HeadlineINFONewsProductSustainability

GRP Luncurkan FORTISE dan FORTISE+: Inovasi Baja Ramah Lingkungan untuk Dukung Industri Berkelanjutan

Menggunakan teknologi Electric Arc Furnace (EAF) dengan bahan baku utama baja daur ulang (scrap).

Konstruksi Media – PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja swasta terbesar di Indonesia, resmi meluncurkan dua lini produk inovatif, baja ramah lingkungan, FORTISE dan FORTISE+. Peluncuran ini menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam menyediakan material baja yang tangguh, efisien, dan ramah lingkungan, sejalan dengan tren pembangunan berkelanjutan dan target nasional menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.

Kedua produk dirancang untuk menjawab tantangan industri konstruksi dan manufaktur yang kian kompleks, mulai dari efisiensi biaya, kekuatan material, hingga keberlanjutan lingkungan. GRP memproduksi FORTISE dan FORTISE+ menggunakan teknologi Electric Arc Furnace (EAF) dengan bahan baku utama baja daur ulang (scrap), sebagai upaya nyata dalam mengurangi emisi karbon industri baja.

FORTISE menyasar segmen proyek umum dengan kebutuhan material fleksibel dan efisien, cocok untuk konstruksi skala besar maupun menengah. Sementara FORTISE+ diformulasikan secara khusus untuk struktur berat dan proyek strategis seperti gedung bertingkat, fasilitas industri, dan infrastruktur. Produk ini memiliki kandungan baja daur ulang hingga 75%, yield strength di atas 345 MPa, tensile strength lebih dari 450 MPa, dan tersedia dalam ketebalan hingga 120 mm.

GRP
GRP luncurkan baja ringan ramah lingkungan

Presiden Direktur GRP, Fedaus, menegaskan bahwa inovasi ini merupakan bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung agenda pembangunan hijau nasional.

“Peluncuran FORTISE dan FORTISE+ adalah bukti keseriusan kami dalam menghadirkan material baja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan sekaligus relevan dengan kebutuhan pasar global,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa inovasi harus sejalan dengan tantangan industri. “Kemajuan industri hanya bisa dicapai melalui kolaborasi lintas sektor dan keberanian mencoba pendekatan baru,” tambah Fedaus.

Dukungan Pemerintah dan Akademisi

Langkah GRP mendapat apresiasi dari kalangan pemerintah dan akademisi. Dodiet Prasetyo, Direktur Logam Kementerian Perindustrian RI, menyatakan bahwa pengembangan baja ramah lingkungan merupakan bagian penting dari penguatan daya saing industri nasional di tengah transisi menuju ekonomi hijau.

Baca juga: GRP dan SCG Indonesia Komitmen Terapkan Industri Hijau

Senada, Ir. Kimron Manik, MSc, Direktur Keberlanjutan Konstruksi, Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, menyebut bahwa infrastruktur masa depan harus dibangun dengan material yang cerdas dan ramah lingkungan.

“Kami mendorong penggunaan material berkelanjutan mulai dari tahap desain hingga operasional. Baja memiliki peran penting dalam mewujudkan infrastruktur yang adaptif dan tahan masa depan,” tegas Kimron dalam sesi diskusi panel.

GRP
GRP luncurkan baja ringan ramah lingkungan

Kolaborasi dengan Universitas Indonesia

Sebagai bagian dari penguatan ekosistem inovasi, GRP juga menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Center for Materials Processing and Failure Analysis (CMPFA), Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Kolaborasi ini mencakup pengembangan riset bersama, pelatihan, serta pertukaran pengetahuan untuk mendorong transisi industri baja ke arah praktik yang lebih berkelanjutan.

Kepala CMPFA FTUI, Dr.-Ing. Reza Miftahul Ulum, menyambut positif kolaborasi ini.

“Kami berharap kemitraan ini mempercepat adopsi teknologi hijau di sektor baja dan memberi ruang lebih luas bagi keterlibatan talenta muda dalam pembangunan industri nasional,” katanya.

Peluncuran FORTISE dan FORTISE+ menandai langkah konkret GRP dalam mengakselerasi transformasi industri baja Indonesia agar tidak hanya kuat secara fisik, tapi juga tangguh secara lingkungan. (***)

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp