Info Proyek

Siapkan Rp 15 Triliun, Harita Nickel Bakal Bangun Pabrik Stainless Steel

Untuk mencapai baterai mobil listrik diperlukan tiga tahap lagi, yaitu nikel sulfat, kobalt sulfat akan menjadi baterai prekursor.

Konstruksi Media – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel berencana membangun pabrik baja nirkarat untuk melengkapi proyek hilirisasi stainless steel dari nikel. Perseroan diperkirakan menyiapkan anggaran lebih dari US$ 1 miliar atau setara Rp15 triliun untuk mendukung ekspansi tersebut.

Presiden Direktur Harita Nickel Roy A Arfandy mengakui bahwa secara kalkulasi nilai investasi untuk pembangunan pabrik stainless steel dengan kapasitas mencapai dua sampai tiga juta ton tersebut di atas US$ 1 miliar.

Roy pun berharap pada akhir tahun ini negosiasi dengan investor baru masuk tahap final sehingga pihaknya bisa mulai membangun pada awal tahun 2024.

Baca juga: ABC Gelar Groundbreaking Smelter Nikel di Kalimantan Selatan

Menurut Roy, ekspansi perseroan ke industri stainless steel tersebut memiliki tujuan guna melengkapi hilirisasi dari hulu sampai hilir dengan memproses saprolite menjadi feronikel, lalu menjadi stainless steel.

Disebutnya, Harita Nickel akan menggarap proyek stainless steel ini dengan menggandeng salah satu pemain besar stainless steel kelas dunia. Ia menharapkan, negosiasi antara perseroan dan calon mitra strategis segera rampung dan dapat diumumkan pada akhir tahun ini.

“Doakan saja agar diskusi kami berhasil. Kami berharap bisa umumkan sebelum akhir tahun ini,” ucap Roy dikutip dari investor.id, Selasa (4/7/2023).

Kendati demikian, saat disinggung mengenai apakah itu mitra dari Tiongkok, Roy menampiknya.

Mengenai hilirisasi, emiten berkode saham NCKL tersebut memang berencana untuk menjadi perusahaan yang terintegrasi, dari proses upstream maupun downstream. Termasuk, hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Baca juga: Anak Usaha KALLA Bangun Smelter Nikel di Sulsel

Lantas Roy mengeklaim bahwa Harita Nickel merupakan perusahaan paling maju di Indonesia. Sebab, perseroan sudah berhasil membuat nikel sulfat dan punya pabrik dengan kapasitas sebesar 240 ribu metrik ton per tahun.

“Itu sudah terbesar di dunia dari sisi desain. Untuk mencapai baterai mobil listrik diperlukan tiga tahap lagi, yaitu nikel sulfat, kobalt sulfat akan menjadi baterai prekursor. Dari baterai prekursor menjadi katoda dan digabung menjadi anoda sampai menjadi baterai. Jadi, masih ada tiga tahap lagi sampai bisa memproduksi baterai listrik,” ujarnya.

Maka itu, NCKL akan terus mempelajari segala kemungkinan yang ada agar proses dari hulu hingga hilir betul-betul terintegrasi. Meskipun, jika dilihat dari sisi teknologi, produksi prekursor katoda berbeda dengan proses nikel menjadi sulfat.

“Tapi, kami akan melihat dan mempelajari apakah memungkinkan untuk terus masuk ke hilirisasi lebih lanjut. Kami akan mempelajari kemungkinan yang ada,” ucapnya memungkasi.

Baca artikel lainnya:

Artikel Terkait

Back to top button