HeadlineINFOMaterialNewsProduk

Tren Dinding Natural di Indonesia, Estetika Alami yang Sering Disalahpahami

Tidak semua material dirancang untuk tampil terbuka tanpa perlindungan tambahan.

Konstruksi Media Dalam beberapa tahun terakhir, gaya desain “natural wall exposed” atau dinding ekspos alami mulai menjadi sorotan di berbagai ruang publik dan hunian di Indonesia termasuk produsen mortar, Demix. Mulai dari kafe bergaya industrial hingga kantor dengan nuansa earthy modern, estetika ini menawarkan tampilan kasar yang jujur, seolah dinding tak lagi bersembunyi di balik lapisan cat atau pelapis halus.

Namun, di balik popularitasnya, tren ini kerap disalahpahami. Banyak pengguna dan pelaku konstruksi masih mengira bahwa sekadar memberi warna abu-abu semen atau mengaplikasikan wallpaper bermotif beton sudah cukup untuk menciptakan kesan alami. Padahal, tidak semua material dirancang untuk tampil terbuka tanpa perlindungan tambahan.

“Seringkali yang kita lihat bukan dinding ekspos sungguhan, tapi efek visual yang dibuat-buat. Akibatnya, permukaan terlihat rapuh, tidak tahan cuaca, dan cepat rusak,” jelas David AL, salah satu tokoh penting dalam pengembangan industri mortar instan di Indonesia.

Dalam praktik konstruksi, acian konvensional atau plester semen umumnya hanya digunakan sebagai lapisan dasar. Ketika material ini dipaksa tampil sebagai lapisan akhir tanpa perlindungan tambahan, hasilnya menjadi problematik—baik secara teknis maupun estetika.

Demix
Instalasi NUDA Sunbaked Terracotta di Booth SCMA ARCHID 2025

“Kalau acian biasa dipajang begitu saja, itu seperti memaksa aktor figuran jadi bintang panggung. Secara performa belum siap, secara visual juga belum punya karakter,” lanjut David.

Kesadaran baru mulai tumbuh di kalangan arsitek dan kontraktor: bahwa kejujuran estetika bukan hanya perkara tekstur atau warna, melainkan juga soal kesiapan teknis material itu sendiri. Maka muncullah kebutuhan akan solusi yang memang ditujukan untuk tampil—bukan sekadar meniru tampilan.

Material Lokal Siap Tampil: Tak Hanya Indah, Tapi Tangguh

Meningkatnya apresiasi terhadap material ekspos mendorong lahirnya inovasi lokal yang tak hanya indah, tetapi juga siap tampil dengan daya tahan prima. Salah satunya adalah Demix NUDA, mortar instan berwarna yang memang diformulasikan khusus sebagai acian ekspos dekoratif.

Baca juga: Jangan Keliru! Inilah Perbedaan Semen, Beton, dan Mortar

Berbeda dari plester biasa, NUDA hadir dengan teknologi anti-retak dan variasi warna khas yang memberi keleluasaan desain tanpa perlu kompromi teknis. Permukaan akhir yang dihasilkan tidak hanya menampilkan tekstur alami, tapi juga mampu bertahan terhadap cuaca tropis dan kelembapan tinggi.

“Kami percaya dinding ekspos bukan hanya efek visual, tapi bagian dari ekspresi arsitektur yang jujur. NUDA kami rancang agar kuat dari dalam dan indah dari luar,” ujar Fitria Novita, Presiden Direktur Demix Indonesia.

Demix
Produk Demix

Produk ini menjadi penanda kemajuan bahwa material lokal kini bisa menandingi kualitas estetika dan ketahanan material global. Di tangan arsitek, Demix NUDA dapat menjadi medium eksplorasi desain yang tidak terbatas—baik untuk ruang kontemporer maupun tropis modern.

Estetika Alami Tanpa Kompromi

Instalasi NUDA secara langsung mengajak publik menyentuh dan merasakan permukaan material, memperlihatkan bahwa estetika alami tak harus menjadi hasil kompromi antara keinginan dan kenyataan. Dengan fondasi teknis yang kuat, ‘alami’ kini bisa berarti keindahan yang bertahan.

“Di era di mana kejujuran material menjadi bahasa desain yang penting, kami ingin NUDA berdiri sebagai simbol keberanian: bahwa material lokal bisa tampil autentik, ekspresif, dan tahan uji waktu,” tutup Fitria.

Tren dinding alami memang terus berkembang. Namun, agar tidak terjebak dalam estetika semu, pemahaman terhadap karakter, kekuatan, dan tujuan setiap material menjadi penting. Karena dalam arsitektur, yang terlihat indah haruslah juga benar—dan siap berdiri menghadapi waktu. (***)

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp