KONSTRUKSI MEDIA – Mahasiswa asal prodi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Tim Yamato berhasil mendapatkan juara 2 dalam ajang kompetisi NTU Bridge Design 2023 yang diadakan oleh Nanyang Technological University CEE Student Club pada (05/04/2023) lalu.
Tim yang terdiri dari Elga Arsia Ikram Ramdani (SI ’20), Rizky Wahyu Kusuma (SI ’20), dan Kevin Lemmuel Salim (SI ’20) ini meraih penghargaan setelah rancangan jembatan mereka yang bernama “Trizyandu Bridge” sukses mengalahkan desain jembatan tim lain yang berjumlah sekitar 130 tim.
Ketua Tim Yamato, Elga Arsia menjelaskan bahwa NTU Bridge Design 2023 merupakan ajang perlombaan tahunan yang diadakan oleh Nanyang Technological University (NTU) yang berfokus pada upaya mempersiapkan mahasiswa di bidang teknik sipil agar memiliki pengalaman yang nyata dalam desain struktur jembatan. Adapun tema yang dibawakan tahun ini adalah “Bridging Accessibility, Enhacing Sustainability, Empowering Possibility”.
Baca Juga: Bangun 23 Rumah Sakit dan 650 Klinik di Indonesia, Aspen-Docta Investasi USD 1 Miliar
“Dalam lomba ini, kami berusaha merancang desain jembatan dengan sambungan jalan yang komprehensif dan sesuai dengan tema yang diinginkan. Oleh karena itu, kami merancang desain jembatan dan jalan serta metode pelaksanaan konstruksinya agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan itu dengan mempertimbangkan aspek keselamatan, sustainability, dan ekonomi dengan mengacu pada regulasi yang berlaku, seperti AASHTO dan LTA Singapore,” jelas Elga, disitat dari laman itb.ac.id.
Elga menambahkan beberapa proses yang harus dilalui oleh seluruh tim dalam perlombaan ini di antaranya: (1) preliminary round; dan (2) final round. Dalam tahapan tersebut, masing-masing peserta harus menyelesaikan studi kasus jembatan yang diberikan dalam rentang waktu tertentu. Kemudian, jika berhasil dinyatakan lolos, tahap akhir dari perlombaan ini adalah presentasi desain yang harus dilakukan di depan dewan juri.
“Ketika menyusun lomba ini, tim kami banyak berdiskusi dengan bebepara pihak. Mulai dari kakak tingkat, dosen, dan bahkan alumni yang telah bekerja di bidang jembatan. Dari hasil diskusi ini, kami banyak mendapatkan insight menarik yang sangat tentunya membantu kami dalam proses perancangan,” tambah Elga.
Lebih lanjut, Elga menceritakan bahwa tantangan yang tim mereka hadapi dalam mengerjakan lomba ini adalah perihal tenggat waktu yang diberikan cukup singkat. Dari awal pemberian soal diberikan, tim mereka hanya diberikan waktu 2 hari untuk menyelesaikan desain jembatannya. Namun, ia menjelaskan bahwa solusi yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan persiapan jauh-jauh hari sebelum soal studi kasus diberikan.
”Menurut aku, tantangan dari setiap perlombaan itu pasti ada. Namun, mempunyai rekan tim yang juga niat dan sangat rajin dalam mengikuti lomba dapat membuat pemikiran kita semakin terbuka sehingga prosesnya itu bisa lebih mudah. Dengan ini, kita bisa saling mendengar dan memberikan saran atau opini serta saling mengoreksi apabila terdapat kesalahan,” tutup Elga.
Baca artikel selanjutnya: