Konstruksi Media – Bila mencari genteng berkualitas, Owens Sarana Asia Pasifik bisa menjadi sebuah pilihan. Pasalnya, perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta ini merupakan distributor utama produk Owens Corning Roofing System yang pemasarannya sudah tersebar dan dikenal di seluruh Indonesia.
Pimpinan PT Owens Sarana Asiapasifik Ester saat berbincang dengan Konstruksi Media mengatakan, pihaknya merupakan solo agent untuk produk genteng aspal dengan brand Owens Corning, genteng aspal atau bitumen merupakan produk yang berasal dari Amerika Serikat . Saat ini telah memiliki beberapa factory di Negara Asia dan Eropa.
25 tahun yang lalu, kata dia, diputuskan untuk menjalin kerja sama lantaran melihat Owens Corning sebagai pencetus bahan fiberglass untuk pembuatan genteng aspal.
“Kita mulai menjalin kerja sama sebagai keagenan sejak tahun 1997 di Indonesia, melihat produk dan pemasaran membuat kita untuk menyepakati kerja sama sebagai solo agent di Indonesia,” kata Ester kepada Konstruksi Media, awal September 2022.
Ia mengatakan, Owens Corning Corporation berdiri di Amerika pada tahun 1935, menjadi salah satu produsen fiberglass pertama terbesar di dunia. Pada akhir 1938, perusahaan mencatatkan penjualan sebesar 2,5 juta dollar dengan lebih dari 600 karyawan.
“Selanjutnya, pada tahun 1977, Owens Corning menjadi pabrik Genteng Single terbesar di Amerika Serikat,” urainya.
Kemudian, kata Ester, pada tahun 1980 Owens Corning memiliki 15 pabrik di Amerika Serikat dan menguasai 50% pasar genteng sejenis. Setelah itu, memutuskan untuk melakukan expansi ke beberapa Negara, seperti Korea, China, Japan dan India.
Pada tahun 1997, Owens Corning Indonesia atau yang menggunakan nama PT Owens Sarana Asia Pasifik, yang berkantor pusat di Jakarta, sebagai distributor utama produk Owens Corning Roofing System di Indonesia, hingga kini pemasaran sudah tersebar dan dikenal di seluruh Indonesia.
“Kita bisa pastikan bahwa Owens Corning ini satu-satunya genteng aspal yang memiliki factory (produksi) tidak hanya di satu negara, melainkan tersebar di beberapa negara,” ucapnya.
Karena pemasaran dan penjualannya sangat baik, Owens Corning mulai mendekat pangsa pasar ke wilayah Asia. Didukung dengan pabrik di India, Jepang, Korea dan China.
Ester mengatakan, China tidak memproduksi genteng aspal saja, melainkan memproduksi beberapa produk lainnya, seperti instalation dan lainnya. Sementara Indonesia, fokus ke genteng aspal, belum ke produk yang lainnya.
“Untuk kebutuhan di dalam negeri, kita mendatangkan langsung dari Korea, karena di sana khusus untuk memproduksi genteng aspal,” ujar dia.
Untuk di Jakartai, kata dia, dijadikan kantor perwakilan sekaligus warehouse sebelum mendistribusikan ke customer. Selain itu, ada juga kantor perwakilan di wilayah Surabaya, Jawa Timur.
“Kita masih suplai di gudang di Jakarta, tapi untuk keagenan kita sudah punya di wilayah lain seperti di Jawa Timur, Bali, Pontianak (Kalimantan Barat), hingga Medan. Masing-masing mendistribusikannya tergantung wilayah misalnya untuk permintaan di wilayah Kalimantan, kita langsung support dari Pontianak, begitupun dengan yang di Surabaya, Bali hingga Medan,” jelas dia.
Ia mengatakan, beberapa proyek bangunan telah menggunakan produk Owens Corning, salah satu pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang terletak di Papua, berbatasan langsung dengan Papua Nugini.

“Kita pernah menyuplai material di tapal batas (pos lintas batas) Papua dan beberapa proyek lainnya,” ucapnya.
Sementara, untuk proyek pertama yang menggunakan genteng aspal Owens Corning, yakni Kota Bunga Puncak tahun 1997 yang dikembangkan oleh Sinarmas Group.
“Kala itu seluruh rumah yang bangun di kawasan Kota Bunga Puncak besutan PT Sinarmas menggunakan genteng Owens,” ujar dia.
Selanjutnya, kata Ester, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan PT Intiland Development Tbk untuk mensuplai genteng bitumen di proyek Cluster Zenith Serenia Hills yang berlokasi di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Baca juga: Jembatan Kaca Seruni Point di KSPN Bromo-Tengger-Semeru Selesai Konstruksi
“Yang sedang on progress saat ini dengan PT Intiland menangani proyek pembangunan perumahan yang berlokasi di Semanan, Jakarta Barat,” ucap Ester.
Produk Mumpuni Owens
Ester mengatakan, terdapat berbagai tantangan dalam mengembangkan dan menjalankan bisnis pergentengan di Indonesia. Menurut dia, bukan jalan yang beraspal mulus melainkan kerikil tajam yang kerap kali menghampiri dalam menjalankan bisnis. Masyarakat Indonesia baru mengetahui genteng konvensional yang berasal dari material beton, tanah liat dan lainnya.
“Kita harus mengedukasi masyarakat mengenai genteng aspal yang kerap kali disebut genteng bitumen, tanpa perlu maintenance selama 20-30 tahun. Hal itu sudah menjadi garansi yang kami berikan kepada customer saat mereka memutuskan untuk menggunakan genteng bitumen ini,” ucap wanita yang memiliki hobby menyanyi dan berolahraga itu.
Menurut dia, semua orang berfikir yang namanya ‘mahkota rumah’ harus kelihatan megah, tebal dan kekar. Sementara, genteng aspal besutan owens hanya lembaran-lembaran yang tipis. Inilah yang menjadi salah tantangan Owens Sarana Asiapasifik dalam memasarkan produknya.
Selain itu, kata Ester, dengan harga yang premium, otomatis tidak semua masyarakat di Indonesia dapat menggunakan genteng bitumen Owens Corning.
“Langkah yang kami lakukan dengan mendekatkan diri kepada arsitek, kontraktor dan lainnya untuk bisa menjalin kerja sama dalam mengenalkan produk yang dimiliki oleh Owens Sarana Asia Pasifik,” ucapnya.
Ia mengatakan, satu keunggulan dari penggunaan genteng bitumen yakni aman, karena beberapa wilayah di Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi. Penggunaan genteng aspal sangat ringan dan pemasangannya saling mengikat.
“Jadi kemungkinan untuk terlepasnya akibat gempa dan angin puting beliung sangat kecil sekali. Kalaupun jatuh mengenai kepala tidak akan bagaimana-bagaimana jika dibandingkan dengan genteng konvensional yang terbuat dari beton maupun tanah liat,” terang Wanita kelahiran Batu, Malang, Jawa Timur itu.
Ester mengatakan, ada dua tipe genteng aspal yang dimiliki Owens Corning, yakni tipe Classic dan Oakridge. Untuk Classic diberikan garansi selama 20 tahun, sementara tipe Oakridge diberikan garansi selama 30 tahun pemakaian.
Tipe Classic, kata dia, biasa disebut single layer karena material yang lebih ringan dan lentur jika dibandingkan dengan tipe atap yang lain. Tampilannya lebih flat dan menyerupai susunan batu bata.
Sementara untuk Tipe Oakridge, biasanya disebut dengan double layer karena materialnya lebih tebal dan sedikit kaku jika dibandingkan dengan tipe yang lain. Tampilannya tampak seperti genteng sirap dan lebih bergradasi.
“Cara kita memasarkan itulah ke kustomer, kontraktor, arsitek, menjadi tantangan sendiri bagi kita,” ujarnya.
Baca artikel selanjutnya:
- ITS Kukuhkan Tujuh Profesor Baru, Perkuat Riset dan Inovasi
- Sepanjang 2024, HKI Berhasil Realisasikan 40 Program TJSL
- Setelah Efisiensi, Anggaran Kementerian PU Tahun 2025 Menjadi Rp29,57 Triliun
- Pembangunan Jalan Tol Tempino-Simpang Ness di Era Presiden Prabowo: Solusi Transportasi Cepat dan Penggerak Ekonomi di Jambi