INFO

SCG Siapkan Rp1,2 Triliun untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

SCG terus memprioritaskan peningkatan penggunaan bahan bakar terbarukan dan bahan bakar rendah karbon dalam semua proses produksinya.

Konstruksi Media, Jakarta – Siam Cement Group (SCG) Indonesia tengah menyiapkan rencana untuk melakukan investasi regional yang juga mencakup di Indonesia, senilai Rp1,2 triliun, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Country Director SCG Indonesia Warit Jintanawan menyebutkan bahwa dana besar tersebut akan digunakan untuk keperluan riset, pengembangan teknologi, serta implementasi teknologi untuk inisiatif mengurangi gas rumah kaca.

Dalam catatannya, sejak tahun 2020, SCG telah mereduksi emisi gas rumah kaca sebesar 33,04 juta ton CO2eq.

“Guna melanjutkan upaya ini, SCG terus memprioritaskan peningkatan penggunaan bahan bakar terbarukan dan bahan bakar rendah karbon dalam semua proses produksinya,” kata Warit dikutip dari Instagram @scg_indonesia, Senin (29/1/2024).

Warit melanjutkan, SCG melalui PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi menggunakan teknologi Alternative Fuel and Alternative Raw Material (AF/AR) untuk menghasilkan energi dan bahan baku alternatif dari limbah industri.

“Teknologi ini telah mengolah setidaknya 7.700 ton limbah produksi dan menghasilkan 3 persen energi termal untuk memenuhi kebutuhan daya pabrik,” ujarnya.

Dalam pemanfaatan tenaga surya, kata Warit, KIA Ceramics bekerja sama dengan Sun Energy Indonesia untuk menghasilkan lebih dari 1 GWh energi listrik sejak 2022 melalui pemanfaatan panel surya di pabrik.

Penggunaaan panel surya dimaksud ini, diproyeksikan akan mengurangi sebesar 600 ton emisi gas rumah kaca atau setara dengan menanam 881 pohon.

Sementara itu, PT Semen Jawa bekerja sama dengan Cahaya Power Indonesia untuk memasang atap panel surya dengan kapasitas 1.410 kWp pada pabriknya di Sukabumi.

Dalam pemanfaatan biogas, FajarPaper menggunakan sistem pengolahan anaerobik (anaerobic treatment system) untuk mengolah air limbah dan menghasilkan biogas sebagai bahan bakar alternatif.

Hasilnya, ujar Warit, perusahaan dapat menghemat sekitar 7 persen penggunaan batu bara dari total penggunaan.

“Teknologi ini telah menghemat biaya sekitar Rp23 miliar per tahun dan mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 3 persen per tahunnya,” kata Warit.

Artikel Terkait

Back to top button