
Pabrik Hilirisasi Timah di Batam Beroperasi 2026, Investasi Senilai Rp1 Triliun
Pabrik ini dirancang untuk mengolah logam timah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah
Konstruksi Media – Batam diproyeksikan menjadi pusat produksi turunan timah terbesar kedua di dunia setelah China. Sebagai langkah awal, pembangunan pabrik hilirisasi timah senilai Rp1 triliun telah dimulai di kawasan Sei Lekop.
PT Batam Timah Sinergi (BTS) resmi memulai pembangunan pabrik hilirisasi timah pada Jumat (24/1). Pabrik ini dirancang untuk mengolah logam timah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah, menandai kemajuan Batam sebagai kota industri yang fokus pada hilirisasi pertambangan.
Didukung oleh PT Prima Dredge Team, Direktur Utama PT BTS, Bambang Triadi Gunawan, menyatakan bahwa pabrik ini akan berdiri di atas lahan seluas enam hektare di kawasan industri Sei Lekop, Batam. Pabrik ini akan memproduksi senyawa kimia timah dalam bentuk cair.
Produk dan Kapasitas Produksi Pabrik Hilirisasi Timah
Beberapa produk utama yang akan dihasilkan meliputi Stannic Chloride, Dimethyl Tin Dichloride (DMTCL), dan Methyl Tin Mercaptide. Kapasitas produksi pabrik diproyeksikan mencapai 16.000 metrik ton per tahun, menjadikannya produsen terbesar kedua di dunia setelah China.
Batam dipilih sebagai lokasi pembangunan karena berbagai keunggulan, seperti infrastruktur yang memadai, ketersediaan listrik stabil, tenaga kerja berkualitas, dan status kawasan perdagangan bebas (Free Trade Zone/FTZ). Dengan status FTZ, 90 persen hasil produksi direncanakan diekspor ke berbagai negara.