
Semen Merah Putih Perkuat Langkah Hijau Menuju Konstruksi Berkelanjutan
Konsisten mengembangkan solusi material dan teknologi ramah lingkungan demi mendukung transisi menuju masa depan rendah emisi karbon
Konstruksi Media – Semen Merah Putih kembali menegaskan komitmennya terhadap pembangunan konstruksi yang lebih hijau dan bertanggung jawab dengan memperkuat strategi keberlanjutan di seluruh rantai proses produksinya. Melalui pendekatan 4P Sustainability (People, Planet, Process, dan Product), perusahaan secara konsisten mengembangkan solusi material dan teknologi ramah lingkungan demi mendukung transisi menuju masa depan rendah emisi karbon.
Langkah ini juga merupakan bentuk dukungan aktif terhadap kebijakan pemerintah, termasuk Peraturan Menteri PUPR No. 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan.
Kolaborasi Pemerintah dan Industri
Semen Merah Putih meyakini bahwa keberlanjutan hanya dapat terwujud melalui kolaborasi multipihak. Untuk itu, perusahaan menjalin komunikasi aktif dengan para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah. Salah satu langkah strategisnya adalah audiensi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU), yang diterima langsung oleh Direktur Keberlanjutan Konstruksi, Kimron Manik.
“Kementerian PU terus mendorong penggunaan produk ramah lingkungan. Ini penting untuk menjamin manfaat jangka panjang dan menjaga keberlanjutan lingkungan,” ujar Kimron.
Dalam kesempatan yang sama, Oza Guswara, General Manager Sales & Marketing Semen Merah Putih, menyampaikan bahwa berbagai inovasi keberlanjutan telah diimplementasikan sesuai prinsip 4P.
Inovasi untuk Emisi Lebih Rendah
Salah satu inovasi utama adalah penerapan Waste Heat Recovery System (WHRS) dalam proses produksi. Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan panas buang dari proses produksi klinker menjadi energi listrik. Hasilnya, konsumsi energi konvensional berkurang signifikan, dan emisi karbon pun ditekan.
Hingga akhir 2024, WHRS telah mencatat penghematan emisi lebih dari 100.000 ton CO₂ per tahun.
Selain itu, efisiensi energi juga ditingkatkan melalui pemanfaatan bahan alternatif seperti fly ash, trass, dan Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS), yang mampu menurunkan rasio penggunaan klinker dalam komposisi semen.
Transformasi ini juga tercermin dari penurunan penjualan semen OPC (Ordinary Portland Cement) yang hanya tersisa 19,3% pada 2023, dari 22,2% di tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi indikator keseriusan Semen Merah Putih dalam mengadopsi prinsip Green Cement.
Baca juga: Mendorong Konstruksi Berkelanjutan, Semen Merah Putih Flexiplus dan Inovasi Hijau di Industri
Green Cement: Solusi Produk Ramah Lingkungan
Menurut Syarif Hidayat, Head of Technical Marketing Semen Merah Putih, konstruksi berkelanjutan perlu ditopang oleh rantai pasok hijau dan produk lokal yang efisien dan ramah lingkungan.
“Lewat teknologi seperti WHRS, kami tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga berkontribusi nyata dalam menurunkan emisi industri semen dan konstruksi,” ungkap Syarif.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Semen Merah Putih juga mulai bertransisi ke armada logistik berbasis kendaraan listrik (EV).
Portofolio Produk Hijau Bersertifikasi
Dalam pengembangan produknya, Semen Merah Putih telah menghadirkan berbagai varian Green Cement yang telah meraih sertifikasi Green Label Indonesia (GLI) Platinum dari Green Product Council Indonesia (GPCI). Beberapa di antaranya adalah:
- FLEXIPLUS: Semen hidrolis dalam kemasan curah untuk beton ready mix, pracetak, dan industri bata ringan.
- ECOPRO: Semen Portland Slag ramah lingkungan dengan emisi rendah, tahan serangan kimia, dan memiliki panas hidrasi rendah.
- WATERSHIELD: Semen PCC pertama di Indonesia dengan teknologi Water Repellent, cocok untuk aplikasi struktural dan non-struktural.
Melalui pengembangan teknologi berkelanjutan, sinergi lintas sektor, dan produk inovatif, Semen Merah Putih terus berkontribusi nyata terhadap pencapaian target Net Zero Emissions 2060 dan pembangunan nasional yang berkelanjutan.
“Keberlanjutan adalah DNA kami. Upaya ini bukan parsial, melainkan holistik—untuk menciptakan masa depan konstruksi yang lebih kuat, lebih hijau, dan lebih bertanggung jawab,” tutup Syarif. (***)