Efek Positif dan Negatif Disrupsi Pada Proyek Konstruksi
Konstruksi Media – Disrupsi atau terjadinya inovasi dan perubahan dengan skala besar dan secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, serta landscape yang ada ke cara terbaru. Hadirnya era disrupsi nyatanya juga mempengaruhi bidang konstruksi.
Guru Besar Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Dr. Ir. Puti Farida Marzuki mengungkapkan, disrupsi memang memberikan dampak bagi proyek konstruksi di Tanah Air. Menurutnya, efek dari disrupsi terhadap proyek konstruksi memiliki dua sisi yakni positif dan negatif.
“Sisi pertama adalah disrupsi dalam hal positif, jadi misalnya digitalisasi sistem informasi yang sangat canggih sekarang ini, seperti Building Information Modelling (BIM), dan kemudian juga ada berbagai teknologi konstruksi yang menyebabkan disrupsi di bidang konstruksi artinya adalah ada suatu paradigma baru untuk bisa membuat kita itu mengatasi berbagai permasalahan. Sehingga kita itu bisa maju lebih cepat, itu adalah arah positif dari suatu disrupsi,” katanya dalam Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-15 (KONTEKS.15) secara daring, Kamis, 21 Oktober 2021.
- Hore! Blokir Anggaran PU Dicabut, Langsung Fokus ke Irigasi, Jalan, dan Gaji Petugas
- Korupsi Tol MBZ Rugikan Negara Rp510 Miliar, Tronton Dilarang Lewat
- Program ITDP Selesai, Kementerian PU Dorong Komitmen Pemeliharaan Infrastruktur Pariwisata
Puti menjelaskan, sekarang ini salah satunya bidang konstruksi jika tidak masuk kepada digitalisasi maka akan terlambat atau tertinggal.
“Tidak bisa masuk ke dalam market konstruksi terdepan,” ucapnya.
Namun, kata dia, ada juga disrupsi di proyek konstruksi yang negatif. Hal ini dikarenakan di dunia konstruksi tidak semuanya bisa diselesaikan dengan digitalisasi.
“Kita itu berhadapan dengan suatu keadaan yang unik, suatu proyek konstruksi itu tidak bisa sama antara satu dengan yang lainnya. Di dalam konteks bisnis yang bukan konstruksi misalnya bisnis kita itu membuat produk elektronik, maka ada satu keadaan memproduksi sekarang dengan besok mungkin keadaanya bisa kita copy. Tetapi di dalam konstruksi keadaan lapangan yang sekarang dengan besok itu akan sangat jauh berbeda apalagi antara proyek yang satu dengan yang lain walaupun jenis konstruksinya itu sama,” ujar Puti.
Puti menambahkan, dalam proyek konstruksi juga banyak sekali pihak yang terlibat dengan supply chain yang sangat panjang. Selain itu, proses infrastruktur juga mempunyai fase yang sangat panjang.
“Banyak hal-hal ketidakpastian yang bisa terjadi. Jadi ini berbeda dengan bisnis yang bukan konstruksi,” tutur Puti.
Sebagai informasi, Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-15 (KONTEKS.15) digelar pada 21-22 Oktober 2021. Ajang tersebut mengusung tema “The Construction Industry Recover, Rebuild, & Renew in the Pandemic Era”.