Pembangunan Pabrik Kaca Xinyi 2025 Siap Dimulai, Hak Warga Jadi Prioritas Utama

Konstruksi Media – Proyek pembangunan pabrik kaca Xinyi Group di Rempang Eco City, Batam, dipastikan akan segera dimulai pada 2025. Pemerintah berkomitmen mempercepat pelaksanaan proyek senilai Rp174 triliun ini, sembari mencari solusi atas keberatan warga setempat. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, mengonfirmasi bahwa investor asal China, Xinyi Group, tetap menunjukkan minat tinggi terhadap proyek ini. “Mereka masih punya interes. Kita lihat saja kapan (groundbreaking)-nya,” ujar Todotua pada Jumat, 24 Februari 2025, di sela groundbreaking pabrik hilirisasi timah PT Batam Timah Sinergi. Proyek Xinyi saat ini berada dalam tahap penyiapan lahan, termasuk pembebasan kawasan hutan dan kebun masyarakat yang akan digunakan untuk pembangunan. Todotua menegaskan bahwa permasalahan dengan warga menjadi perhatian utama pemerintah. Pabrik kaca ini adalah bagian dari 10 proyek besar Xinyi Group di Rempang Eco City, meliputi kawasan industri terintegrasi, industri kaca panel surya, industri soda abu, hingga pemrosesan pasir silika. Total lahan yang dikembangkan mencapai 8.142 hektare dari total area Pulau Rempang seluas 17.600 hektare. Solusi Adil dan Menguntungkan Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menyoroti pentingnya pendekatan inklusif dalam pembangunan industri di Rempang. Menurutnya, pemerintah, masyarakat, dan investor harus saling menghormati hak untuk menciptakan solusi yang adil. “Pembangunan industri harus mempertimbangkan hak-hak masyarakat. Jika lahan warga digunakan, selain kompensasi finansial, perlu ada partisipasi dalam bentuk kepemilikan saham,” ujar Sugeng. Sugeng menambahkan, warga lokal harus dilibatkan dalam proses pembangunan, baik melalui pemberdayaan tenaga kerja maupun jaminan perlindungan hak ulayat. Ia mencontohkan pengembangan desa berbasis ekowisata yang berhasil tanpa memindahkan penduduk. “Kultur dan nilai-nilai lokal di Rempang harus dihormati. Pendekatan ini akan mencegah kesenjangan sosial sekaligus memastikan pembangunan tetap berkelanjutan,” kata Sugeng. Ia juga menekankan pentingnya dialog konstruktif untuk menyelesaikan ketegangan antara masyarakat dan pemerintah. “Bumi dan air adalah milik negara untuk kemakmuran rakyat. Jika ada warga yang keberatan untuk dipindahkan, hak tersebut harus dihormati,” tegasnya. Komitmen Lingkungan dan Keberlanjutan Sugeng menekankan bahwa proyek ini harus dijalankan dengan komitmen menjaga kelestarian lingkungan. Ia menyebut, setiap aktivitas industri harus memiliki jaminan agar tidak merusak alam. “Pembangunan yang bijak dan inklusif dapat menghindari konflik sekaligus memastikan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan,” pungkas Sugeng. Dengan pendekatan yang menghormati hak warga dan keberlanjutan, pemerintah berharap proyek Xinyi Group dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan di Pulau Rempang. (***)

Komitmen Lingkungan dan Keberlanjutan

Dukung Hari Gizi Nasional, PT Bhirawa Steel Bagikan Bingkisan Bergizi untuk Balita Stunting di Surabaya

Konstruksi Stasiun LRT Manggarai Dimulai, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Artikel Terkait

Kamaluddin Terpilih Aklamasi Pimpin AABI 2025–2030, Siap Jadikan Organisasi Pilar Pembangunan Jalan Nasional

Wamenekraf Dukung Kreativitas Mahasiswa, Y.iD Award 2025 Bentuk Generasi Motor Ekonomi Kreatif

Peringati Hari Bumi 2025, Telkom Indonesia dan Telkom University Gelar Pengukuran Stok Karbon di 25 Lokasi Nasional

Inovasikan Pupuk Ramah Lingkungan, Tim Mahasiswa ITS Raih Juara di UI