HSENews

Menaker: Kebijakan Ketenagakerjaan Bertransformasi dari ‘Labour’ Menuju ‘People-Centric’

People Centric berfokus pada pengembangan tenaga kerja yang kompeten, berkarakter, dan memiliki kapabilitas tinggi berbasis etika dan tata nilai.

Surabaya, Konstruksi Media – Perkembangan teknologi informasi yang melesat pesat dalam dua dekade terakhir, telah mengubah wajah dunia dalam sekejap. 

Dunia industri kini memasuki era Revolusi 4.0 yang dibarengi dengan Society 5.0.  Dunia ketenagakerjaan pun turut berubah. 

Transformasi kebijakan ketenagakerjaan kini lebih berfokus pada pengembangan tenaga kerja yang kompeten, berkarakter, memiliki kapabilitas tinggi yang berbasis etika dan tata nilai. 

Demikian dikemukakan Menteri Ketenagakerjaan Prof Yassierly saat membuka Comprehensive International Ergonomics Seminar (CIES) 2024 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (28/11/2024). 

Dalam kesempatan itu, Menaker menekankan pentingnya pergeseran paradigma dari tenaga kerja sebagai “labour” menuju “people-centric” melalui kolaborasi, teknologi, dan inovasi untuk menciptakan keberlanjutan dan nilai jangka panjang.

Salah satu agenda strategis program ketenagakerjaan yang menjadi perhatian adalah penguatan peran Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Provinsi (DK3P), yang dinilai dapat menjadi platform efektif dalam menjaring partisipasi publik sekaligus sebagai jalur strategis intervensi Kementerian Ketenagakerjaan pada isu-isu K3 di daerah.

Di sela-sela CIES, DK3P Jawa Timur mendapat kesempatan beraudiensi dengan jajaran Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Kemenaker. Pertemuan yang dipimpin oleh Plt. Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Fahrurozi, SH, MA, turut dihadiri oleh Direktur Bina Pengujian K3 Drs Muhamad Idham, MKKK, Direktur Bina Kelembagaan K3 Hery Sutanto, ST, MM, dan serta Direktur Bina Pengawas Ketenagakerjaan dan Penguji K, Rinaldi Umar, SH, MH.

Ketua DK3P Jatim Sigit Priyanto, ST, MM yang juga merupakan Kadisnaker Jatim menyampaikan terima kasih atas audiensi ini. “Kami berharap program unggulan K3 yang relevan dengan kebutuhan industri dan tantangan di lapangan dapat terus didukung oleh Kementerian,” ujarnya.

Wakil Ketua DK3P Jatim Edi Priyanto, SKM, MM menyoroti tantangan yang dihadapi DK3 di berbagai provinsi. “DK3P Jatim siap membantu pembentukan Dewan K3 di provinsi lain. Namun, diperlukan dukungan lebih kuat dari pemerintah daerah agar peran ini dapat berjalan optimal,” ungkap Edi. 

Dikatakan Edi, perlunya pengenalan budaya K3 kepada generasi muda melalui program P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), khususnya pada tema gaya hidup berkelanjutan.

Edi juga mendorong penerapan K3 tidak hanya di sektor industri, tetapi juga di lingkungan ASN dan pekerja informal. “Pelibatan perguruan tinggi dalam program pemberdayaan masyarakat menjadi langkah penting untuk memperluas edukasi K3,” ujarnya.

Senada dengan itu, Dr Adithya Sudiarno, IDipNEBOSH, anggota DK3P Jatim, menekankan pentingnya kolaborasi antara Pemerintah, Industri, dan Perguruan Tinggi. “Kolaborasi ini akan menjadi kunci keberhasilan program pengembangan budaya K3, baik di sektor industri maupun masyarakat luas,” katanya. 

Menurut Adithya, upaya Menaker dalam melakukan transformasi kebijakan strategis ketenagakerjaan perlu didukung oleh semua pihak. “Konsep People-Centric yang digagas oleh Menaker memiliki fokus pada engagement dan keunikan individu tenaga kerja yang didukung pengembangan kompetensi, salah satunya terkait kompetensi K3. DK3P dapat berperan sebagai salah satu support system pemerintah dalam pengembangan kompetensi tersebut”, tambahnya.   

Plt. Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Fahrurozi memberikan apresiasi atas upaya DK3P Jatim. “DK3P Jatim telah menunjukkan best practices dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan lintas sektor. Ini bisa menjadi contoh bagi DK3 provinsi lainnya,” tegas Fahrurozi.

Melalui pendekatan yang sinergis dan kolaboratif, transformasi K3 di Indonesia diharapkan dapat terus berkembang, mendukung peningkatan produktivitas, sekaligus menumbuhkan budaya keselamatan kerja yang berkelanjutan. (Hasanuddin)

Baca Juga :

Artikel Terkait

Back to top button