Blok Rokan Disebut Tulang Punggung Capai Target Sejuta Barel Minyak
Konstruksi Media – Plt Deputi Pengendalian Pengadaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak Bumi dan Gas (SKK Migas) Rudi Satwiko mengatakan, Blok Rokan memiliki sejarah panjang dalam industri hulu migas nasional.
Hal itu disampaikan Rudi saat memberikan sambutan pada kegiatan vendor day dalam rangka mengawal proses peralihan blok Rokan yang diselenggarakan SKK Migas, Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Pertamina Hulu Rokan (PHR) secara daring pada Minggu (1/8) yang dihadiri lebih dari 550 penyedia barang/jasa.
“Sejak berproduksi pertama kali di tahun 1951, blok Rokan sudah 70 tahun memberikan kontribusi pembangunan. Blok ini pernah mencapai masa puncak kejayaan dengan produksi minyak mencapai lebih dari 700 ribu barrel dan saat ini masih menjadi andalan dengan produksinya yang mencapai sekitar 160 ribu barrel,” ujar Rudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (3/8/2021).
- Delegasi Persatuan Insinyur Indonesia Kunjungi Petrokimia Gresik di Jatim
- Dari Redaksi: Hari Bakti PU ke-79, Perkuat Infrastruktur Negeri
- Peringati Hari Bakti PU ke-79, Kementerian PU Donasikan Rp3,3 Miliar
Dipastikan, SKK Migas akan terus mengawal proses peralihan agar berjalan dengan baik. Salah satu proses peralihan yang penting adalah terkait kewajiban yang ada di kontrak-kontrak pengadaan barang/jasa, termasuk didalamnya kontrak untuk vendor lokal Riau.
Rudi menjelaskan, blok Rokan telah berkontribusi rata-rata 46% terhadap produksi minyak nasional, meskipun saat ini produksinya menurun menjadi 24% dari nasional. “Namun melihat potensi di blok Rokan yang masih menjanjikan, maka blok ini akan terus dikembangkan dan menjadi salah satu tulang punggung untuk mencapai produksi 1 juta barel di tahun 2030,” kata Rudi.
“Kegiatan ini bagus sebagai bagian upaya untuk memastikan kontrak dan suplai tetap berjalan lancar saat terjadi alih kelola dari CPI ke PHR. Kelancaran proses alih kelola membutuhkan dukungan dari perbagai pihak termasuk para penyedia barang/jasa di wilayah kerja Blok Rokan. Terima kasih saya ucapkan atas kontribuasi para vendor sehingga produksi blok Rokan dapat dijaga secara optimal,” lanjutnya.
Sementara itu, VP Procurement & Contract CPI Sigit Pratopo menyampaikan, proses mengawal transisi blok Rokan sudah berjalan selama 2 tahun. Hal ini menunjukkan komitmen CPI untuk menjaga operasional blok ini agar tetap optimal, termasuk penyediaan barang dan jasa oleh para vendor.
“Kita semua berharap, pelaksanaan transisi berjalan secara mulus, tanpa kendala, selamat, akuntabel handal dan lancar. Selama persiapan terminasi dan transisi kami telah menyampaikan data dan informasi kepada SKK Migas dan PHR, termasuk diantaranya Salinan kontrak dan PO untuk proses mirroring kontrak oleh PHR, Salinan kontrak local business development (vendor lokal) untuk proses pengadaan LBD di PHR, data inventory dan proses pengelolaan warehouse,” ungkap Sigit.
“Pasca transisi, pihak CPI akan terus melakukan dukungan, termasuk melanjutkan proses penutupan kontrak dan PO untuk memastikan pemenuhan kewajiban rekanan penyedia barang/jasa dan melakukan proses pembayaran invoice untuk kontrak dan PO di bawah entitas CPI,” lanjutnya.
Bussiness Support Project Leader PHR Danang Ruslan Saleh menyampaikan bahwa upaya menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan pengadaan barang/jasa telah dilakukan pihaknya melalui mirroring kontrak yang dilakukan oleh PHR.
“Mirroring kontrak akan memastikan keberlanjutan kontrak-kontrak yang sudah ditandatangani saat vendor menjadi rekanan CPI. Dari total 379 kontrak aktif, ditetapkan sebanyak 318 kontrak sesuai dengan kebutuhan PHR dan berlanjut pada proses mirroring kontrak yang telah diselesaikan 298 kontrak, dengan 4 kontrak dalam proses amandemen,” kata Danang.
“Amandemen kontrak untuk penyediaan pemboran sehubungan dengan jumlah kegiatan pemboran yang akan ditambah oleh PHR pasca alih kelola sehingga membutuhkan rig yang lebih banyak dari jumlah yang ada di kontrak existing,” tutur Danang.
Selanjutnya Danang menambahkan bahwa PHR akan melanjutkan kegiatan LBD yang telah dirintis oleh CPI. Selain terkait kontrak, saat ini PHR sudah menyiapkan work order untuk 1 bulan kedepan, sehingga pasca alih kelola PHR tidak ada kendala penyediaan barang/jasa untuk mendukung operasional blok Rokan.
“Kami sedang menyelesaikan daftar kontrak owner yang dibutuhkan oleh penyedia barang/jasa saat PHR secara resmi sudah mengoperasikan blok Rokan,” terang Danang.
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya Erwin Suryadi mengatakan bahwa yang berubah di blok Rokan hanyalah operatornya saja yaitu dari CPI ke PHR. Untuk pengelolaan blok Rokan tetap berada di bawah kendali SKK Migas sebagai pihak yang mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola hulu migas nasional.
“Salah satu inti dari kegiatan vendor day kali ini adalah menyampaikan kehadiran SKK Migas yang akan terus mengawal pengoperasian blok Rokan. Agar proses transisi berjalan dengan baik tanpa halangan, serta tidak boleh ada penurunan produksi maupun gangguan produksi,” tegas Erwin.
Erwin melanjutkan, langkah antisipatif dan gerak cepat SKK Migas diwujudkan dengan dilakukannya revisi PTK 007 dengan memasukkan terminologi kontrak mirroring sehingga transisi hal-hal yang terkait dengan aktivitas dan penyediaan barang/jasa oleh vendor berjalan dengan mulus.
”Kontrak mirroring selama 1 tahun bukanlah bagi-bagi proyek, tetapi adalah langkah yang dilakukan untuk menjaga kesinambungan penyediaan barang/jasa sampai PHR sebagai operator baru telah menyiapkan segala hal, termasuk infrastruktur pendukungnya. Per 17 Agustus 2021, PHR nanti sudah bergabung di centralized integrated vendor database (CIVD) sehingga memudahkan vendor dan PHR dalam kegiatan penyediaan penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang ada,” ujar Erwin.
Terkait program LBD, Erwin menambahkan agar PHR dapat meningkatkan jumlah LBD yang terlibat di berbagai daerah di Riau yang saat ini dari 14 wilayah ring 1 dengan 699 aktif LBD.
“Kontrak pengadaan barang/jasa ke LBD sangat besar. Berdasarkan data SKK Migas per Mei 2021, selama 11 tahun mencapai Rp 1,27 triliun untuk 5.055 kontrak yang menyerap 40.400 tenaga kerja. Harapannya jumlah LBD bisa ditambah sehingga manfaat bagi masyarat Riau menjadi lebih besar,” pungkas Erwin.***