Konstruksi Media – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tak henti melakukan penelitian dan inovasi untuk negeri. Terbaru ITS berkolaborasi dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI), AirNav Indonesia cabang Surabaya dan PT Aerotek Global Inovasi (Beehive Drones), mengembangkan sistem operasional lalu lintas Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA) untuk mendistribusikan logistik kesehatan antarpulau.
Ketua Pelaksana Penelitian, Ir Tri Achmadi PhD mengatakan kolaborasi ini melakukan penelitian sistem PUTA untuk mendistribusikan logistik kesehatan antarpulau.
Sistem yang diberi nama UAVITS tersebut telah diuji coba final di Terminal Umum Delta Artha Bahari Nusantara (DABN) Pelabuhan Probolinggo, Rabu (7/12).

Ia menambahkan penelitian ini dikembangkan sebuah sistem monitoring PUTA untuk mendistribusikan logistik kesehatan antarpulau.
Penelitian tersebut merupakan tahun kedua setelah sebelumnya sukses dengan inovasi drone logistik tanpa awak pada November 2021.
“Tahun lalu kami berinovasi dalam operasional, sedangkan tahun ini kami berfokus pada sistemnya,” terangnya, Kamis, (8/12/2022).
Kemudian, Manajer Science Techno Park (STP) Kluster Inovasi Kemaritiman ITS ini mengungkapkan, pada tahap final uji coba untuk UAVITS, PUTA yang mengangkut logistik kesehatan diterbangkan dari Pelabuhan DABN menuju Pulau Gili Ketapang, Probolinggo.
Baca Juga : ITS Jalin Kesepakatan dengan PT RAPP, Tingkatkan Kualitas SDM Pendidikan
Dia menjelaskan, uji coba ini membuktikan bahwa PUTA dapat menempuh perjalanan melintasi perairan dalam jarak yang cukup jauh.
“Karena cukup jarang PUTA beroperasi melintasi laut, umumnya hanya di daratan,” kata dia.
Muhammad Bagus Istighfar, salah satu anggota tim penelitian tersebut menuturkan sistem tersebut memindai data melalui transponder, yakni pemancar radio yang akan menyampaikan sinyal pada sistem UAVITS. Selanjutnya, sinyal tersebut akan diolah datanya untuk menampilkan navigasi dari PUTA.
Menurut Mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITS tersebut live monitoring menjadi fitur unggulan pada UAVITS.
Di mana fitur tersebut menampilkan kecepatan, ketinggian, koordinat posisi, dengan durasi pengambilan data lima detik sekali.
Dia menjelaskan UAVITS juga menampilkan informasi tingkat keamanan lintasan PUTA.
“Sistem bisa mendeteksi area safe, warning, danger,” ujar dia.
Selain itu, lanjutnya, UAVITS menawarkan fitur verifikasi data perizinan yang dapat membantu pemilik drone untuk melakukan penerbangan baik saat lepas landas maupun pendaratan secara legal. Autentifikasi dilakukan dengan pengunggahan dokumen pilot agar dapat diverifikasi oleh AirNav.
Penelitian ini merupakan kolaborasi dua departemen di ITS, yakni Departemen Teknik Transportasi Laut dan Departemen Teknik Informatika. Tak hanya melibatkan mahasiswa, penelitian ini juga melibatkan dosen dari kedua departemen. Dosen-dosen tersebut di antaranya adalah Muhammad Riduwan SKom MKom, Agus Budi Raharjo SKom MKom PhD, dan Siska Arifiani SKom MKom.

Selain itu, penelitian dengan judul Purwarupa Sistem Operasional Lalu Lintas Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA): Studi Kasus Aplikasi Angkutan Logistik Medis di Wilayah Udara Jawa Timur ini didukung oleh program Matching Fund gelombang V tahun 2022 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Inovasi yang diteliti selama bulan September hingga Desember 2022 ini menerima respon positif dari kedua mitra.
Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Tower AirNav Indonesia cabang Surabaya Murdianto Kusumadewa mengatakan, UAVITS merupakan suatu gebrakan yang bagus di tengah pergerakan PUTA di Indonesia yang tidak terkawal.
“Dengan adanya penelitian ini bisa diaplikasikan dalam regulasi, sehingga drone di Indonesia bisa dimonitor lebih dalam,” imbuhnya.
Secara bersamaan, Chief Executive Officer (CEO) Beehive Drones Albertus Gian Dessayes Adriano berharap dengan adanya UAVITS tersebut, regulasi PUTA di Indonesia menjadi lebih jelas. Tentunya, hal ini akan memudahkan pengoperasian PUTA di Indonesia dan membuka peluang industri.
“Kesempatan industri untuk bisa menyuplai transponder pada drone dapat mewujudkan kedaulatan industri udara di Indonesia,” tutur alumnus Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini tersebut.
Baca Artikel Selanjutnya :