Konstruksi BerkelanjutanNewsSustainability

Seminar HAKI 2025, Prof. Abduh Tekankan Kolaborasi Desain Bangun Infrastruktur Berkelanjutan

Berbagai pengalaman pembangunan infrastruktur besar dan vital di Indonesia memberikan pembelajaran akan pentingnya perencanaan yang matang di awal.

Konstruksi Media — Kepemimpinan yang visioner dan kolaborasi lintas disiplin menjadi kunci utama dalam menciptakan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia. Tantangan pembangunan yang semakin kompleks menuntut adanya integrasi antara teknologi, desain, serta kebijakan agar hasilnya tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga menjaga keberlangsungan bagi generasi mendatang.

Dalam perhelatan Seminar, Shorts Course dan Pameran HAKI 2025 yang diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), Prof. Muhammad Abduh menyampaikan bahwa American Society of Civil Engineers (ASCE) pada tahun 2023, dalam dokumen Standard Practice for Sustainable Infrastructure, menekankan perlunya kepemimpinan (leadership) perekayasa dalam membangun proyek konstruksi yang benar dengan cara yang benar untuk menciptakan infrastruktur yang berkelanjutan.

Hal tersebut dilakukan sejak awal dalam tahapan daur hidup proyek infrastruktur tersebut, yaitu pada tahapan desain atau perancangan, terlepas dari metode penyelenggaraan proyek apa yang dipilih.

Menurut dia, berbagai pengalaman pembangunan infrastruktur besar dan vital di Indonesia memberikan pembelajaran akan pentingnya perencanaan yang matang di awal, seperti dalam penggunaan metode design-build yang memerlukan kolaborasi antara pemilik, perencana, perancang, dan kontraktor dalam pelaksanaannya.

Peserta Seminar, Shorts Course dan Pameran HAKI 2025. Dok. Konstruksi Media

“Dalam kondisi proyek konstruksi saat ini yang kompleks, karena pemilik yang demanding, banyaknya spesialisasi profesi yang terlibat, berbagai jenis proses produksi di lapangan yang didukung teknologi terkini, dan rantai pasok konstruksi yang dinamis, maka pengelolaan proyek konstruksi membutuhkan bukan saja koordinasi dan kooperasi antar pihak yang terlibat, tetapi sudah membutuhkan kolaborasi agar tujuan proyek tercapai,” imbuh Prof. Abduh dalam Seminar HAKI 2025, di Jakarta, (20/08/2025).

Dia menyampaikan, metode penyelenggaraan proyek pun telah banyak yang kolaboratif, seperti Proggresive DesignBuild (PDB), Integrated Project Delivery (IPD), dan Target Value Delivery (TVD).

Prof. Abduh yang juga sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Manajemen Konstruksi Ramping Indonesia (IAMKRI) menyampaikan kebutuhan akan kolaborasi di tahap desain, metode dan perangkat yang tersedia dan juga tantangan penerapannya di Indonesia, dalam perspektif pendekatan konstruksi ramping atau lean construction.

Menurutnya infrastruktur berkelanjutan bukan sekadar tentang penggunaan material hijau atau teknologi baru, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif. Kolaborasi harus menjadi budaya, bukan pilihan. Dengan kepemimpinan yang kuat, semua pemangku kepentingan dapat bergerak bersama untuk menghadirkan solusi yang berdampak luas.

“Harapannya, hasil kolaborasi pada tahap desain akan dapat memastikan nilai yang harus diberikan kepada pemilik dengan detail, sehingga pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan dengan minimal pemborosan, untuk menciptakan infrastruktur yang berkelanjutan,” tutupnya.

Baca Juga :

HAKI Gelar Seminar, Short Course dan Pameran 2025: Angkat Isu Keberlanjutan Konstruksi

Ketum IAMKRI Prof. Abduh Jalin Silaturahmi dengan Konstruksi Media

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp