penelitian miliknya secara perlahan dimanfaatkan para pengembang properti dalam memakai material yang ramah lingkungan. Hal ini bisa dilakukan melalui pemakaian kembali material buangan dan desain bangunan yang hemat energi.

“Tentunya dibutuhkan pula kesadaran kolektif semua pihak agar kehidupan generasi selanjutnya dapat lebih baik,” beber pria yang memiliki hobi traveling tersebut.

Lebih jauh, dia berpesan kepada generasi muda agar menjalani setiap proses pendidikan dengan rasa syukur.

“Seperti naik gunung, mencapai puncak itu hanya bonus. Yang terpenting adalah nikmati proses dan jalani dengan keikhlasan,” tutup Adit memberikan pesan kepada mahasiswa generasi muda.

Baca Artikel Selanjutnya :

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp