Prof Harun Al-Rasyid Kenang Sosok Mas Anto Pelaku Infrastruktur Berkelanjutan
Achmad Hermanto Dardak alias Mas Anto, rekan kerja yang paling tahan bergadang tanpa lelah bermalam-malam demi menyiapkan naskah-naskah konsensus pertemuan untuk dibacakan pada hari selanjutnya.
Konstruksi Media – Kepergian DR Ir. Achmad Hermanto Dardak, M.Sc., Ph.D (Mas Anto) untuk selama-lamanya meninggalkan kenangan manis di mata sahabat, rekan-rekan sejawatnya yang takan pernah terlupakan. Salah satunya yakni Guru Besar Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Harun Al-Rasyid Lubis.
“Kami terpaut empat tahun di ITB, saya 1979 alm. Mas Anto 1975. Waktu saya mulai masuk Jurusan Teknik Sipil tahun 1980, saya tidak pernah mendengar kakak kelas bernama Hermanto Dardak, ketika itu para asisten akademik (tugas merancang) memang kebanyakan dari angkatan 76,” ungkap Harun kepada Konstruksi Media, Senin, (22/8/2022).
Dia menambahkan, Mas Anto yang kala itu angkatan 75 adalah panitia swasta OS (orientasi studi ) bagi para junior ketika itu di ITB. Sebelumnya, dirinya tak pernah mendengar nama alm Mas Anto semasa OS swasta itu.
“Saya jadi teringat pengalaman di Situ Cileunca yang cukup menegangkan itu. Praktis bertemu dengan beliau pertama kali saat saya menjadi konsultan pendamping ADB menyiapkan kebijakan pengembangan jalan tol untuk PT Jasa Marga di pertengahan tahun 80-an,” kenang Prof Harun.
Dia mengungkapkan terakhir kali bertemu dengan almarhum yakni di Nusa Dua Bali, saat Kongres PII 2021 silam. Diantara dua event itu Mas Anto dan Prof Lubis masih sering bertemu muka dalam beberapa rangkaian diskusi pengembangan infrastruktur dalam berbagai tema, seperti Sistem Transportasi Nasional bersama Kementerian Perhubungan, diskursus kelembagaan TOD (transit oriented development) bersama HUD ( Housing & Urban Development).
“Satu hal yang paling berkesan bagi saya ketika beliau memberi keynote speech pada Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil,” tuturnya.
Kala itu, almarhum memaparkan pentingnya riset inovatif bagi pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan, Prodi Teknik Sipil ITB, Nov 2016. Kover paparan ketika itu bertuliskan Mas Anto sebagai Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Presiden REAAA, Widyaiswara Utama PUPR (exs Wakil Menteri PU/Dirjen Bina Marga/DIRJEN Penataan Ruang/Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah).

Keynote speech yang memakan waktu satu jam di depan khalayak dan mahasiswa teknik sipil itu, kebetulan Prof Harun sebagai moderatornya. Kala itu Almarhum Mas Anto memaparkan materi berupa slide 70-an halaman berisi buah pikir tim Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah dan pengalaman almarhum selama penugasan yang berderet.
Baca Juga : Hermanto Dardak, Mantan Wakil Menteri PUPR 2009-2014 Tutup Usia
BPIW jelmaan biro perencanaan, eks Setjen PU, yang ketika itu juga Ditjen Tataruang sudah pindah ke Kementerian ATR/ BPN.
Prof Harun menyimpulkan pidato yang dibawakan oleh Mas Anto, di antara :
1. Pembangunan infrastruktur dengan pendekatan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) memicu terciptanya wilayah pertumbuhan sebagai engine of growth nasional dan kawasan- kawasan pertumbuhan (perkotaan) sebagai engine of growth wilayah pertumbuhan, sehingga disamping pencapaian sasaran output juga outcome dan impact;
2. Urbanisasi yang tinggi momentum untuk merancang perkotaan menuju kehidupan, ekonomi, lingkungan dan tata kelola yang cerdas berkelanjutan;
3. Dari Supply Side, Pemerintah melakukan pembangunan infrastruktur dan penyiapan lahan dalam rangka meningkatkan produktivitas, Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam mengembangkan Sarjana Teknik/Insinyur maupun melakukan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Teknologi (bekerjasama dengan Industri) dan hal ini diharapkan dapat menstimulasi Badan Usaha dan kalangan bisnis untuk membentuk klaster industri dan bisnis terkait (mendorong Demand Side);
4. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bersama Civitas Akademika terutama bidang Teknik Sipil berperan mendukung program pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur dan sekaligus melakukan inovasi serta mengembangkan manajemen aset infrastruktur untuk mewujudkan infrastruktur kompetitif yang cerdas dan berkelanjutan;
“Oh, hampir terlupa, sudah agak lama juga beliau (Mas Anto) mengajak kami untuk membantu kepanitiaan pertemuan internasional di Bali tentang Private Finance for Public Infrastructure, ketika itu juga bersama Mas Emil putra beliau,” jas Harun.
Mas Anto, di mata Prof Harun merupakan rekan kerja yang paling tahan bergadang tanpa lelah bermalam-malam demi menyiapkan naskah-naskah konsensus pertemuan untuk dibacakan pada hari selanjutnya.
“Sisi lain dari Mas Anto sejak menjadi mahasiswa saya coba dapatkan dari beberapa rekan seangkatan beliau. Mas Anto termasuk mengikuti gelombang lulusan pertama dalam angkatannya, pribadi yang selalu cool dan mudah tersenyum, juga senang berbagi ilmu dan mambantu sesama teman,” imbuh dia.

Saat awal berkarier di Departemen Pekerjaan Umum, alm bergabung di Binamarga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota bersama para mentornya seperti Alm. Suryatin, Alm Wiyono Wiyono dan Irsan Ilyas. Keloyalan beliau kepada atasan sangatlah terjaga.
Almarhum menyelesaikan doktoral di UNSW Australia di bimbing oleh Prof John Black dengan disertasi tentang sistem angkutan umum.
“Itu pula yang mengusik saya mengapa Mas Anto sebagai staf Bina Marga getol memberi usulan agar ada lajur khusus bagi kendaraan high occupancy (HOVL) di jalan tol, saat ada diskursus pembangunan tol 6 ruas di Jakarta. Walau ide ini masih kandas hingga sekarang,” ucap Harun.
Harun mengemukakan, Almarhum berkontribusi sangat besar dalam penyusunan UU Tata Ruang dan UU Keinsinyuran, juga sebagai Ketum PII 2015-2018.
“Satu yang saya kurang mengerti sampai sekarang adalah mengenai interaksi dengan rekan sekampungnya sesama dari Jawa Timur Mas Sumaryanto, angkatan 74. Berdua mereka serasa dan terlihat selalu berseberangan dan berkompetisi hingga ke pemilihan ketua ikatan Alumni ITB ketika itu. Yang satu sangat cool dan good boy yang satu lagi punya style berbeda dalam membuat kemajuan. Mas Sumaryanto sempat manjadi Ketum IA dan desersi ke Meneg BUMN sebagai Deputi, sekarang masih berbaring sakit dan dalam pemulihan. Kita doa kan semoga Mas Sum semakin membaik,” imbuhnya.
“Satu PR titipan yang tak terselesaikan menjelang masa Covid-19 ketika itu, ada rekan sesama dosen mengusulkan bagaimana kalau Mas Anto kita ajukan mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa, setelah Bang Hatta Rajasa dan Mas Basuki di ITB,” sambung Prof Harun.
Dia menjelaskan, adapun mengenai konsep WPS ala koordinasi perencanaan Bappenas namun hanya untuk lingkup PUPR, layak untuk dikembangkan dalam setiap pengembangan Wilayah dan kota di tanah air. Hal ini dimaksudkan agar ada tolok ukurĀ dan dampak manfaat ekonomi secara lebih luas (wider economic benefit) dalam setiap pengembangan kota dan interaksinya dengan kota-kota lain yang ada di sekitarnya, apakah akan terjadi zero–sum, straw-effect ataukah sinergitas saling mendorong antar pusat pertumbuhan ?
Sebagai good boy, menurut Prof Harun, Mas Anto selalu ditugaskan misi yang berat- berat seperti Ketua Badan Pelaksana Pembangunan Jembatan Selat Sunda yang dingin (freezing) bersama skeleton konsep MP3EI sejak sehari Jokowi memimpin. Juga sebagai Ketua Tim Pengarah Satuan Tugas Pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara di akhir-akhir usianya.
“Selamat jalan Mas Anto, Innalillahi wainna ilaihirroojiun, buah pikir mu tentu menjadi inspirasi bagi kami semua yang melanjutkan. Semoga Allah SWT menempatkan mu di tempat yang terbaik di sisi-Nya,” tandas Prof Harun Al-Rasyid Lubis, Guru Besar ITB & Chairman IPKC (Infrastructure Partbership & Knowledge Center).
Baca Artikel Selanjutnya :