Jalan

Wika Bakal Terbitkan Obligasi dan Sukuk, DPR Soroti Profit Tol Serang-Panimbang

Konstruksi Media – Anggota Komisi VI DPR Abdul Hakim Bafagih menyoroti proyek Tol Serang-Panimbang yang akan segera dioperasikan. Pasalnya, proyek ini telah menelan anggaran negara cukup banyak melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).

Di sisi lain, PT Wijaya Karya akan menerbitkan obligasi dan Sukuk hingga Rp2,5 Triliun untuk kebutuhan korporasi.

“Ini yang kami pertanyakan, jadi kira-kira kalau bukan PMN, solusinya apa karena di September ini, WIKA itu akan menerbitkan obligasi dan sukuk senilai Rp2,5 triliun. Obligasinya Rp1,8 triliun sisanya sukuk dan obligasi ini akan digunakan untuk bayar utang yang sudah jatuh tempo,” ujar Abdul Hakim Bafagih pada laman DPR, dikutip Senin (6/8/2021).

Pihaknya mempertanyakan benefit dari proyek ruas Tol Serang-Panimban untuk negara.

Terlebih, tol yang menghubungkan wilayah Serang dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung itu diyakini akan memberikan profit dan pemanfaatan dalam menggerakkan roda ekonomi bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar.

“Kalau misal KEK kawasan wisatanya tidak bisa berkembang, kira-kira investasi yang dikeluarkan oleh negara untuk pembangunan ini, itu ada return atau pengembaliannya nggak. Baik itu terhadap perusahaan maupun terhadap pertumbuhan ekonomi di sekitar ruas tol ini,” katanya.

Ia mengatakan hal tersebut karena kondisi perekonomian Tanah Air saat ini tengah lesu akibat pandemi Covid-19.

“Sekarang sektor pariwisata ini sedang lesu, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus ini kan juga butuh tambahan biaya lagi,” katanya.

Abdul Hakim Bafagih melihat pembangunan ruas tol tersebut memiliki banyak persoalan yang perlu diselesaikan, khususnya terkait pembiayaan dan pembebasan lahan.

Ia menilai bahwa saat ini banyak perusahaan BUMN kurang kreativitas dan inovasi dalam mengatasi persoalan keuangan, sehingga menjadi sangat bergantung pada Penyertaan Modal Negara (PMN).

Untuk itu, pihaknya mendorong agar WIKA menghasilkan ide-ide kreatif untuk menyelesaikan persoalan keuangan.

Menurutnya, PMN seharusnya menjadi upaya terakhir jika WIKA gagal menemukan solusi.

“Kami ingin melihat itu dulu, sampai kalau memang mentok, enggak bisa apa-apa, baru mau enggak mau, ya PMN karena ini seperti buah simalakama. Kalau enggak diteruskan, nanti dampaknya akan lebih besar. Kalau diteruskan, keuangan negara tidak terbebani,” katanya.

Kedua, PT WIKA harus betul-betul mempertimbangkan cost and benefit ratio dari proyek tol ruas Serang-Panimbang.

“Kalau negara keluar duit itu (harus ada) satu profit yang kedua ada manfaat terhadap masyarakat sekitar. Tumbuh nggak ekonominya, serapan tenaga kerjanya dapat apa nggak, produk produk UMKM sekitar diberdayakan apa nggak,” tegasnya. ***

Artikel Terkait

Leave a Reply

Back to top button