
Konstruksi Media – Industri konstruksi dihadapkan pada tantangan besar seiring rencana pemerintah untuk menggabungkan seluruh BUMN Karya ke dalam satu holding. Sebelumnya, tujuh BUMN Karya direncanakan dimerger menjadi tiga kelompok, namun kini pemerintah mempertimbangkan penggabungan dalam satu entitas saja.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR RI pada Rabu (5/3/2025), para direksi BUMN Karya mengonfirmasi bahwa mereka masih menunggu keputusan final pemerintah terkait skema merger ini. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) misalnya, terus berdialog dengan PT Nindya Karya dan PT Brantas Abipraya, mengingat sebelumnya ketiga perusahaan ini direncanakan bergabung dalam satu subholding.
Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi Mukhson, menyatakan bahwa kajian terkait merger masih berjalan dan belum menghasilkan keputusan final. “Kami akan duduk bersama konsultan untuk menetapkan skema terbaik sebelum dibawa ke Kementerian,” ujarnya dalam rapat tersebut.
Sementara itu, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) lebih fokus pada penyehatan keuangan agar merger tidak menambah beban bagi perusahaan lain. Direktur Utama WSKT, Muhammad Hanugroho, menekankan bahwa upaya pemulihan finansial harus menjadi prioritas sebelum merger dilakukan.
Hal senada disampaikan Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, yang menilai bahwa pengurangan jumlah BUMN Karya perlu dilakukan, tetapi saat ini WIKA masih fokus pada restrukturisasi keuangan.
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) juga menunggu arahan lebih lanjut dari Kementerian BUMN. Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo, menegaskan bahwa perusahaan tetap berfokus pada penyelesaian proyek-proyek yang sedang berjalan sambil mengikuti perkembangan merger.
Dampak Merger terhadap Kinerja Emiten
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai merger ini berpotensi meningkatkan efisiensi dan sinergi, namun keberhasilannya sangat bergantung pada implementasi kebijakan yang tepat. Ia juga memperingatkan risiko persaingan internal yang bisa terjadi jika strategi pembagian proyek tidak dikelola dengan baik.
Prospek emiten BUMN Karya pada 2025 masih tertekan akibat pemangkasan anggaran infrastruktur dan tingginya beban utang. Bahkan, saham WSKT dan WIKA telah disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) akibat gagal bayar obligasi. WSKT menghadapi risiko delisting karena sudah hampir dua tahun terkena suspensi dan restrukturisasi utangnya belum menunjukkan hasil signifikan.
Menurut Analis PT Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, merger bisa menjadi solusi untuk efisiensi dan penguatan modal, tetapi kondisi kas yang lemah dan proyek-proyek infrastruktur yang terbatas menjadi tantangan utama. Hingga saat ini, hanya saham ADHI dan PTPP yang masih aktif diperdagangkan, meski keduanya menunjukkan tren penurunan sepanjang tahun ini.
Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menambahkan bahwa merger berpotensi memperbaiki struktur bisnis BUMN Karya jika dilakukan dengan baik. Namun, ia mengingatkan bahwa kondisi keuangan yang sulit tetap menjadi tantangan besar bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
Rekomendasi Saham
Dalam kondisi yang masih tidak menentu, para analis menyarankan investor untuk bersikap wait and see terhadap saham BUMN Karya. Namun, bagi yang ingin berinvestasi, saham ADHI direkomendasikan dengan target harga Rp250 per saham, sementara PTPP tetap harus dipantau karena masih dalam tren penurunan.
Dengan berbagai tantangan yang ada, merger ini diharapkan bisa membawa dampak positif bagi industri konstruksi nasional, selama dilakukan dengan strategi yang matang dan implementasi yang tepat. (***)