Tiga Fakta Menarik Soal LRT Jabodebek
LRT Jabodebek memiliki sejumlah fakta yang wajib diketahui, mulai dari pembuatan, pengoperasian, hingga ongkos tarif yang dibebankan kepada penumpangnya.
Konstruksi Media – Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek akhir memasuki babak akhir dengan diresmikannya pengoperasian komersial oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada, Senin (28/8/2023).
Presiden Jokowi mengatakan, kehadiran LRT Jabodebek dapat mengurangi kemacetan dan polusi udara di Jakarta. Selain itu, menunjang transportasi publik yang sudah ada sebelumnya seperti MRT, LRT, TransJakarta, Kereta Bandara, dan LRT.
“Kita harapan masyarakat berbondong-bondong beralih ke LRT baik yang dari Cibubur dan sekitarnya maupun Bekasi dan sekitarnya sehingga kemacetan di jalan bisa kita hindari dan juga polusi bisa kita kurangi,” kata Jokowi saat meresmikan pengoperasian LRT, di Stasiun Cawang, Jakarta Timur.
Ia mengatakan, Jakarta merupakan kota yang selalu masuk dalam 10 kota termacet di dunia. Setiap harinya ada sekitar 996.000 kendaraan bermotor yang masuk ke Jakarta.
“Kenapa dibangun MRT, LRT, Transjakarta, BRt, Kereta Bandara, agar masyarakat kita semua beralih ke transportasi pribadi ke transport masal,” ujarnya.
Baca juga: Delapan Hal yang Harus Diperhatikan Saat Naik LRT Jabodebek
Ternyata, LRT Jabodebek memiliki sejumlah fakta yang wajib diketahui, mulai dari pembuatan, pengoperasian, hingga ongkos tarif yang dibebankan kepada penumpangnya.
Berikut tiga fakta menarik soal LRT Jabodebek.
1. Asli Buatan Indonesia
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, Lintas Raya Terpadu atau kereta api ringan Jabodebek merupakan 90 persen produk dalam negeri.
“Kita harus bangga, ini 90 persen produk anak bangsa,” kata Budi dalam peresmian LRT Jabodebek, baru-baru ini.
Dalam proses produksi, kata dia, pemerintah bersikap konservatif dan hati-hati agar LRT Jabodebek bisa melayani kepentingan publik dengan baik.
Sejumlah BUMN terjun langsung dalam pembuatan unit kereta hingga sarana dan prasarana LRT Jabodebek. PT Adhi Karya (Persero) Tbk ditugaskan membangun prasarana meliputi konstruksi rel kereta, strasiun dan fasilitas pengoperasian lainnya.
PT INKA (Persero) terlibat dalam pembuatan kereta listriknya serta PT Len Industri (Persero) mengurus persinyalan menggunakan Train Guard MT Signalling System dari Siemens. Adapun PT KAI Group dalam hal mengoperasikan LRT Jabodebek dan stasiunnya. Selain itu, ada Himbara seperti Bank Mandiri, BRI, dan BNI yang terlibat dalam pendanaan proyek.
2. Tanpa Masinis
LRT Jabodebek beroperasi dengan menggunakan sistem Communication based-train Control (CBTC) dengan Grade of automation (GoA) level 3. Dengan sistem tersebut, meskipun dalam LRT Jabodebek terdapat ruang masinis, kereta ringan ini berfungsi secara otomatis.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, operasional LRT Jabodebek menandai babak baru sektor transportasi Indonesia. LRT Jabodebek yang dioperasikan tanpa masinis ini merupakan buah kesuksesan anak bangsa melalui BUMN terhadap kemajuan teknologi dengan mengutamakan keselamatan masyarakat.
Baca juga: Teknologi Mumpuni LRT Jabodebek, Meluncur Tanpa Masinis
“Kenapa sejak kemarin kita ada sinkronisasi mengenai sistem supaya keselamatan masyarakat, penumpang menjadi prioritas dan ini teknologi yang saya rasa pada saat ini sudah mulai dijalankan tanpa masinis,” ujar Erick.
3. Tarif Subsidi Pemerintah
LRT Jabodebek akan memberlakukan promo diskon tarif flat sebesar 78 persen menjadi Rp 5.000 untuk seluruh lintas layanan. Adapun diskon ini berlaku hingga akhir September 2023.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Didiek Hartantyo mengatakan, tarif promo maksimal Rp 20 ribu untuk jarak terjauh, dan di bawah Rp 20 ribu untuk selain jarak terjauh, sampai dengan akhir Februari 2024.
Tahap awal pengoperasian LRT Jabodebek, kata dia, tarif yang dibayarkan penumpang telah mendapatkan subsidi sebesar Rp66 miliar. Tujuannya, menarik minat masyarakat agar lebih menggunakan transportasi umum dengan biaya lebih terjangkau.
Baca artikel selanjutnya: