Konstruksi Media — Sebuah bangunan kecil di tengah area persawahan Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial. Bangunan berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter itu viral setelah foto-fotonya beredar dengan keterangan bahwa proyek tersebut menelan biaya Rp112,8 juta dari dana pemerintah pusat tahun anggaran 2024.
Sekilas, bangunan berdinding bata putih itu memang tampak sederhana—lengkap dengan ventilasi, pintu bergembok, dan prasasti bertuliskan “Program Irigasi Perpompaan Bantuan Pemerintah Pusat” dari Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali serta Kementerian Pertanian. Namun, angka anggaran yang tertera di papan proyek memicu gelombang kritik dan rasa penasaran publik di berbagai platform media sosial.
Di balik sorotan warganet, ternyata bangunan mungil tersebut bukan sekadar ruang kosong. Sekretaris Dinas Pertanian Boyolali, Retno Nawangtari, menjelaskan bahwa struktur tersebut adalah rumah mesin pompa air yang menjadi bagian dari proyek irigasi perpompaan. Anggaran Rp112,8 juta itu, kata Retno, mencakup keseluruhan sistem, bukan hanya bangunan fisiknya.
“Anggaran itu tidak hanya untuk bangunan kecil yang terlihat di permukaan. Komponen utamanya meliputi pembuatan sumur bor dalam, pembelian mesin pompa, jaringan pipa besar untuk irigasi sawah, serta pemasangan listrik untuk operasional,” ujar Retno.
Menurut Retno, proyek irigasi perpompaan di Desa Gagaksipat ini dirancang untuk mengairi lahan pertanian seluas 10 hektare. Sebagian besar anggaran dialokasikan untuk pembuatan sumur dalam, yang menjadi sumber utama air irigasi.
“Paling banyak anggaran untuk pembuatan sumur dalam. Bangunan itu hanya rumah pompa,” tegasnya.
Baca juga: Viral! Hotel Grand Hyatt Jakarta Dijual Rp12 T, Begini Kata Plaza Indonesia
Pantauan di lapangan menunjukkan, di sekitar bangunan memang terdapat sumur bor, pipa besar, dan tiang listrik yang menjadi bagian integral dari sistem irigasi tersebut. Rumah pompa berfungsi untuk melindungi mesin dari panas, hujan, dan potensi kerusakan, sehingga sistem bisa beroperasi lebih efisien dan tahan lama.
Retno menambahkan, proyek tersebut merupakan bagian dari program nasional ketahanan pangan, yang bertujuan mendukung ketersediaan air bagi petani, terutama pada musim kemarau.
“Dengan adanya sistem irigasi perpompaan ini, lahan pertanian tetap produktif meski di musim kemarau. Manfaatnya langsung dirasakan petani,” jelasnya.
Sistem irigasi perpompaan bekerja dengan memanfaatkan energi listrik untuk mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian, menggantikan sistem tradisional yang bergantung pada curah hujan atau saluran alami. Teknologi ini menjadi solusi strategis untuk menjaga produktivitas pertanian berkelanjutan di wilayah yang rawan kekeringan seperti Boyolali bagian utara.
Melalui proyek tersebut, Pemkab Boyolali berharap dapat memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumber daya air. Retno juga mengimbau masyarakat agar tidak hanya menilai proyek dari tampilan fisiknya, melainkan memahami fungsi dan manfaat yang lebih luas bagi sektor pertanian.
“Kalau dilihat sepintas memang kecil, tapi sistem yang bekerja di baliknya besar dan vital. Tujuannya jelas: menjaga sawah tetap hijau dan petani tetap panen,” pungkasnya. (***)
