Konstruksi Media – PT Waskita Karya (Persero) Tbk terus memperkuat penerapan transformasi digital dalam pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jakarta Phase 1B. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan keberlanjutan selama proses konstruksi.
Koordinator BIM Proyek LRT Jakarta Fase 1B, Ganesh Aditya Aryoprawirotama, menjelaskan dalam konferensi tahunan Year in Infrastructure yang digelar Bentley Systems di Amsterdam, Belanda, bahwa proyek ini menjadi salah satu pekerjaan infrastruktur dengan tantangan teknis paling kompleks di kawasan padat penduduk.
“Proyek ini dibangun di lingkungan yang menantang. Karena itu, kami memanfaatkan solusi digital inovatif untuk mengatasi kompleksitas konstruksi di lapangan,” ujar Ganesh dalam presentasinya di hadapan juri Going Digital Awards 2025 di Okura Hotel Amsterdam, Kamis (16/10/2025).
Proyek Strategis di Tengah Kawasan Padat
Tantangan terbesar muncul karena lokasi konstruksi berada di koridor perkotaan padat dan melibatkan banyak pemangku kepentingan. Koordinasi lintas lembaga dan masyarakat harus tetap berjalan tanpa mengganggu mobilitas warga serta memastikan proyek sesuai jadwal.
Proyek sepanjang 6,4 kilometer ini merupakan bagian dari jaringan LRT Jakarta yang akan membentang hingga 46,8 kilometer. Pembangunan mencakup lima stasiun dan enam seksi pekerjaan utama, dengan target penyelesaian pada 2026.
Jika selesai, proyek ini diproyeksikan mampu mengurangi hingga 21 juta perjalanan kendaraan pribadi per tahun, sekaligus menekan emisi karbon kota.
Teknologi Digital untuk Efisiensi dan Keamanan
Sebagai kontraktor utama, Waskita Karya menerapkan teknologi berbasis Building Information Modeling (BIM) dan solusi dari Bentley Systems. Teknologi ini mencakup drone fotogrametri dan simulasi 4D untuk memungkinkan pemantauan proyek secara real time.
“Kami menggunakan platform digital terintegrasi yang menggabungkan data spasial, model BIM, dan jadwal kerja dalam satu sistem. Ini memudahkan seluruh tim mengakses informasi secara langsung dan mengambil keputusan cepat,” kata Ganesh.
Melalui pendekatan ini, Waskita Karya berhasil mengidentifikasi dan menyelesaikan lebih dari 1.200 potensi kendala sebelum konstruksi dimulai. Penggunaan simulasi 4D juga mendorong peralihan dari metode konvensional menuju konstruksi yang lebih presisi dan efisien.
Dampak Finansial dan Lingkungan
Transformasi digital memberikan dampak signifikan secara finansial. Ganesh menyebut, perusahaan berhasil menghemat 14,82 juta USD (sekitar Rp245,8 miliar), serta menekan konsumsi material senilai lebih dari 7,3 juta USD (sekitar Rp121,2 miliar).
Efisiensi juga terlihat dalam operasional, antara lain:
- Peningkatan efisiensi data hingga 80 persen
- Pengurangan waktu pemodelan sebesar 40 persen
- Penurunan inspeksi fisik hingga 20 persen
Dari sisi keberlanjutan, proyek berpotensi mengurangi emisi karbon sebesar 4.000–5.500 ton per tahun.
“Transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tapi strategi besar untuk menciptakan kota yang lebih hidup, adaptif, dan berkelanjutan,” tutur Ganesh.
Ajang Internasional
Dalam ajang Going Digital Awards 2025, PT KAI meraih juara kategori Rail and Transit, mengungguli dua nominasi lain: proyek digitalisasi Terowongan Severn oleh Network Rail, Inggris, dan proyek LRT Jakarta Phase 1B oleh Waskita Karya.
Penghargaan tahunan ini diikuti hampir 250 nominasi dari 47 negara dalam 12 kategori yang menampilkan transformasi digital di berbagai sektor infrastruktur global. (***)



