Archived

Hingga 2030, PLN Bakal Kembangkan EBT Hingga 17 GW

Konstruksi Media – PT PLN (Persero) mengaku akan terus menggenjot penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam membangun pembangkit listrik.

Direktur Utama PT PLN (Persero), Zulkifli Zaini menyebut, potensi pengembangan EBT PLN selama 2021-2030 mencapai hampir 17 GW.

“Antara lain, PLTA 9 GW, Geothermal atau panas bumi (PLTP) 2,4 GW, Pembangkit listrik berbasis biomassa, angin, surya 4,5 GW, Pembangkit listrik untuk penopang beban dasar seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) 1 GW,” ujar Zulkifli Zaini dalam Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/07/2021).

Menurutnya, pengembangan EBT ini dilakukan demi mencapai target netral karbon pada 2060 mendatang.

Hingga 2060, ungkapnya, ada peluang tambahan produksi dari pembangkit listrik berbasis EBT mencapai 1.380 Tera Watt hour (TWh).

Dalam hal ini, kata Zulkifli Zaini, produksi listrik PLN pada 2060 bisa mencapai 1.800 TWh.

“Saat ini, produksi listrik mencapai sebesar 300 TWh dan ada tambahan sekitar 120 TWh dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara 35 Giga Watt (GW) dalam beberapa tahun mendatang,” jelasnya.

Diakuinya, pengembangan pembangkit harus diselaraskan dengan suplai dan permintaan, potensi ketersediaan sumber energi setempat (resource based), keekonomian, keandalan, ketahanan energi nasional dan keberlanjutan (sustainability).

“Penyediaan listrik harus memenuhi prinsip ketahanan, keamanan pasokan, keekonomian, dan level emisi,” imbuhnya.

Selain itu, menurutnya akselerasi pengembangan pada daerah defisit serta daerah yang menggunakan BBM sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) juga menjadi langkah strategis PLN untuk mengurangi belanja negara dalam pembelian impor BBM.

Dia mengatakan, strategi ini dilakukan melalui konversi PLTD PLN ke pembangkit berbasis EBT yang sebagian berada di daerah isolated offgrid atau di luar jaringan listrik PLN.

“Ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keekonomian dan pertumbuhan beban sulit diprediksi di daerah isolated, antara lain penerapan metode autocorrective incremental development,” katanya.

Menurutnya, sistem kelistrikan dengan margin cadangan (reserve margin) besar perlu mempertimbangkan harmonisasi suplai dan permintaan, peran serta dukungan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya dalam menumbuhkan iklim investasi di bidang industri dalam rangka peningkatan permintaan dan pertumbuhan ekonomi.

“Kondisi kelistrikan existing umumnya over supply. Empat sistem besar dengan cadangan daya berlebih terdapat di sistem Jamali (Jawa, Madura, Bali), Sumatera, Sulawesi bagian Selatan, dan Kalimantan,” tandasnya. ***

Artikel Terkait

Leave a Reply

Back to top button