AirInfrastruktur

Tinjau Bendungan Sadawarna, Ini Pinta Basuki ke Kontraktor dan Konsultan Supervisi

Saya ingin kalau bendungan ini sudah selesai rapikan, bersihkan bekas-bekas semen material konstruksi.

Konstruksi Media – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan Bendungan Sadawarna yang berlokasi di Kabupaten Subang dan Sumedang, Jawa Barat.

Dalam kunjungannya, Basuki meminta kepada para kontraktor pelaksana maupun konsultan supervisi agar memperhatikan kerapihan konstruksi di akhir pekerjaan.

Pekerjaan konstruksi bendungan utama telah rampung untuk mendukung ketahanan pangan dan pengendalian banjir di Provinsi Jawa Barat.

“Saya ingin mengubah budaya kerja, setelah pekerjaan utama selesai langsung ditinggal, jangan begitu. Saya ingin kalau sudah selesai rapikan, bersihkan bekas-bekas semen material konstruksi,” ungkap Basuki, Selasa, (27/12/2022).

Diketahui, konstruksi Bendungan Sadawarna mulai dikerjakan sejak November 2018 dan berakhir pada Desember 2022 melalui dua paket pekerjaan, yakni Paket I Kerja Sama Operasi (KSO) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk – PT Daya Mulia Turangga – PT Barata Indonesia (Persero) dan Paket II oleh PT Nindya Karya (Persero) – PT Adhi Karya (KSO).

Dalam kunjungan tersebut, Basuki didampingi oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air Jarot Widyoko, Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, Direktur Bendungan dan Danau Ditjen SDA, Airlangga Mardjono, Kepala Biro Komunikasi Publik Pantja Dharma Oetojo.

Selain itu, dirinya berpesan agar mengoptimalkan aspek estetika dan lingkungan, khususnya pada tebing-tebing sekitar bendungan. Penataan lansekap dibutuhkan tidak hanya di sekitar kantor pengelola dan fasilitas bendungan, tetapi juga area-area bangunan inti bendungan seperti inlet/outlet pengelak.

“Kerja kita harus detail betul, mana yang harus diaspal, mana yang harus ditanami rumput. Tebing-tebingnya jangan dibiarkan terbuka, semuanya harus ditanami. Kalau yang beton, atasnya ditanami tanaman rambat, jadi cantik,” terang dia.

Baca Juga : Gandeng JICA, PUPR Mulai bangun Sistem SPALD DKI Jakarta

Basuki juga meminta dengan selesainya kontruksi bendungan agar segera dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP) Bendungan Sadawarna sebagai acuan pengoperasian bendungan sebagai pengendali banjir dengan memanfaatkan data meteorologi, klimatologi dan geofisika dari BMKG.

“Ini sangat penting sebagai acuan kapan harus mengosongkan bendungan ketika ada prediksi hujan lebat. Jangan sampai telat dikosongkan karena akan membuat banjir,” tuturnya.

Sementara, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bastari mengungkapkan Bendungan Sadawarna membendung Sungai Cipunagara yang memiliki panjang 137 km mengalir dari Gunung Bukit Tunggul di Pegunungan Bandung Utara dan bermuara ke Laut Jawa, tepatnya di wilayah utara Jawa Barat.

Dengan kapasitas tampung 70,86 juta m3, Bendungan Sadawarna didesain untuk mereduksi banjir debit kala ulang Q25 sebesar 54% atau 11,7 juta m3 yang dilalui DAS Cipunagara dengan tampungan banjir 20,63 juta m3.

“Bendungan Sadawarna memiliki luas genangan 681 hektare. Manfaat utamanya adalah untuk mensuplai irigasi lahan pertanian seluas 4.284 hektare, yang terbagi di Kabupaten Subang sebesar 2.517 ha dan Kabupaten Indramayu sebesar 1.767 ha, sehingga akan meningkatkan intensitas tanam,” jelas Bastari.

Kehadiran Bendungan Sadawarna juga berpotensi memasok air baku sebesar 1,2 m3/detik untuk Kabupaten Subang, Indramayu, dan Sumedang serta potensi Sumber Tenaga Listrik sebesar 2 MW. Bendungan ini juga dilengkapi embung kecil sebagai sistem pengelolaan air limpasan dengan mengadopsi konsep natural pond for water treatment.

Baca Artikel Selanjutnya :

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp