Delapan BUMN Konstruksi Terbaik di Indonesia
BUMN Konstruksi terbaik memiliki pengalaman dan bersertifikat, bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan rencana pengembangan Infrastruktur.
Konstruksi Media – Pembangunan infrastruktur di Indonesia tak lepas dari peran serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Konstruksi. Dari tangan andal mereka, fasilitas publik dibangun untuk memenuhi mobilitas masyarakat.
BUMN Konstruksi terbaik memiliki pengalaman dan bersertifikat, bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan rencana pengembangan Infrastruktur. Rata-rata telah go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berikut Konstruksi Media rangkumkan dari berbagai sumber delapan BUMN konstruksi terbaik di Indonesia.
1. PT Adhi Karya

Perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia ini pada awalnya milik Belanda. Sebelumnya bernama “Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en Bruyn, Reyes de Vries N.V” atau disingkat (Associate N.V.). Perusahaan dinasionalisasi pada 11 Maret 1960 dan mengambil nama Perusahaan Negara Adhi Karya (PN).
Pada 1960-an, pemerintah Indonesia sedang gencar berkembang. PN Adhi Karya adalah perusahaan yang berkontribusi. Empat belas tahun kemudian, PN Adhi Karya berubah status menjadi perseroan terbatas (PT). Perubahan status ini disetujui oleh Menteri Kehakiman Indonesia pada tanggal 1 Juni 1974.
Setelah beberapa dekade bertindak, PT Adhi Karya akhirnya secara resmi berbicara di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan ini terdaftar untuk pertama kalinya pada tahun 2004 dengan kode listing bursa ADHI.
Sejauh ini, perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia ini memiliki beberapa anak perusahaan, seperti Adhi Persada Beton, Adhi Persada Gedung dan Adhi Persada Properti. Tercatat pada 2021, total aset perusahaan diperkirakan sebesar Rp37 trilliun.
2. PT Amarta Karya (Persero)

PT Amarta Karya merupakan perusahaan konstruksi yang berasal dari Belanda. Dari segi sejarah, kedua perusahaan konstruksi N.V Lindeteves Stokvis dan Fa De Vri’es Robbie, yang berbasis di Semarang, bergabung dengan perusahaan. Merger melahirkan perusahaan baru, yaitu N.V. Konstruksi Werk Plaatsen Dari Vri’es Robbe Lindeteves atau disingkat Robbe Linde & Co. Perusahaan merger ini bergerak ke jantung kegiatan manufaktur fabrikasi baja.
Perusahaan Robbe Linde & Co akhirnya dinasionalisasi pada tahun 1962 dan berubah menjadi PN Amarta Karya. Sepuluh tahun kemudian, perusahaan bergabung dengan PT Amarta Karya pada tahun 1972.
Selama pengembangannya, Amarta Karya telah memperluas kegiatannya ke konstruksi sipil, listrik dan mekanik. Belum diketahui secara pasti berapa total aset yang dimiliki Amarta Karya karena bukan merupakan perusahaan publik.
3. PT Brantas Abipraya (Persero)

Perusahaan konstruksi ini mengelola proyek sipil dan lingkungan. Dimulai dengan proyek pengembangan utama Sungai Brantas, PT Brantas Abipraya dikembangkan dan dapat diandalkan di sektor konstruksi.
Melalui manajemen yang konsisten, perusahaan memperluas area kerjanya seperti konstruksi jalan dan jembatan, infrastruktur transportasi laut dan udara, listrik, bangunan, properti, jalan tol, dan sebagainya. Dengan begitu banyak kontribusi, akhirnya menjadi kontraktor umum.
Brantas Abipraya memiliki anak perusahaan, yakni PT Brantas Energi yang berinvestasi dalam energi terbarukan, dengan spesifikasi di bidang tenaga air.
Selain itu, Brantas Abipraya telah mendirikan pabrik batching beton di wilayah Jawa Timur, DKI Jakarta dan Sumatera Barat, dengan tujuan diversifikasi bisnisnya dan menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan produk beton. Tercatat pada 2021, Brantas Abipraya diperkirakan memiliki aset sebesar Rp5,3 trilliun.
4. PT Hutama Karya (Persero)

Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan swasta “Hollandsche Beton Maatshappij” dari Belanda pada tahun 1960. Dengan nama Hutama Karya NP, perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia ini secara resmi diratifikasi oleh Peraturan Pemerintah (PP) no. 61 tahun 1961, 29 Maret 1961.
Pada tahun 1961, pekerjaan Hutama PN dalam konstruksi bangunan bernilai historis dan monumental. Misalnya, gedung MPR / RI dan monumen patung dirgantara di Jakarta.
Pada tahun 1970-an, Hutama Karya pertama kalinya menghadirkan sistem konstruksi “sistem pratekan” BBRV di Swiss dengan teknologi beton pracetak. Kemudian, Hutama Karya NP, berkembang pesat dan berubah status menjadi PT Hutama Karya.
Selama periode 1980-2016, perusahaan melakukan diversifikasi dan memperluas operasinya di luar negeri. Selain itu, membangun infrastruktur teknologi tinggi dalam bentuk jembatan bentang panjang seperti Jembatan Ampera di Palembang.
Hutama Karya memiliki anak perusahaan PT Hutama Karya Infrastruktur, PT HK Realtindo dan PT Hakaaston. Tercatat pada 2021, total aset perusahaan sebesar Rp91,6 trilliun.
5. PT Nindya Karya (Persero)

Dari nama perusahaan N.V. Nederlands Aannemings Maastchappij (NEDAM) v / h Fa.H. Boersma, sebuah perusahaan Belanda yang didirikan pada tahun 1877, dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1961.
NEDAM yang didirikan hingga 1958, mengambil nama PN Nindya Karya. Melalui PP 12 tahun 1969 tentang perubahan perusahaan milik negara di Persero, PN Nindya Karya diubah menjadi PT Nindya Karya.
Perusahaan publik ini mengkhususkan diri dalam layanan konstruksi, pembangunan pasar teknik (EPC), real estat dan investasi, seperti Hotel Horison Nindya di Semarang, Stadion Patriot Bekasi, bangunan industri dan fasilitas perlindungan lingkungan, bendungan dan sistem irigasi, jembatan, dan lain lain.
Untuk mendukung pembangunan infrastruktur, perusahaan telah menciptakan PT Nindya Beton sebagai diversifikasi kegiatan di bidang beton pracetak.
6. PT PP (Persero) Tbk

PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta Notaris No 48 tanggal 26 Agustus 1953. Pada saat itu didirikan PT PP (Persero) telah dipercaya untuk membangun rumah bagi para petugas PT Semen Gresik Tbk, anak perusahaan dari BAPINDO di Gresik.
Seiring dengan peningkatan kepercayaan, PT PP (Persero) menerima tugas untuk membangun proyek-proyek besar yang berhubungan dengan kompensasi perang Pemerintah Jepang dibayarkan kepada Republik Indonesia, yaitu Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel dan Samudera Beach Hotel.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 1961, NV Pembangunan Perumahan diubah menjadi PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan.
Dari 1991-2016, PT PP telah membawa banyak inovasi, yakni pemain utama di sektor konstruksi nasional, diversifikasi sektor real estat, menciptakan anak perusahaan, secara resmi memulihkan kode inventaris BEI dengan PT PP dan investasi mereka, dan mengakuisisi beberapa perusahaan.
PT PP juga merupakan raksasa dengan anak perusahaannya PT PP Properti, PT PP Infrastruktur, PT PP Energi, PT PP Urban, dan PT PP Presisi. Tercatat pada 2021, total aset di BEI sebesar Rp53,47 trilliun.
7. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk

Perusahaan Belanda Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis in Co. atau N.V. Vis Co., adalah cikal bakal perusahaan konstruksi terbesar dan terbaik di Indonesia, Wijaya Karya (WIKA).
Pada tahun 1960, N.V. Vis en Co mengalami nasionalisasi dan mengubah status menjadi PN Widjaja Karja, dengan kegiatan komersial di instalasi listrik dan pipa air. Pada tahun yang sama, PN Widjaja Karja juga berkontribusi pada pengembangan pusat kebugaran Bung Karno dalam rangka Asian Games ke-4 di Jakarta.
Pada tahun 1972, PN Widjaja Karja menjadi PT Wijaya Karya, yang menjadi perusahaan konstruksi dan subkontrak. Pada tahun 1982, WIKA mengalami banyak pengembangan manajemen, seringkali melibatkan proyek-proyek infrastruktur utama pemerintah.
Pada tahun 1997, WIKA mendirikan anak perusahaan pertamanya, salah satunya adalah PT WIKA Beton. Setelah itu mendirikan anak perusahaan, seperti PT WIKA Industri Konstruksi, PT WIKA Bitumen, PT WIKA Bangunan, PT WIKA Rekayasa Konstruksi, PT WIKA Realty dan PT WIKA Serang Panimbang.
Sejalan dengan perkembangannya, WIKA berhasil meluncurkan IPX BEI pada tahun 2007 dengan kode registrasi WIKA, dan bertahan hingga sekarang.
PT WIKA juga meraih penghargaan The Most Outstanding Company in Indonesia – Construction Sector dari Asiamoney Asia’s Oustanding Companies Poll. Pada tahun 2021, total aset perusahaan tercatat sebesar Rp62,11 trilliun.
8. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Waskita Karya telah eksis sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia dengan nama NV Volker Aannemings Maatschappij, sebagai cabang dari sebuah perusahaan yang kini menjadi VolkerWessels.
Pada tahun 1958, perusahaan tersebut resmi diambil alih oleh Pemerintah Indonesia, dan pada tahun 1960, Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga mengubah nama perusahaan tersebut menjadi Perusahaan Bangunan Waskita Karya.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Waskita Karya resmi dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia dan ditetapkan menjadi sebuah perusahaan negara (PN). Pada tahun 1973, status Waskita Karya resmi diubah menjadi persero.
Pada dekade 1980-an, perusahaan ini berhasil membangun Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dan Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy. Sementara pada dekade 1990-an, perusahaan ini berhasil membangun Wisma 46 (gedung tertinggi di Indonesia saat diresmikan), Menara Kembar Bank Indonesia, dan Plaza Mandiri.
Pada tahun 2014, perusahaan ini mendirikan sejumlah anak usaha, antara lain Waskita Toll Road, Waskita Beton Precast, dan Waskita Karya Realty. Pada bulan September 2016, Waskita Beton Precast resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dan mendirikan anak usaha baru yang diberi nama Waskita Karya Energi yang bertransformasi menjadi Waskita Karya Infrastruktur.
Kemudian Pada tahun 2017, Waskita Toll Road telah memegang hak konsesi atas 18 ruas jalan tol dengan total panjang 997 km di Pulau Jawa dan Sumatera.