Pembiayaan

Transformasi ke Bank Digital, Kinerja BNC Tahun Ini Meningkat

Konstruksi Media – Direktur Utama Bank Neo Commerce (BNC) Tjandra Gunawan mengatakan, setelah melakukan soft launching aplikasi bank digital pada Maret 2021, pihaknya semakin serius dalam melakukan investasi di berbagai lini, terutama di infrastruktur teknologi untuk bisa menawarkan berbagai inovasi digital sebagai bentuk keseriusan menjadi bank digital terdepan di Indonesia.

“Dalam laporan keuangan semester I, BNC tercatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp3,8 triliun per posisi Juni 2021 atau meningkat lebih dari 30% jika dibandingkan dengan Juni 2020 yang sebesar Rp2,9 triliun. Peningkatan ini berimbas pada kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar 42% atau setara dengan Rp40 miliar, dari Rp96 miliar di periode Juni 2020 menjadi Rp136 miliar di Juni 2021,” ujar Tjandra dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (30/8/2021).

“Di sisi aset juga terdapat kenaikan yang signifikan, sebesar 75%, dari Rp4 triliun di Juni 2020 menjadi Rp7 triliun di Juni 2021. Kenaikan di sisi aset itu juga dimotori oleh kenaikan signifikan di sisi perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK di Juni 2021 tercatat sebesar Rp5,1 triliun, meningkat sedikitnya 70% jika dibandingkan dengan perolehan di Juni 2020 yang sebesar Rp3 triliun. Hal ini membuktikan bahwa BNC semakin dipercaya masyarakat,” sambungnya.

Seiring dengan makin lajunya proses tranformasi BNC menjadi bank digital di 2021, kata Tjandra, maka besaran angka investasi dan pos-pos biaya tertentu juga meningkat. Investasi dalam teknologi dan keamanan digital, pengembangan sumber daya manusia, dan biaya promosi serta akuisisi nasabah baru (user acquistion cost) menjadi sesuatu yang tak terelakkan.

Menurut Tjandra, kenaikan itu merupakan sesuatu yang wajar mengingat aplikasi digital BNC bernama neo+ sekarang ini telah diunduh sebanyak lebih dari 5 juta di Google Play Store dan 1 juta unduhan di Apple Store per Agustus 2021. “Dalam hal ini, BNC melalui keberadaan aplikasi digitalnya telah mencatat pertumbuhan nasabah baru dari digital (new digital user growth) yang signifikan selama beberapa bulan sejak diluncurkan di Maret 2021,” ungkapnya.

Fenomena itu, lanjut Tjandra, disebabkan oleh minat masyarakat yang mulai tinggi akan bank digital dan besarnya animo nasabah baru akan produk dan layanan perbankan yang ditawarkan BNC. Besaran angka beban operasional BNC pada paruh pertama tahun ini meningkat sangat signifikan, yaitu dari Rp76 miliar per Juni 2020 menjadi Rp268 miliar per Juni 2021. Hal itu sedikit banyak mengkontribusikan dibukukannya rugi sebelum pajak sebesar Rp132 miliar di paruh pertama 2021.

“Di sisi rasio keuangan, per Juni tahun ini rasio kredit bermasalah terhadap total kredit (Non Performing Loan) bank mengalami kenaikan menjadi 3,42% dari posisi Juni 2020 yang sebesar 2,75%. Rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) mencapai 74,46% turun dari posisi 97,94% pada Juni 2020 lalu,” tegasnya.

Lebih lanjut Tjandra mengatakan bahwa penurunan laba bersih lebih banyak disebabkan transformasi untuk menjadi bank digital. Perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi di sisi teknologi, pengembangan sumber daya dan juga pengembangan aplikasi agar sesuai dengan kebutuhan pengguna, termasuk didalamnya biaya promosi.

Dalam paparan kepada media beberapa waktu lalu, Tjandra menyampaikan bahwa salah satu faktor yang menjadi penggerak utama peningkatan biaya operasional adalah sejak satu tahun terakhir, setelah resmi mengumumkan transformasi menjadi bank digital, BNC aktif melakukan investasi khususnya di bidang teknologi dan keamanan digital yang merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus BNC bangun secara serius.

“Sejak awal 2021, kami juga sangat serius membangun kultur perusahaan yang kredibel, luwes, dan nyaman. Dengan semangat Banking, Above, and Beyond, kami ingin membangun bank digital yang lebih dari sekadar bank, tapi lebih dari itu yang tercermin melalui layanan dan produk perbankan kami yang inovatif,” katanya.

Faktor lainnya ialah dalam pengembangan menjadi bank digital, dan sejalan dengan nilai inti dari perusahaan melalui nilai ‘Always Neo’, BNC juga harus membekali diri dengan talenta-talenta baru yang sesuai dengan kebutuhan perseroan yang ahli di bidangnya.

“Di semester I, salah satu fokus kami adalah merekrut talenta-talenta yang sesuai dengan kebutuhan Perseroan. Kami mengubah mindset kami yang sebelumnya bank konvensional selama puluhan tahun, menjadi bank digital yang luwes, adaptif, dan inovatif, dan hal tersebut harus tecermin melalui sumber daya manusia yang kami miliki,” jelasnya.

BNC mencatat pertumbuhan signifikan di semester I 2021 yang ditandai dengan meningkatnya minat masyarakat untuk menggunakan layanan perbankan yang ditawarkan BNC. “Kami bersyukur, kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan kami meningkat pesat, hingga kini sudah lebih dari 6 juta pengguna yang sudah merasakan layanan bank digital yang kami tawarkan,” tambah Tjandra.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa BNC mengalami penurunan laba bersih di semester I 2021 lebih disebabkan faktor investasi dalam teknologi dan keamanan digital.

“Sejalan dengan new digital user growth, tentu akan ada pos-pos biaya yang meningkat secara linier dengan pertumbuhan digital user kami tersebut. Kami menilai hal ini masih sesuatu yang wajar, seluruh pengeluaran dari perusahaan selalu berdasarkan penilaian dan peninjauan yang cermat serta proyeksi jangka panjang yang matang, sehingga kami bisa membuat BNC menjadi bank digital yang didukung dengan teknologi dan keamanan yang mumpuni,” pungkasnya.***

Artikel Terkait

Leave a Reply

Back to top button