Solusi ArthaGeo untuk Perbaikan Tanah & Fondasi
Kami telah sukses melakukan optimasi desain perbaikan tanah pada pengembangan Apron di Bandar Udara APT Pranoto, Samarinda dan Bandar Udara Juwata, Tarakan. Pekerjaan ini dilakukan pada kondisi bandara yang aktif tanpa mengganggu operasionalnya.
Majalah Konstruksi Media – Solusi perbaikan tanah dan fondasi menjadi kunci dalam memastikan stabilitas dan daya dukung struktur bangunan, terutama di wilayah dengan kondisi tanah yang kompleks. Dengan menggunakan teknologi modern seperti soil stabilization, ground improvement, dan teknik fondasi dalam, berbagai metode inovatif seperti jet grouting, preloading, dan penggunaan material geosintetik dapat diterapkan untuk meningkatkan kekuatan tanah, mengurangi penurunan (settlement), dan mencegah kegagalan struktur.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keselamatan bangunan tetapi juga menawarkan efisiensi biaya dan keberlanjutan lingkungan dalam proyek konstruksi.
Dalam Majalah Konstruksi Edisi ke-XII 2024, yang mengangkat tema besar mengenai Masa Depan Tunnel and Underground Space, PT Artha Geo menjadi salah satu narasumber yang tayang di Majalah Konstruksi Media.
Seperti yang dilakukan oleh PT Artha Geo Integritas (ArthaGeo), perusahaan EPC dalam negeri yang memiliki spesialisasi di bidang desain perencanaan hingga konstruksi geoteknik berkomitmen untuk mendukung pembangunan infrastruktur di tanah air. Pekerjaan ini meliputi proyek-proyek seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, bandar udara, serta infrastruktur lainnya.
ArthaGeo didirikan oleh Loo Shih Chuan dan Ryan Rahmat Setiaji. Pada awal berdiri 2019, ArthaGeo fokus pada bidang perbaikan tanah (ground improvement) dan fondasi, untuk infrastruktur jalan, kereta api, bandara, pelabuhan, kelautan, komersial, industri, dan energi.
Loo Shih Chuan, pendiri sekaligus Chief Vision Officer ArthaGeo, menilai bahwa pengembangan infrastruktur semakin marah, seperti pembangunan kota, kawasan industri, pelabuhan, dan lain sebagainya yang dilakukan di daerah dengan kondisi tanah yang sulit seperti daerah pesisir atau dekat sungai.
Menurutnya, ada dua tantangan utama terkait persiapan lahan untuk pembangunan, yaitu kondisi tanah asli umumnya lunak dan material timbunan berkualitas baik menjadi semakin mahal dan sulit ditemukan.
“Sehingga kami selaku perusahaan di bidang geoteknik berusaha menawarkan solusi terhadap tantangan yang disebutkan di atas. Keseimbangan antara persyaratan teknis, waktu, biaya, dan lingkungan dapat memenuhi kondisi lokasi yang spesifik dan unik dengan penerapan metode yang tepat,” ujar Loo.
Dia menjelaskan, ArthaGeo menawarkan berbagai metode perbaikan tanah seperti Rigid Inclusion, Dynamic Compaction/Rapid Impact compaction, maupun metode terkini lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi dan kondisi tanah. ArthaGeo juga seringkali dituntut untuk melakukan kajian teknis mendetail di awal pekerjaan untuk memberikan optimasi desain dengan kualitas terbaik serta tepat sasaran dan fungsi. Dia juga harus memastikan metode yang dipilih dapat diaplikasikan di proyek dengan memenuhi jadwal proyek yang telah ditentukan, untuk memberikan klien kami solusi yang lengkap dan hemat biaya.
Pekerjaan fondasi yang ditawarkan ArthaGeo meliputi bored pile dan secant pile/contiguous bored pile. Pondasi bored pile dibangun dengan mengebor tanah, memasang besi tulangan dan mengisi lubang bor dengan beton hingga membentuk tiang. Secant pile adalah jenis dinding penahan tanah yang terdiri dari rangkaian tiang yang yang membentuk dinding yang saling mengikat sehingga dapat menahan tekanan lateral dan pergeseran tanah. ArthaGeo juga memiliki peralatan lengkap untuk melakukan segala jenis proyek pondasi dan perbaikan tanah.
Selanjutnya, pada akhir 2020, ArthaGeo mendiversifikasi bidang usaha ke arah Tunnel Engineering sehingga mulai terlibat pada beberapa proyek jaringan perpipaan, mulai dari pipa air limbah (sewerage), maupun pipa air minum, dengan menggunakan alat Microtunnelling Bore Machine (MTBM).
Loo menuturkan, diversifikasi ini bertujuan untuk menunjang pembangunan jaringan perpipaan di beberapa kota besar, seperti di Makassar, Palembang, Jambi, dan Jakarta yang membutuhkan kontraktor tunneling andal. Perusahaan mengadopsi teknologi peralatan MTBM terkini dan bekerja sama dengan beberapa manufaktur alat tunnel di dunia untuk menunjang pekerjaan perpipaan dan terowongan.
ArthaGeo memiliki keunggulan sumber daya manusia (SDM) terampil dengan menekankan pada peningkatan pengetahuan dan keahlian setiap personel dalam melakukan pekerjaan. Perusahaan juga memprioritaskan aspek keselamatan kerja dan kontrol kualitas dalam setiap pekerjaan. Selain itu, ArthaGeo memiliki divisi engineering yang sangat mumpuni di bidangnya untuk membantu tim di lapangan dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang ditemui.
“Bagi kami semua permasalahan adalah tantangan dan pembelajaran yang harus bisa diatasi oleh tim yang bekerja. Selain itu, kami juga memberlakukan sistem open doors, dimana semua staf bisa menyampaikan setiap permasalahan langsung ke manajer dan direksi untuk mempercepat proses pengambilan keputusan,” kata Loo.
Inovasi Perbaikan Tanah
Ryan Rahmat Setiaji, pendiri sekaligus Chief Technological Officer ArthaGeo, menegaskan bahwa perusahaan senantiasa melakukan inovasi dalam setiap pekerjaan di lapangan. Misalnya di proyek jalan tol Semarang-Demak, ArthaGeo mengusulkan agar timbunan dipadatkan dengan menggunakan metode Rapid Impact Compaction (RIC). Dengan metode ini, tanah timbunan pasir bisa langsung di kompaksi pada ketebalan hingga 5 meter tanpa perlu dipadatkan setiap lapisan seperti pemadatan konvensional dengan vibro-roller. Hal ini memungkinkan adanya penghematan waktu dan biaya yang cukup signifikan untuk klien.
Dia menambahkan contoh lain, yaitu penggunaan metode Rigid Inclusion (RI) untuk perbaikan tanah, dimana kolom beton bisa di-install dalam waktu 5–7 menit tanpa menimbulkan limbah tanah (spoil) dan tidak menimbulkan kebisingan, debu dan getaran. Metode ini cocok digunakan di area yang aktif seperti pada perbaikan tanah di bandara yang aktif.
“Kami telah sukses melakukan optimasi desain perbaikan tanah pada pengembangan Apron di Bandar Udara APT Pranoto, Samarinda dan Bandar Udara Juwata, Tarakan. Pekerjaan ini dilakukan pada kondisi bandara yang aktif tanpa mengganggu operasionalnya. Metode Rigid Inclusion (RI) yang kami tawarkan telah memberikan solusi tepat guna tanpa mengganggu operasional pekerjaan lain dibandingkan metode lain yang cenderung mengganggu proses operasional bandara,” tegas Ryan.
Di bidang konstruksi terowongan, menurutnya, ArthaGeo mampu memberikan inovasi yang cukup signifikan. Sebagai contoh pada tahun 2021, ArthaGeo mendapatkan tanggung jawab untuk pemasangan pipa PVC 250 mm dengan alat pipa jacking MTBM, pada proyek sewerage B2 di kota Makassar.
Tantangan pekerjaan ini adalah kondisi tanah yang berupa pasir halus dengan muka air yang tinggi, sehingga tidak bisa menggunakan alat open shield auger boring yang umum dipakai pada pemasangan pipa PVC. ArthaGeo kemudian berinovasi untuk membuat alat MTBM dengan menggunakan alat khusus berupa full displacement head yang memungkinkan instalasi pipa dilakukan tanpa adanya buangan tanah saat pengeboran. Ini merupakan pekerjaan pertama kali yang dilakukan di Indonesia yang merupakan inovasi ArthaGeo.
Baca Juga :
- ITS Gagas Revolusi Keselamatan Kerja Teknologi Digital
- Klaten Miliki 3 Simpang Susun Tol Jogja-Solo, Siap Difungsikan Lebaran 2025
- Tol Terpanjang di Bali Gilimanuk-Mengwi Mangkrak Selama 2 Tahun, Biaya Investasi Capai Rp24,98 Triliun
- Jepang Beri Pinjaman Rp 8,6 T di Proyek Pengembangan Pelabuhan Patimban
- Proyek Tol Yogyakarta-Cilacap, Hubungkan Wilayah Strategis dengan Investasi Rp38,47 Triliun