Brantas Abipraya Optimis Bisnis Alat Berat Kembali Menggeliat
Brantas Abipraya mengharapkan pada 2022 pertumbuhan ekonomi berangsur pulih dan normal kembali.
Konstruksi Media – PT Brantas Abipraya (Persero) atau Abipraya mulai eksis pada 12 November 1980 di Malang, Jawa Timur. Diawali Proyek Perluasan Wilayah Sungai Brantas yang dikenal dengan Proyek Brantas, yang kemudian menjadi latar belakang penamaan perusahaan.
General Manager (GM) Unit Peralatan & Precast PT Brantas Abipraya, Sukarno mengatakan guna memenuhi kebutuhan internal, sudah lama Brantas Abipraya memiliki peralatan sendiri. Menurut dia, peralatan yang dimiliki Abipraya terbilang lengkap, mulai dari peralatan umum untuk Sumber Daya Air (SDA), peralatan jalan dan pekerjaan gedung.
“Peralatan Brantas Abipraya lebih difungsikan untuk proyek internal, kebetulan proyek lebih banyak ke infrastruktur SDA, jalan dan jembatan,” kata pria lulusan Teknis Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu melalui wawancara via zoom dengan Konstruksi Media, beberapa waktu lalu.
Baca juga: IKN Nusantara Bakal Adopsi Kawasan Perumahan BSD City
Sukarno mengatakan, alat di Abipraya memiliki keunggulan tersendiri dalam masalah keandalan, sehingga dapat melakukan produksi secara maksimal dan tak mudah rusak. Menurut dia, jika ada kerusakan ada tim untuk perbaikan yang bergerak cepat untuk mengatasinya.
“Jika menyewakan alat berat, maintenance tanggung jawab Abipraya. Penyewa hanya mengetahui alat siap beroperasi,” ucap dia.
Pada tahun 2022, kata Sukarno, Brantas Abipraya memiliki target yang diincar untuk menyokong pembangunan di Tanah Air. “Kebetulan proyek lebih banyak ke infrastruktur SDA, jalan dan jembatan jadi tidak terlalu terkendala dengan adanya Covid-19. Namun, peralatan di gedung yang mengalami stag, sehingga pembangunan melambat,” kata Sukarno.
Ia mengatakan, peralatan untuk gedung banyak yang standby lebih dari setahun lantaran investasi di bidang building sedang stuck. Tower crane dari Abipraya banyak yang menganggur. Berbeda dengan pembangunan SDA, jalan dan jembatan yang terus digenjot oleh pemerintah.
Sukarno mengharapkan pada 2022 ini pertumbuhan ekonomi berangsur pulih dan pertumbuhannya normal kembali, sesuai dengan target dari pemerintah. Sehingga, kata dia, banyak proyek dan penggunaan peralatan bisa lebih maksimal.
Menurut dia, prospek infrastruktur masih cukup bagus. Pasalnya, masih banyak yang belum tersentuh infrastruktur di Indonesia. Apalagi di daerah masih banyak yang tertinggal pembangunannya dibandingkan di Pulau Jawa.
“Masih banyak daerah yang tertinggal, bisnis masih sangat optimis,” ujar Sukarno.
Baca artikel selanjutnya: