Hadirkan Listrik Ramah Lingkungan, PLTN Diklaim Tak Akan Saingi Energi Fosil
Konstruksi Media – Pelaksana Tugas Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Sumaryanto mengatakan kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka kebutuhan akan energi listrik juga meningkat.
Menurutnya, guna memenuhi kebutuhan tersebut, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) diyakini mampu melengkapi kebutuhan energi listrik nasional serta menghadirkan listrik yang ramah lingkungan.
- Ikut Andil di AGASID 2024, PEMA Pamerkan Proyek Andalan
- Gandeng Partner Lokal, Hutama Karya Rampungkan Pembangunan Menara Turyapada Bali
- Inovasi Mahasiswa ITS, Hasilkan Jam Kekinian Dari Limbah Plastik
“Keberadaan sumber energi listrik dari pembangkit listrik tenaga nuklir bukan menjadi pesaing dari sumber energi listrik yang ada saat ini, namun justru menjadi pelengkap dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik nasional,” ujar Agus dalam keterangan di Jakarta dikutip pada Jumat (10/9/2021).
Namun begitu, kata Agus, perlu disadari bahwa selama ini sumber energi listrik di Indonesia didominasi oleh sumber energi fosil yang dapat meningkatkan emisi karbon. Di sisi lain, Indonesia bersama beberapa negara di dunia bertekad untuk mengurangi emisi karbonnya.
“Pada 2030, Indonesia akan menurunkan emisi karbon sebesar 1,02 miliar ton atau setara dengan 41 persen. PLTN merupakan salah satu pembangkit listrik yang tidak mengeluarkan emisi karbon,” katanya.
Agus menuturkan bahwa untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat, pemerintah berupaya memaksimalkan sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Dalam hal ini, kata Agus, nuklir dimasukkan ke dalam kelompok EBT yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik nasional.
Pemerintah menargetkan hingga 2025, EBT berkontribusi sebesar 23 persen yang di dalamnya terdapat PLTN.
“Di sini nuklir menjadi bauran energi dengan yang lainnya, dan jangan salah mengerti bahwa nuklir itu menjadi pesaing, justru namanya baruan energi, satu dengan yang lainnya saling mengisi,” tuturnya.
Agus mengatakan, pembangunan PLTN bukan berarti nuklir menggantikan sumber energi listrik lainnya, justru nuklir akan saling melengkapi dan berkontribusi dalam membantu pemenuhan kebutuhan energi listrik nasional.
Oleh karenanya, lanjut Agus, nuklir harus segera menjadi pertimbangan sebagai sumber energi listrik yang bersinergi dengan sumber energi listrik lainnya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik nasional.
Hal senada dikatakan Perekayasa Utama Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Dhandhang Purwadi bahwa PLTN tidak seperti energi bauran lainnya yang bersifat intermittent atau tergantung situasi. Misalnya, pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga angin sangat bergantung pada kondisi sinar matahari dan angin yang berhembus.
“Perlu harmonisasi antara PLTN dengan sumber energi listrik lainnya, artinya bagi daerah-daerah yang menggunakan listrik tenaga surya misalnya dapat dibantu dengan PLTN skala kecil. Jadi, apabila listrik tenaga surya kurang optimal karena cuaca maka PLTN menggantikan pasokan listriknya,” kata Dhandhang.
Menurut Dhandhang, keberadaan PLTN bersinergi dan saling melengkapi dengan sumber energi dalam memenuhi kebutuhan energi listrik. “Bauran energi harus dikembangkan secara bersama dari semua sumber energi yang dapat menghasilkan listrik termasuk PLTN,” pungkasnya.***