Properti

Usul Bank BTN Kurangi Backlog Perumahan, Gunakan Cara Ini

Menggunakan skema tiering suku bunga/margin dan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.

Konstruksi Media – Upaya mengatasi backlog perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) memberikan usul kepada pemerintah.

Usulan tersebut yakni mengenai subsidi rumah baru dengan menggunakan pembiayaan perumahan. Pertama mengenai Skema Tiering Suku Bunga/Margin dan Skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Dana Abadi.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam perhelatan Public Expose Live 2024 secara daring di Jakarta, (26/08).

Skema pertama, kata dia, suku bunga akan dikelompokkan berdasarkan pemeringkatan kesejahteraan pendapatan MBR. Suku bunga dalam skema ini akan disertai dengan durasi subsidi yang lebih pendek dibandingkan masa tenor.

Kemudian, skema kedua yakni pemerintah memerlukan skema pembiayaan baru untuk penurunan backlog perumahan dengan cepat. Tentunya, skema ini dipercaya akan mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah.

Bank BTN gelar public Expose Live 2024. Dok. Ist

“Saat ini kami masih mendiskusikan rincian kedua skema tersebut dengan para pemangku kepentingan. Sebagai bank yang fokus memenuhi kebutuhan perumahan nasional dengan KPR dan pembiayaan, BTN optimistis dengan kapabilitas kami untuk mendukung program pemerintah yang akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat banyak,” ucap Nixon dalam keterangan tertulis, Kamis (29/8/2024).

Dia menjelaskan, BTN telah membukukan pertumbuhan kredit sebesar 14,4% year-on-year (yoy) menjadi sebesar Rp 352,06 triliun hingga Juni 2024, ditopang oleh penyaluran kredit perumahan dan kredit bermargin tinggi (high yield loan). 

“Ini menunjukkan upaya BTN dalam mengoptimalkan fungsi intermediasi di tengah tantangan tingginya biaya dana dan ketidakpastian global,” tuturnya.

Selain itu, BTN juga mencatat adanya pertumbuhan kredit yang diimbangi dengan kemampuan perseroan menghimpun dana pihak ketiga (DPK) Tahun 2024 tumbuh 16,6% (yoy) atau sebesar Rp 365,3 triliun per Juni 2024. 

“Pertumbuhan tahun ini naik ketimbang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lebih dari separuh DPK BTN merupakan dana murah (Current Account Savings Account/CASA) berupa tabungan dan giro,” imbuh Nixon.

Dia mengatakan, pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tercatat berada di atas level industri, dengan didominasi oleh penyaluran KPR dan pembiayaan skema subsidi. Perseroan juga terus membukukan pertumbuhan DPK yang pesat memasuki paruh kedua tahun ini, dengan peningkatan yang konsisten di sisi simpanan ritel.

Pada segmen high yield, BTN telah menyalurkan pembiayaan kredit sebesar Rp15,4 triliun hingg Juni 2024. Pembiayaan kredit ini untuk tiga jenis produk, yakni Kredit Agunan Rumah (KAR), Kredit Ringan (KRING), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Sementara, lanjut Nixon, saat ini BTN sedang membidik penyaluran kredit bermargin tinggi melalui berbagai kanal. Hal ini meliputi tele sales, serta 2 dan cross-selling produk untuk nasabah KPR existing yang memiliki track record positif.

“Kami juga menyalurkan KRING dengan mengoptimalisasi kerja sama dengan sejumlah institusi melalui payroll-based loans atau cicilan yang dapat dipotong dari gaji. Sedangkan penyaluran KUR difokuskan pada ekosistem perumahan BTN,” papar dia.

Meski demikian, BTN mencatat permintaan KPR non subsidi tetap kuat seiring dengan kemitraan strategis dengan lebih banyak pengembang perumahan papan atas. “Capaian ini tentu tak lepas dari upaya perseroan dalam mempertajam strategi penyaluran kredit non subsidi melalui Sales Center sejak Juni tahun lalu, yang hingga kini mencapai 6 unit di seluruh Indonesia dan akan mencapai 12 unit pada 2025,” katanya.

Di sisi lain, kontribusi Sales Center terhadap total penyaluran KPR non subsidi BTN dengan ticket size di atas Rp 750 juta telah mencapai lebih dari 50% pada kuartal II-2024, angka ini meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 42,5%.

Lebih jauh, Nixon mengatakan pencapaian penyaluran kredit BTN hingga Juni 2024 juga ditopang oleh kualitas kredit yang terus membaik. 

“BTN mencatat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross sebesar 3,1% per Juni 2024, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,7%. Perseroan pun optimistis level NPL gross dapat menurun hingga di bawah 3% pada akhir tahun ini sesuai yang ditargetkan sebelumnya,” tuturnya.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan nilai tambah perseroan, BTN kata Nixon akan terus meningkatkan penghimpunan dana murah dan bertransformasi menjadi bank transaksional melalui berbagai inisiatif digitalisasi. 

Baca Juga :

Artikel Terkait

Back to top button