Antisipasi Lonjakan Pemudik Transportasi Laut, MTI Soroti Kesiapan Fasilitas di Pelabuhan
Beberapa pelabuhan-pelabuhan yang akan menjadi simpul tersibuk pada angkutan penyebrangan mudik 2023.
Konstruksi Media – Sebentar lagi masyarakat yang bekerja di berbagai wilayah atau daerah di Indonesia seperti DKI Jakarta akan kembali ke kampung halamannya untuk melepas kerinduan dengan keluarga besarnya beberapa waktu ke depan dan kemudian akan kembali ke kota-kota besar untuk melanjutkan pekerjaannya. Fenomena ini dikenal dengan sebutan Musim Mudik Lebaran Idul Fitri. Hampir setiap Lebaran Idul Fitri masyarakat selalu melakukan tradisi mudik ke kampung halamannya.
Terdapat tiga moda transportasi yakni darat, laut dan udara di hingga kereta api yang akan dipilih masyarakat untuk mengantarkannya sampai ke kota tujuan masing-masing.
Untuk di sektor transportasi laut, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyoroti kesiapan penyelenggaraan mudik lebaran bagi masyarakat yang menggunakan jasa penyebrangan laut kapal Feri (RoRo).
Ketua Forum Transportasi Maritim MTI, Hafida Fahmiasari mengatakan pada lintas pulau jarak dekat, kapal penyebrangan (feri) digunakan masyarakat Indonesia dengan porsi sebesar 31% di puncak mudik tahun 2022.
Rasio ini yang terbesar dibandingkan dengan pangsa pasar moda transportasi umum lainnya, seperti udara sekitar 26%, bus 19%, kereta api 14%, dan laut 10%.
Maka dari itu, pergerakan di simpul-simpul moda transportasi di pelabuhan-pelabuhan penyebrangan menjadi vital.
“Pada mudik 2023, diperkirakan terdapat 123,8 juta pemudik di Indonesia. Di mana, angka ini meningkat sebesar 14% di bandingkan tahun 2022,” ungkap Hafida dalam diskusi dengan media secara daring, Rabu, (5/4/2023).
Dia mengatakan terdapat beberapa pelabuhan-pelabuhan yang akan menjadi simpul tersibuk pada angkutan penyebrangan mudik 2023, pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan Merak, Gilimanuk, Bakauheni, Ketapang, dan Pelabuhan Kayangan.

Menurutnya, penyebrangan Merak-Bakauheni merupakan rute tersibuk di tiap periode mudik, maupun di periode non-mudik.
“Isu utama yang masih terjadi adalah lonjakan mudik di hari-hari puncak mudik. Tentu, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor, salah satunya terkait masih belum optimalnya pemesanan online mandiri tiket kapal feri sehingga perencanaan demand tidak sesuai dengan arus di lapangan,” jelas Hafida.
Di jelaskan olehnya, masalah tersebut dapat diatasi dengan pengembangan sistem optimasi terutama untuk alokasi slot lane kapal dengan sistem pemesanan tiket, peningkatan reservasi mandiri sebelum hari-H.
Selain itu, lanjutnya, pengadaan buffer area di rest area, dan penegakkan aturan yang tegas dari pemerintah dan operator juga harus dipersiapkan oleh pemerintah.
“Alokasi slot lane kapal yang terintegrasi dengan sistem pemesanan tiket di apps harus didukung dengan desain kapal yang sudah terstandardisasi. Sebab jika tidak, akan terjadi mismatch antara alokasi ruang yang tersedia dengan jumlah tiket yang dapat dipesan di aplikasi,” beber dia.
Pasalnya, strategi ini berhasil dilaksanakan di aplikasi Ferry scanner, aplikasi pemesanan tiket kapal penyebrangan di Eropa. Pada aplikasi ini penumpang dapat memesan dengan member spesifikasi detail hingga jenis kendaraan yang akan masuk ke kapal feri (jenis RoRo).
Menurutnya, pengadaan buffer area di rest area di hinterland pelabuhan-pelabuhan penyebrangan dapat menghindari bottleneck yang terjadi di hari-hari puncak mudik. Saat ini Kementerian Perhubungan telah merencanakan buffer are di KM 97 Tol Tangerang-Merak.
“Strategi ini tentunya menjadi masukan untuk berbagai pihak operator, regulator dan pemerintah setempat,” urainya.
Baca Artikel Selanjutnya :