Sosrobahu, Solusi Teknologi Konstruksi Jalan di Atas Jalan
Kontruksi Media – Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) atau Japek layang sepanjang 38 km, sejak 12 Desember 2019 telah diresmikan Presiden Jokowi. Jalan tol tersebut, sejak itu sudah bisa digunakan dan masih digratiskan ujicoba penggunaannya hingga akhir tahun nanti untuk menunjang libur Natal dan Tahun Baru.
Pengerjaan kontruksinya dalam kurun waktu tiga tahun, dinilai lumayan cepat. Ini kalau melihat kerumitan pembangunan kontruksi. Dan ada sesuatu yang menarik! Ternyata, teknologi Landas Putar Bebas Hambatan (LPBH) atau lebih dikenal sebagai Sosrobahu ini merupakan hasil karya anak bangsa. Hasil temuan Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero), Tjokorda Raka Sukawati, pertama kali diterapkan di proyek jalan layang Cawang-Tanjung-Priok.
Teknologi kontruksi Sosrobahu ini sudah mendapat paten dari sejumlah negara dan diterapkan di sejumlah negara tetangga. Kini, untuk mengatasi kerumitan kontruksi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) atau disebut sebagai Jalan Layang Sheikh Mohamed Bin Zayed (MBZ), teknik Sosrobahu kembali digunakan.
- KSO HKI-Acset-NK Kebut Pengerjaan Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket II, Capai Progres 81,91%
- Menteri PKP Saksikan Penandatanganan Nota Kesepahaman TNI AD, BP Tapera, dan Bank Mandiri untuk KPR FLPP
- Kementerian PU Rampungkan Pembangunan SPAM Regional Benteng Kobema, Tingkatkan Layanan Air Minum di Bengkulu
Seolah menjawab tantangan pembangunan jalan tol di atas jalan alias tol layang, teknologi Sosrobahu yang namanya disematkan Presiden Soeharto tersebut, mampu menjadi solusi. Dibangun diantara kepadatan lalu lintas tol Japek I dan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan LRT Jabodebek, teknologi Sosrobahu mampu menjadi solusi pembangunan tol layang Japek II.
Secara teknis, teknologi Sosorobahu dijelaskan sebagai teknologi engsel putar yang dipasang antara tiang dan kepala tiang. Engsel putar tersebut memungkinkan memutar dengan mudah kepala tiang dengan bobot ratusan ton. Dengan teknik konstruksi engsel putar hingga 90 derajat itu, jalan layang maka pekerjaan kontruksi tersebut dapat rampung.
Sosrobahu disebut Suharno, Direktur Citra Angkas Persada, sebagai jurus sukses konstruksi tol Japek layang sehingga mampu berjalan lancar pembangunannya di lokasi padat tersebut.
Tanpa teknologi kontruksi tersebut, pemegang paten teknologi Sosrobahu tersebut mengatakan, dipastikan sebagian besar lajur jalan akan ditutup dan membuat kemacetan jalan lebih padat.
Menurut, Suharno, teknologi hasil karya putra bangsa ini sangat bermanfaat dalam dunia konstruksi. Bukan hanya nasional, tetapi juga sudah internasional. Dengan tidak memerlukan ruang bebas yang luas ketika proses pengecorannya, karena bisa diputar hingga 90 derajat, teknologi Sosrobahu memungkinkan pembuatan kepala tiang dan lengan tiang bisa dilakukan sejajar garis jalan.

Dengan suksesnya pengimplementasian teknologi Sosrobahu pada tol yang dioperasikan Jasa Marga tersebut, maka dapat dipisahkan arus lalu lintas jarak pendek dengan jarak jauh. Pada tol Japek layang dapat digunakan kendaraan tujuan jarak jauh. Tol Japek di bawahnya dapat diperuntukan bagi kendaraan tujuan jarak pendek. Lebih jauh, Suharno mengatakan, dengan kesuksesan ini, harapannya teknologi Sosrobahu dapat lebih dimanfaatkan bagi industri konstruksi di Indonesia yang ke depan mungkin akan lebih banyak membangun tol layang lainnya.****(Deni)