EQUIPMENTHighlightsProductProfil

Solmax, Produsen Geosintetik Terbesar di Dunia

Mampu menghemat biaya, mengurangi waktu pengerjaan, dan mengurangi jejak karbon (carbon foot print) sampai 85%.

Konstruksi Media – PT Solmax Geosynthetics adalah perusahaan pabrikan produk geosintetik terbesar di dunia, yang memproduksi geotekstil woven dan nonwoven, geogrid, geomembrane, geonet, geotube, prefabricated vertical drain (PVD) serta Geosynthetic Clay Liner (GCL), dan lainnya.

Country Manager PT Solmax Geosynthetics Indonesia Ir. Doyo Lujeng Dwiarso, M.M, menjelaskan, Solmax mendukung pembangunan konstruksi atau infrastruktur melalui teknologi yang berkelanjutan atau sustainability melalui produk-produk berkualitas yang dihasilkan.

Doyo Lujeng menuturkan, dengan mengaplikasikan geosintetik Solmax ini, maka diharapkan bisa menggantikan material alami, semisal pada project-project yang memerlukan lempung. Dengan demikian, geliat pembangunan infrastruktur di Indonesia nantinya mampu menghemat biaya, mengurangi waktu pengerjaan, dan mengurangi jejak karbon (carbon foot print) sampai 85%.

Baca juga: ArthaGeo, Solusi untuk Pekerjaan Perbaikan Tanah

“Yang dipadatkan dari ketebalan lempung 60 centimeter itu bisa diganti dengan satu lembar produk geosintetik yang tebalnya hanya 6 milimeter dan setelah menyerap air menjadi 10 milimeter,” kata Doyo Lujeng saat diwawancarai Konstruksi Media di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, dikutip Minggu (30/9/2023).

“Jadi kita menunjang sustainability untuk kelanjutan bumi yang lebih baik,” ujar dia lagi.

Sudah lebih dari 30 tahun produk Solmax terpakai di Indonesia. Semisal pada proyek pembangunan infrastruktur Jalan Tol di Pulau Jawa, Jalan Tol Trans Sumatra, proyek pertambangan di Kalimantan, proyek perkeretaapian di Sulawesi, hingga merambah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Hampir semua produk geosintetik kita punya, seperti yang terpasang di Reklamasi Ancol, kemudian di project-project untuk perlindungan di sepanjang Pantai Utara (Pantura) Jawa, kita pasang di sana,” tutur dia.

Country Manager PT Solmax Geosynthetics Indonesia Ir. Doyo Lujeng Dwiarso saat diwawancarai Konstruksi Media di Unpar, Bandung. (foto: Bahar Yahya).

Adapun geotube, yakni berupa tabung memanjang berwarna hitam yang terbuat dari geotekstil woven, dapat berfungsi sebagai tanggul pelindung dari abrasi dan bisa bantu memperlebar garis pantai melalui Teknologi Pegar-nya.

Produk Solmax lainnya yaitu geogrid dan geotekstil komposit bisa berfungsi guna menahan longsor. Sementara pada proyek yang memerlukan timbunan tinggi, produk geotekstil Solmax sudah teraplikasi pada project Tol Semarang-Demak. Tol yang dibangun di atas laut Jawa itu, saat ini masih dalam tahap konstruksi.

Geotekstil produksi Solmax juga bisa diaplikasikan untuk perkuatan dan menyerap kelembapan. Sebab. produk ini punya serat yang berfungsi sebagai drainase, dapat mengalirkan air.

“Kenapa dipakai di sana, karena di sana timbunannya sangat tinggi bisa mencapai 8 meter. Kita pasang di atas raket bambu sebelum ditimbun. Jadi, supaya timbunan di atas itu tidak longsor, tidak tenggelam ke bawah,” tutur dia.

Baca juga: Unpar Kembali Adakan Event Geocase 2023, Prof. Paulus Paparkan EPS Geofoam di Tol Cisumdawu

Doyo Lujeng menyebutkan, saat ini Solmax sudah mempunyai sekitar puluhan pabrik di seluruh dunia, tersebar mulai dari Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik.

Di Malaysia, Solmax memiliki 3 pabrik, Thailand 1 factory, China 2 pabrik. Ia mengungkapkan, Solmax berencana mendirikan pabrik di Indonesia tahun 2024 mendatang. Hal ini dilakukan demi memenuhi kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang dicanangkan pemerintah.

“Target tahun 2024 kalau disetujui oleh investor (Kanada), tahun depan kita groundbreaking (factory) dan sekaligus produksi di Indonesia sehingga kita bisa memenuhi kewajiban untuk TKDN produk di Indonesia,” katanya.

Lokasi pabrik memang masih belum ditentukan. Namun, ada kemungkinan Solmax akan mendirikan pabrik di antara wilayah Karawang atau Cikarang, Jawa Barat. Doyo Lujeng berkata, pihaknya bahkan sudah melakukan survei lokasi dan menemui developer.

“Karena ini menyangkut investasi ini (semoga) sudah disetujui. Jadi, nanti misalkan ada pabrik di Indonesia, produk ini untuk diekspor juga,” katanya.

Ikuti informasi terkini Konstruksi Media melalui Google News

Baca artikel lainnya:

Artikel Terkait

Back to top button